Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
February 8, 2014 . by rudicahyo . in Parenting . 2 Comments
Sebagaimana orang pada umumnya, orangtua juga potensial mengalami kemarahan. Sebagai orang terdekat, kemarahan orangtua langsung dirasakan oleh anak. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, penting untuk mengendalikan kemarahan kepada anak. Bagaimana caranya?
Untuk mengawali tulisan ini, kiranya pas kalau didahului pertanyaan, bolehkah memarahi anak? Setelah pertanyaan ini terjawab, barulah kita tidak perlu risau ketika memutuskan, apakah anak memang perlu untuk dimarahi.
Namun ketika marah, kemarahan kita perlu untuk disadari. Hal ini penting, karena kesadaran kita yang memegang peranan dalam mengendalikan kemarahan. Selain itu, kesadaran membuat kita dapat menentukan tujuan yang benar ketika memarahani. Bahkan untuk memberikan hukuman yang tepat, kesadaran diri penting untuk dimiliki.
Dengan kesadaran yang kita miliki, kita juga dapat mendeteksi tersulutnya emosi. Kenapa kemarahan perlu disadari? Karena penyebab kemarahan kepada anak kadang tidak disadari. Ada faktor bawah sadar yang mempengaruhi kita ketika marah. Deteksi kemarahan membuat kita juga lebih mudah untuk mengontrolnya, sehingga kemarahan kita mempunyai makna bagi anak untuk menjadi lebih baik. Bagaimana mengontrol atau mengendalikan kemarahan kita?
Sebelum membahas tentang mengendalikan kemarahan, perlu dipahami yang dimaksud kemarahan di sini. Maksud kemarahan di sini adalah marah yang emosional. Kemarhaan yang disulut oleh emosi. Kemarahan yang dengan emosi yang mendominasi. Dengan kata lain yang lebih mudah, kemarahan di sini punya dampak yang menyakiti, membahayakan bagi diri dan anak, serta sudah keluar dari proporsi.
Agar dapat mengendalikan kemarahan kita kepada anak, beberapa hal berikut ini harus diperhatikan.
1. Tanyakan kepada diri, karena apa kita marah
Setiap kemarhaan pasti ada pemicunya. Ketika kita tahu pemicu kemarhaan kita, maka kita perlu tetap menyadarinya secara jelas. Artinya, penyebab kemarahan tetap harus definitif. Dengan pengertian yang jelas atas penyebab kemarhaan, maka bentuk kemarahan kita tetap harus dijaga sesuai dengan penyebabnya. Contoh, anak ketahuan bolos sekolah. Jangan sampai kemarahan kita sampai keluar jalur penyebabnya, misalnya orangtua malah bertengkar, “Kamu sih suka memanjakan anak!”, atau marahnya tidak relevan dengan penyebab, misalnya mengatakan “Kamu tidak pantas jadi anak ayah”.
2. Tanyakan kepada diri, untuk apa kita marah
Selain penyebab, kemarahan juga punya tujuan. Jika di poin1 dicontohkan anak ketahuan mbolos sekolah, maka perubahan yang mungkin kita inginkan adalah anak lebih rajin ke sekolah, jujur kalau membolos dan sebagainya. Seperti halnya pada pembahasan tentang penyebab di poin 1, maka kemarhaan juga harus konsisten dengan tujuan. Misalnya, ambil contoh anak yang ketahuan membolos. Jika kita ingin anak rajin masuk sekolah, tidak perlu kemarahan kita sampai berujung mengusirnya dari rumah.
3. Tanyakan kepada diri, apakah cara kita marah sudah mengarah kepada perubahan positif pada diri anak
Bersesuaian dengan poin 2, yaitu tujuan kemarahan kita, poin 3 ini lebih menekankan kepada bagaimana cara kita marah. Membahas tentang cara marah, kita berarti sedang berbicara tentang ketepatan tindakan dan proporsi dari kemarahan. Jika dengan berbicara halus saja sudah bisa mengubah anak, maka tidak perlu kita marah-marah, atau bahkan memukulnya. Jika kita langsung ‘ngegas poll’ atas pemicu kemarahan yang kecil, maka saat itu kita sedang dikendalikan oleh emosi kita.
4. Tanyakan kepada diri, apa efek samping kemarahan kita untuk anak
Berbicara efek samping berbeda dengan tujuan. Kalau tujuan, adalah perubahan yang diinginkan, sedangkan efek samping adalah akibat yang timbul tanpa direncanakan. Ketika akan memarahi anak, maka tanyakan kepada diri kita, apakah kemarhaan kita membahayakan fisik/psikis anak, apakah akan melukainya, apakah dampaknya untuk kesehatan mentalnya kelak di kemudian hari, apakah akan membuatnya jadi anak yang rentan stress, mudah menyerah dan sebagainya.
5, Tanyakan kepada diri, apakah kita marah di waktu dan tempat yang tepat
Ketika kita menyadari kemarahan kita, seharusnya kita tidak marah di sembarang tempat, kita tidak marah-marah sepanjang waktu. Hal ini bisa berhubungan dengan poin 4, efek samping kemarahan kita. Anak mungkin saja merasa malu kepada teman-temannya, merasa down dan sebagainya. Lebih parah lagi, jika kita memarahi anak yang sedang marah. Perubahan akan sulit terjadi jika anak sendiri sedang defend, sehingga kemarahan kita sulit menembus diri anak dan susah membuat perubahan. Untuk bagian ini, lebih baik baca juga “Apa yang Tidak Boleh Dilakukan saat Anak Marah-Marah?“.
Demikian cara mengendalikan kemarahan kita kepada anak. Apakah Kamu punya pengalaman tentang kemarhan dan mengendalikan kemarahan kepada anak? Silahkan dibagi di sini.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Modal Dasar Pengasuhan
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
2 Comments