Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
March 17, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 4 Comments
Orangtua adalah orang yang mengiringi perkembangan anaknya. Ia mengamati dan bersama anaknya hampir sepanjang waktu. Mereka yang paling tahu pekembangan anaknya. Tapi beda lagi kalau mereka sudah merasa paling tahu. Ini menjadi sumber kesesatan orangtua dalam memandang perkembangan anak.
Beberapa hari yang lalu, aku betemu kembali dengan mahasiswi bimbingan akademikku. Sudah lulus sih. Dia datang lagi untuk meminta rekomendasi untuk melanjutkan kuliah lagi. Dulu ia pernah meminta rekomendasi ini. Bedanya, kali ini ia membawa 2 form. Yang satu form untuk melanjutkan ke Unair dan form lainnya untuk UGM.
Form rekomendasi untuk Unair atas sepengetahuan orangtuanya, sedangkan yang UGM ia buat secara diam-diam. Disembunyikan dari siapa? Iya, orangtuanya, terutama ayahnya. Dia tidak mendapatkan ijin kuliah di luar Surabaya.
Mahsiswi tersebut juga cerita tentang perlakukan ayahnya kepada kakaknya yang kuliah di UI. Meski akhirnya di lepas juga untuk kuliah di Jakarta, si kakak sengaja dibatasi geraknya oleh ayahnya. Kakaknya tidak diberikan kendaraan dan tidak diijinkan membawa kendaraan. Karena itu, si kakak ini pergi kemanapun dengan naik angkot. Jika kuliah pagi, maka jam 6 ia sudah harus berada di jalan untuk menyetop angkot. Kata mahasiswi bimbinganku tersebut, kondisi tersebut sengaja diciptakan oleh orangtuanya karena kakaknya dulu tidak nurut, tidak mau kuliah di tempat yang dekat. Ayahnya berharap si kakak tidak kerasan dan memutuskan untuk kembali.
Orangtua mahasiswi ini, terutama si ayah, mengkhawatirkan anaknya jika berada di tempat yang jauh. Menurut dia, ayahnya selalu berusaha untuk memantau langsung. Ayahnya menganggap anak-anaknya tetap seperti anaknya yang dulu. Mahasiswiku ini masih belum paham alasan ayahnya yang sebenarnya, kecuali karena ingin mengontrolnya dari jarak dekat.
Berdasarkan cerita tersebut, ada beberapa kemungkinan kesesatan orangtua dalam memandang perkembangan anaknya.
1. Merasa paling tahu perkembangan anaknya
Orangtua memang memiliki waktu yang panjang bersama anaknya (meskipun kadang tetap tidak berinteraksi). Sangat mungkin orangtua sangat mengetahui anak-anaknya. Namun, jadi sesat kemudian jika merasa paling tahu anak-anaknya. Dalam setiap perode perkembangan anak terus berubah dari orientasi diri (egosentris) menuju ke orientasi sosial. Dulu mungkin orangtua banyak tahu anaknya, tapi sekarang sangat mungkin anak lebih percaya kepada teman sebaya (peers)nya.
2. Menganggap anaknya masih seperti yang dulu
Karena orangtua selalu bersama dan mengawasi terus anaknya, maka cara memandangnya jadi lekat. Waktu seperti berhenti. Apalagi jika orangtua bukan orang yang bekerja. Karena selalu mengawasi anaknya secara langsung, maka ketika anaknya menjauh, muncul kecemasan-kecemasan. Hal ini juga bisa terjadi dengan orangtua yang terpisah dari anaknya, misalnya tinggal di kota yang berbeda. Setelah lama tidak bertemu, begitu mereka berjumpa, orangtua tetap menganggap anaknya adalah anak yang dulu ditimangnya.
3. Menganggap pengalamannya pasti juga akan terjadi pada anak
“Ayahmu boleh sengsara, tapi Kamu jangan”. Pernah mendengar kalimat semacam itu? Wajar orangtua tidak ingin anaknya sengsara atau mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti yang pernah mereka alami. Namun jadi tidak wajar jika orangtua beranggapan bahwa pengalamannya pasti terjadi pada anaknya. Kepedulian yang terscermin dari kalimat “Ayahmu boleh sengsara, tapi Kamu jangan” menjelma menjadi kecemasan antisipatif (meminjam istilahd ari Victor Frankl). Efeknya bisa menjadi orangtua yang cemas, rentan stress sampai yang berpola protektif.
4. Menganggap anak adalah generasa yang sama dengan orangtua
Nabi Muhammad pernah mengatakan “Didiklah anak-anakmu karena nanti akan datang suatu masa/keadaan yang berbeda dengan keadaan sekarang”. Dari nasihat Nabi ini, menunjukkan bahwa setiap masa adalah jaman atau era yang berbeda. Dalam ilmu perkembangan, ada istilah cohort, artinya sesama jaman. Maksudnya, Usia sama, jika dari jaman yang berbeda, maka akan memiliki karkateristik yang berbeda. Sama-sama usia 17 tahun antara jaman sekarang dengan jaman Majapahit pasti berbeda kan?!
Itu adalah kesesatan orangtua yang banyak terjadi dalam memandang perkembangan anak. Apakah Kamu mengalami atau merasakan kesesatan-kesesatan orangtua yang lainnya?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
4 Comments