Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
May 17, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Setiap anak punya pontensi tantrum atau temper tantrum. Karena itu perlu tahu bagaimana cara mengatasinya jika hal tersebut terjadi pada anak kita.
Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tentang apa itu temper tantrum dan bagaimana terbentuknya. Dengan tahu bagaimana proses terjadinya, maka kita bisa mencegahnya. Karena setiap anak bisa mengalami tantrum, maka tindakan mencegah wajib dikatahui oleh para orangtua, sebab temper tantrum sendiri bisa terjadi karena proses belajar. Pada tulisan sebelumnya juga sudah pernah dibahas tentang bagaimana mencegah temper tantrum. Bagaimana jika temper tantrum sudah terlanjur terjadi? Nah, kali ini kita akan membahas bagaimana mengatasi temper tantrum anak.
1. Kenali secara spesifik apa kemauan anak
Mengenali keinginan anak sepertinya simple. Namun pada beberapa kasus, hal ini menjadi sulit, karena anak lebih fokus mengekspresikan kemarahannya daripada mengatakan keinginannya. Dalam kondisi marah, sebagian anak malah tidak ingin mengatakan kemauannya. Secara tidak sadar, biasanya sambil nangis atau teriak-teriak, mereka menikmati perhatian kita. Ketika anak marah, orangtua pasti berusaha memperhatikan anaknya.
Dalam kondisi yang kurang menguntungkan buat orangtua, yaitu anak menikmati perhatian dan tidak mau mengatakan kemauannya, kita boleh membuat dugaan (hipotesa). Orangtua yang sudah berinteraksi dengan anaknya sebelum anak marah, pasti lebih tahu apa sebenarnya yang sedang diinginkan anak. Tapi jika tidak, boleh menanyakan langsung kepada mereka. Jika kemarahan membuat mereka tidak mau mengatakan, maka mulailah kita menyususn dugaan. Misalnya anak menginginkan sesuatu, tetapi kita tidak tahu secara spesifik, benda apa yang diinginkan. Kita bisa menampakkan beberapa kemungkinan benda yang diinginkannya tersebut di depannya. Buat sealami mungkin dan terkesan seperti tidak sengaja. Jadi bukan menyodorkan di depan anak, karena itu masih dugaan. Sebab kalau salah, anak akan menjadi lebih marah. Misalnya saja kita sedang menggunakan barang tersebut, atau merapikannya. Jika hal ini dapat menarik perhatian anak, sangat mungkin dia akan meminta atau menunjuk ke arahnya.
2. Jangan menuruti kemauannya secara langsung
Ketika kita sudah mengetahui kemauan anak, kita tidak harus segera memberikannya. Pastikan lebih dulu anak dalam kondisi tenang. JIka dalam keadaan marah, maka anak akan merasa, dengan marah keinginannya dapat dipenuhi. Cara mengetahui keinginan anak di poin 1 sebenarnya juga bisa berfungsi untuk ini. Ketika barang ditampakkan, sebenarnya kita tidak sedang memberikan secara langsung. Kita memberi kesempatan anak untuk mengambilnya sendiri. Hal ini bisa mengurangi kemungkinan anak mengaitkan kemarahan dengan terkabulkannya kemauan.
3. Berikan hiburan yang disukai anak
Yang perlu dipahami, temper tantrum bukan sekedar persoalan perilaku, tetapi juga pengondisian emosional. Ketika tantrum sudah terjadi pada anak, maka anak akan punya intensitas emosi yang lebih mudah meninggi. Karena itu, meredakannya adalah langkah yang tepat. Ini sebenarnya tantangan tersendiri buat orangtua.
Mengenali kesenangan anak bisa jadi modal untuk kita memberikan hiburan yang tepat. Misalnya anak suka main di luar rumah, maka ketika tantrum terjadi, kita bisa membuka pintu rumah jika anak posisinya dekat dengan pintu. Jika tidak sedang dekat dengan pintu, maka kita bisa membawanya mendekat ke pintu. Melihat halaman luar, diharapkan dapat mereduksi kemarahan anak.
4. Penuhi keinginan anak pada saat anak sudah tenang
Jika keinginan anak tidak membahayakan, sudah sewajarnya orangtua memenuhinya. Namun ketika anak marah, kesabaran kita diuji. Kita harus menahan diri untuk tidak segera memberikan keinginan anak, apalagi dalam keadaan marah. Yang perlu digarisbawahi, pastikan anak benar-benar tenang, bukan hanya sekedar tangisnya berhenti. Tenang berarti anak benar-benar sudah rileks. Untuk memastikannya, kita bisa mengamati dan mengajaknya ngobrol. Jika anak sudah mulai tertarik membicarakan hal lain atau beraktivitas lain, maka kita bisa memberikan apa yang diinginkan. Jika ini intens dilakukan, berarti kita memperbesar kemungkinan anak mengaitkan suasana tenang dengan dipenuhinya keinginan.
5. Jangan memarahi anak pada saat anak sedang marah
Ketika anak sedang tantrum, sangat mungkin orangtua merasa tidak tahan. Hal ini bisa memancing emosi orangtua untuk memarahi anak. Kemarahan kita justru membuat anak semakin marah. Anak sangat sensitif pada saat kondisi emosional. Jangankan marah, omongan kita yang biasa saja bisa mereka artikan sebagai kemarahan atau larangan.
Demikian kira-kira langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengatasi temper tantrum anak kita. Ini langkah sederhana, bukan prosedur terapi yang rumit. Karena itu, butuh telaten atau intens dalam melakukannya untuk membuat anak tidak mudah tantrum. Lha wong terapi saja butuh intens, apalagi langkah sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari. Cara sederhana ini diharapkan dapat membantu orangtua menjadi terapis pertama buat anaknya.
Apakah Kamu punya cara praktis lain untuk mengatasi temper tantrum? Silahkan dibagi di sini.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Modal Dasar Pengasuhan
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?