Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
February 6, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 6 Comments
Pekerjaan tidak ada habisnya. Tiap hari selalu menguntit dan mengejar kita. Kita hidup di dalamnya, tinggal bersama pekerjaan. Pekerjaan juga menuntut kita untuk banyak belajar. Bekerja dan belajar sering membuat kita lupa, bahwa anak adalah tempat terdekat untuk belajar dan pekerjaan kita yang utama. Ini ada sebuah surat yang berbicara antara anak dan karir. Simak yuk!
Kiranya lebih enak jika tulisan ini diawali dengan pertanyaan, berapa jam waktu sehari yang kita curahkan untuk anak? Lebih banyak mana, energi yang kita curahkan, antara pekerjaan dan anak? Lebih besar mana porsinya, antara belajar segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan atau mempelajari anak kita?
Sebelum lanjut membaca, lebih baik dihitung dulu atau dibayangkan, apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ok, aku tunggu sampai Kamu menjawabnya. Sudah dijawab? Kalau sudah, boleh deh dilanjutkan.
Kenapa pertanyaan ini aku ajukan? Selain karena itu persoalan kebanyakan orangtua yang bekerja, ada sebuah surat menarik yang masuk di rubrik tanya rudicahyo. Sebenarnya ini surat lama. Hanya saja, Ibu TT, yang ngirim surat, mengirimkan lagi surat kedua. Nah, karena surat kedua inilah persoalan yang dicurhatkan ini menjadi menarik.
Kali ini hanya akan disajikan pengantar surat tersebut, karena bagian itulah yang aku sebut menarik. Untuk bagian pertanyaan dan jawabannya, tidak akan aku tulis di sini. Itu wilayah tanya rudicahyo hehe.
Halo Pak/Kak Rudicahyo
Saya TT, seorang ibu yang bekerja. Saya ibu muda yang juga baru saja bekerja sebagai dosen. Sebagai dosen muda, banyak sekali pekerjaan yang saya lakukan. Memang seperti itulah biasanya dosen muda.
Sebagai info, saya bekerja di kampus swasta. Meskipun bukan kampus negeri, kampus tempat saya bekerja tergolong favorit. Malah bisa dibilang, standar dan tuntutan di kampus saya sangat tinggi. Selain pekerjaan administrasi yang banyak, mata kuliah yang harus diampu atau diajar juga tak sedikit. Dosen muda seperti saya juga diwajibkan melanjutkan kuliah di luar negeri. Tidak hanya itu, saya juga masih ada kewajiban pengabdian masyarakat, menyelenggarakan kegiatan yang berguna buat masyarakat. Masih ada lagi, saya harus melakukan penelitian. Hebat kan Kak/Pak? hehe
Untuk bisa mencapai keharusan itu semua, saya harus punya waktu untuk belajar disamping bekerja. Saya memang masih belum menemukan pelajaran dari aktivitas saya bekerja. Artinya, pekerjaan saya itu masih bersifat seperti pekerjaan, tidak sekaligus memberikan pelajaran. Karena itu, untuk belajar sendiri, saya harus meluangkan waktu untuk membaca.
Buntut dari pekerjaan saya ini, saya jadi punya waktu sangat sedikit buat anak saya. Ketika mencoba untuk bersama anak, misalnya dengan berjalan-jalan, bermain atau aktivitas semisal itu, pikiran saya tetap terpaku pada pekerjaan. Sedikit saja senyum, kembali mulut saya mengatup.
Ditambah lagi anak saya selalu banyak menyita perhatian. Disamping keperluan sehari-harinya, seperti mandi, makan, ganti popok dan lain-lain, juga ulahnya yang kadang sama sekali tidak memberikan kesempatan buat saya untuk membuka buku atau laptop. Ketika emosi saya memuncak, ingatan saya melayang kepada teman-teman yang kursus di sana-sini, belajar Bahasa Inggris, pulang larut, melakukan diskusi dan banyak lagi.
Saya sadar, bahwa anak saya sangat penting. Perkembangannya adalah urusan utama saya. Namun, saya tidak bisa mengingkari bahwa saya menginginkan melakukan banyak hal untuk pengembangan diri saya. Saya ingin banyak belajar. Banyak buku-buku yang saya beli hanya dibaca beberapa lembar, bahkan masih banyak yang bersegel……
Demikian kurang lebihnya curhat dari Bu TT. Suratnya tidak ditayangkan seluruhnya, karena panjang banget hehe.
Sebenarnya ini adalah keluh kesah yang mungkin dialami oleh hampir semua ibu-ibu yang bekerja dan berorientasi pada karir dan pengembangan dirinya.
Yang menarik adalah balasan surat dari Bu TT pasca ia mencoba menjalankan apa yang aku sarankan. Tepatnya bukan saran atau nasihat, tetapi lebih kepada tulisan reflektif yang aku persembahkan buatnya. Berikut ini adalah balasan suratnya.
Salam Pak rudicahyo
Apa kabar, Pak? Kali ini, saya akan curhat lagi. Tapi pasti berbeda dengan curhat saya dulu. Bedanya, kali ini saya ingin curhat dengan perasaan yang lebih bahagia. Karena itu, sebelum curhat, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak atas saran-saran yang telah diberikan.
Sekarang saya merasa lebih plong dengan anak saya Pak. Saya menerima dengan lapang dada anak saya sebagai karunia. Saya sudah mulai banyak menghitung nikmat Tuhan yang harus saya syukuri dari anak saya. Saya merasa bahwa anak saya adalah buku terbaik tempat saya belajar. Anak saya adalah realita yang paling nyata dibandingkan dengan text book atau buku best seller terlaris sekalipun. Berkumpul bersama anak dan keluarga jauh lebih seperti surga daripada mendekam di dalam lab atau menenggelamkan diri di depan laptop. Tentu saja bukan berarti meninggalkan pekerjaan saya.
Sekali lagi terimakasih, Pak….
Suratnya aku potong sampe sini saja ya. Inipun sebenarnya ada banyak bagian yang aku hilangkan, karena terlalu banyak pujian. Ya biar tidak tenggelam dan terlena dengan pujian lah hahaha.
Namun demikian, bertolak dari persoalan yang dialami Bu TT dan balasan yang menunjukkan bahwa ia telah tercerahkan, aku kira bisa menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Bukan cuma buat Ayah/Bunda, tapi juga buat aku pribadi. Karena itu, aku juga sepatutnya berterimakasih kepada Bu TT.
Apakah Kamu juga mengalami persoalan pilihan antara anak dan karir, seperti yang sama dengan Bu TT? Boleh mengirim surat ke rudicahyo@idcerita.org untuk rubrik Tanya rudicahyo.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Modal Dasar Pengasuhan
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
6 Comments