Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
May 30, 2016 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Tidak jarang anak mogok sekolah. Banyak alasannya, semisal bosan, stress, takut dan sebagainya. Agar dapat mendapatkan solusinya, lebih dulu orangtua harus tahu penyebab mendasar, kenapa anak mogok sekolah.
Kemarin, selepas kondangan, seorang teman yang anaknya habis opname karena sakit, mengeluh bawah anaknya mogok sekolah. Pasca sakit, si anak libur selama satu minggu. Akibatnya, menjadi masa-masa yang susah untuk memulai lagi pergi sekolah.
Sangat wajar, karena ada beberapa hal yang memunculkan ketidaknyamanan ketika akan ke sekolah, lebih-lebih jika telah sekian lama bersantai di rumah, berkumpul bersama keluarga. Perbedaan perasaan antara libur dan sekolah ini boleh kita cermati dari perbedaan nuansa emosi yang dihadirkan oleh suasana rumah dan suasana sekolah. Jika sekolah sama menyenangkannya dengan di rumah, maka masuk ke sekolah pasti sama menyenangkannya dengan di rumah. Memang, di rumah boleh jadi lebih menyenangkan daripada sekolah. Belajar dan melakukan tugas sudah pasti lebih berat terasa dibanding dengan berkumpul bersama keluarga di rumah. Lagi-lagi, boleh jadi ada perbedaan perasaan ketika dihadapkan dengan tugas-tugas sekolah dan tugas-tugas rumah.
Terlepas dari perbedasaan atmosfir emosi yang dibangun oleh rumah dan sekolah, sehabis libur memang rata-rata membuat anak ogah-ogahan untuk pergi ke sekolah lagi. Bagaimana cara kita membuat anak dapat melangkah ringan dan tersenyum riang ketika kembali ke sekolah?
Memang akan lebih mudah jika suasana sekolah dan rumah sama menyenangkannya. Jika tidak, maka kita harus siap dengan usaha yang lebih keras. Terlepas dari perbedaan dan persamaan antara rumah dan sekolah, ada hal mendasar yang menyebabkan orangtua sulit mengajak anak kembali ke sekolah. Penyebab ini perlu diketahui, karena akan memudahkan orangtua untuk mengambil tindakan yang lebih berdaya guna atau istilahnya lebih powerful. Lebih sering penyebabnya tidak disadari. Apa penyebab kesulitan orangtua mengatasinya anaknya yang mogok sekolah pasca libur?
1. Orangtua punya persepsi bahwa sekolah itu berat
Pandangan orangtua terhadap sekolah sangat dapat menular kepada diri anak. Penularannya bisa sangat halus, melalui proses belajar dengan cara mengamati (observational learning). Ketika kita punya pikiran negatif terhadap sekolah, kadang suasana emosi ini muncul dalam ekspresi yang paling halus, bahasa tubuh atau gestur, hingga perilaku yang nyata. Wajah kita yang tampak tidak bersemangat ketika akan mengantar anak ke sekolah, atau  ketika mengajak anak berbincang seputar sekolah. Begitu juga dengan bahasa tubuh kita yang kurang bergairah saat belajar bersama anak atau saat membantu anak mengerjakan PR. Kadang juga muncul dalam bentuk perilaku yang tidak disadari, misalnya berangkat dengan lambat, atau bahkan sampai berkali-kali kembali ke rumah karena selalu ada yang terlupa.
Baca artikel terkait:
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
Lalu apa yang dapat kita lakukan? Sebagai orangtua, ketika sudah menyadari tentang perasaan kita terhadap sekolah, maka kita segera bisa mengatur ulang bagaimana cara kita berekspresi dan berperilaku saat ada hubungannya dengan sekolah. Kita perlu berpisah di depan pagar sekolah dengan lebih bersemangat. Boleh juga dengan ritual ‘tos-tosan’. Kita juga bisa memunculkan ekspresi sangat penasaran dan mengajak anak ngobrol dengan antusias tentang aktivitasnya di sekolah. Orangtua bertanya-tanya dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan wajah berseri-seri.
2. Orangtua terbawa oleh atmosfir yang dibangun oleh anak
Selain orangtua yang membangun atmosfir emosi yang negatif, bisa juga emosi negatif anak yang ditularkan kepada orangtua. Ini terjadi secara berkebalikan dengan poin 1 di atas. Ketika anak menolak untuk sekolah, disertai dengan berbagai bentuk kerewelannya, tidak jarang orantua justru terbawa dalam atmosfir tersebut. Orangtua dan anak memang biasanya terlibat dalam konfrontasi berhadap-hadapan. Ketika anak tidak mau melakukan A, maka orangtua akan menjadi antitesisnya untuk memaksa anak melakukan A. Hal ini akan membuat anak semakin enggan melakukannya.
Bukan berarti kemudian membiarkan anak untuk tidak sekolah. Dalam kondisi ini, orangtua masuk dalam permainan anak. Atmosfir penolakan (plus kemalasan) anak membuat orangtua terjebak dan berkutat di situ. Ia akan jadi pemaksa, sementara anak akan jadi penolak.
Lalu apa yang dapat kita lakukan? Orangtua dapat menciptakan atmosfir baru sebagai tandingan atmosfir yang dibentuk oleh anak. Misalnya, orangtua bisa tiba-tiba tanya secara tidak langsung kepada anak, “Hem, hari ini ada permainan seru apa ya di sekolah?”. Orangtua dapat melakukannya seolah ia yang akan berangkat ke sekolah. Termasuk juga ketika tiba-tiba orangtua bilang, “Asik…. hari ini ketemu saama teman-teman di sekolah!” dan semacamnya. Ini adalah cara untuk keluar dari jebakan atmosfir yang diciptakan oleh anak. Jika atmosfir orangtua cukup kuat, maka anak dapat meninggalkan atmosfirnya dan bergabung dengan atmosfir orangtua.
Pada kenyataannya, kadang kedua hal di atas terjadi bersamaan. Dengan demikian, persoalannya akan menjadi lebih berat. Ketika orangtua punya persepsi negatif terhadap sekolah, sebenarnya mereka sedang menciptakan sebuah atmosfir emosi tentang sekolah. Akan lebih parah jika bertemu dengan atmosfir penolakan oleh anak. Penggabungan keduanya sering memuat orangtua frustrasi, bahkan beradu mulut dan saling otot-ototan dengan anak.
Lalu apa yang bisa dilakukan jika kedua kesulitan tersebut bergabung dan saling memperkuat? Ya kita bisa menggabungkan kedua solusinya. Orangtua berusaha mengubah persepsi negatif menjadi positif tentang sekolah. Ini kemudian diharapkan dapat menulari anak, sehingga membuat anak keluar dari atmosfir ciptaannya menuju atmosfir positif yang dibuat oleh orangtua.
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa mengetahui penyebab mendasar, kenapa anak mogok sekolah, maka orangtua akan lebih mudah mengatasinya. Tapi untuk selanjutnya, secara lebih lengkap bisa menyimak: “Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!”
Apakah Ayah/Bunda/Kakak pernah mengalami masalah anak mogok sekolah? Apa yang Ayah/Bunda/Kakak lakukan, agar anak tidak mogok sekolah?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Modal Dasar Pengasuhan
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan