Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
April 19, 2014 . by rudicahyo . in Parenting . 4 Comments
Pendidikan seks usia dini adalah salah satu topik yang sering dibicarakan (bahkan dibutuhkan) oleh para orangtua. Namun kebanyakan orangtua kesulitan melakukannya. Kenapa?
Masih ingat kasus kekerasan seksual pada anak di Jakarta International School? Memang ada beragam sudut pandang dalam melihat kasus ini. Begitu juga banyak faktor yang dapat menyebabkan kasus semacam ini terjadi. Ketika banyak pihak berbicara tentang keamanan, memang persoalan utamanya adalah keamanan. Namun keamanan di sini berarti luas. Keamanan yang dimaksud juga termasuk keamanan untuk diri sendiri, yaitu keamanan yang diupayakan oleh anak sendiri.
Bagaimana seorang anak yang lebih lemah daripada orang dewasa mampu menjaga diri dari orang dewasa? Arti menjaga atau mengamankan diri juga luas, karena mencegah juga termasuk di dalamnya. Dengan apa anak-anak menjaga diri dari kekerasan seksual? Salah satunya adalah dengan pendidikan seks usia dini.
Kita tahu, artikel tentang pendidikan seks untuk anak atau pendidikan seks usia dini sangat banyak kita temui di internet. Sebenarnya aku enggan menuliskannya. Namun ada tiga alasan yang membuat aku akhirnya menuliskannya. Alasan pertama ya karena adanya kasus kekerasan seks di Jakarta International School.
Artikel ini berawal dari kultweet di #PsikoTweet tentang “Kekerasan Seksual kepada Anak” yang kemudian aku tulis menjadi artikel dengan judul yang mirip, “Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi”. Pada sisi lain, ada komentar di rudicahyo.com yang menginginkan membahas tentang kekerasan seksual yang terjadi di JIS dan bagaimana menjaga anak dari kekerasan yang serupa. Itu alasan yang kedua.
Alasan yang ketiga, karena setelah aku baca artikel-artikel tentang pendidikan seks pada anak atau pendidikan seks usia dini, banyak yang menempatkan seks seperti cara kebanyakan orang dewasa memandang seks. Seks tetap ditempatkan pada tempat yang sakral. Tentu saja artikel-artikel itu malah menuai efek, orangtua juga akan menganggapnya sebagai sesuatu yang sakral. Karena itulah, wajar jika para orangtua merasa kebingunan melakukan pendidikan seks untuk anak. Ok lah, tak masalah jika seks memang sesuatu yang sakral atau dianggap sakral. Tapi jangan lantas kemudian malah membuat orangtua menjadi kikuk dengan pendidikan seks bagi anak-anaknya.
Karena alasan yang terakhir, mari kita memandang dan menempatkan seks secara lebih objektif. Artinya apa? Ok, seks memang mengandung emosi. Dalam pelampiasannya, seks melibatkan dorongan dan cara melakukan release (pelepasan) dorongan tersebut. Seks juga melibatkan value dan moral tertentu. Ada justifikasi baik dan buruk atas seks dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah pelegalan hubungan seks menurut agama dan hukum legal. Kalau dari sisi agama, seks yang benar dilakukan dalam hubungan pernikahan. Sementara dari sisi hukum legal, seks yang benar dilakukan tanpa melanggar hak asasi manusia. Artinya, seks yang dilakukan oleh para pelaku di JIS jelas melanggar kriteria benar dari sisi agama dan hukum.
Mari kita kembali kepada maksud dari menempatkan seks secara lebih objektif. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menempatkan seks secara objektif berguna agar orangtua tidak kikuk atau canggung melakukan pendidikan seks bagi anaknya. Menempatkan seks secara lebih objektif adalah melihat seks lebih sebagai bagian dari aktivitas biologis. Meski tetap melibatkan emosi, kita bisa memandang seks sebagai aktivitas biologis, cara pelestarian keturunan dan membentuk sekumpulan orang yang disebut keluarga.
Dari sononya, seks sendiri berarti jenis kelamin. Ini berarti, secara alamiah seks memang berada pada konteks aktivitas biologis. Menempatkan seks sebagai aktivitas biologis akan memudahkan bagi orangtua untuk melakukan pendidikan seks usia dini, misalnya menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan, hubungan laki-laki dan perempuan, asal mula adik, alat kelamin ayah/ibu dan sebagainya. Sebaliknya, jika sejak awal terburu-buru menempatkan seks sebagai sesuatu yang sakral dan terlampau emosional, maka akan menghambat orangtua dalam melakukan pendidikan seks usia dini.
Itulah yang membuat orangtua kesulitan melakukan pendidikan seks usia dini. Untuk cara atau bagaimana melakukan pendidikan seks usia dini, akan aku tulis di artikel berikutnya.
Bagaimana pendapatmu tentang anggapan tabu mengenai pendidikan seks usia dini?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Modal Dasar Pengasuhan
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
4 Comments