Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
February 3, 2014 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Anak-anak sama juga seperti orang dewasa, kadang mengalami kondisi sulit. Jika kita salah mengambil tindakan atas kondisi sulit yang menimpa anak, maka kondisi tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk sarana pendidikan. Bagaimana mengajari anak menghadapi kondisi sulit yang menimpanya?
Anak sangat mungkin mengalami kondisi sulit. Pernah menyaksikan anak terjatuh ketika berlatih naik sepeda? Bagaimana reaksimu? Reaksi kita juga berpengaruh kepada pembentukan mental anak. Reaksi kekhawatiran yang berlebihan juga dapat mempengaruhi kekuatan pada diri anak. Karena itu, upaya yang perlu kita lakukan agar anak dapat menghadapi kondisi sulit yang menimpanya, hendaknya dimulai sejak reaksi pertama kita saat kondisi sulit menimpa mereka.
Beberpaa hal berikut ini dapat diperhatikan untuk mengajari anak menghadapi kondisi sulit yang menimpanya.
1. Tahan untuk bereaksi
Saat anak tertimpa kesulitan, maka lebih baik kita tahan dulu reaksi kita. Kita amati dulu apa yang terjadi, apa yang akan dilakukan anak kemudian. Siapa tahu anak justru punya cara sendiri untuk mengatasi kesulitan yang menimpanya. Bahkan cara mereka bisa jadi lebih baik dari yang kita pikirkan.
2. Bereaksilah secara wajar
Kalaupun harus bereaksi atau memberikan bantuan, maka bereaksilah secara wajar. Penundaan reaksi (poin 1), selain dapat melatih kita menjadi lebih tenang, juga dapat memberikan waktu kita untuk memikirkan reaksi yang tepat. Misalnya saja anak terjatuh, bahkan sampai berdarah di lututnya. Reaksi yang wajar adalah mengusap atau membersihkan lukanya. Ini lebih baik daripada kita berteriak dan disambung dengan, “Aduh kasihan, pasti sakit ya..” dengan dibarengi ekspresi kita yang justru membuat anak cemas. Apalagi jika ditambah dengan, “Oh, lantainya nakal!”, sambil memukul lantainya. Ini sama sekali harus dihindari. Ini pernyataan atau alasan yang tidak realistis bagi anak.
3. Tunjukkan cara bersikap realistis terhadap kondisi yang sulit
Jika kita berhenti hanya pada poin 2 (bereaksi secara wajar), kemungkinan anak memang menjadi pribadi yang kuat, karena reaksi yang wajar memang dapat menjaga kekuatan pada diri anak. Namun ada juga kemungkinan negatifnya, yaitu kondisi sulit atau rasa sakit yang dirasakan anak ditanggung sendiri dan terakumulasi. Akibatnya, dampak yang besar baru ketahuan kemudian. Misalnya anak yang tidak terbiasa bilang sakit saat terjatuh, ternyata dia mengalami keseleo otot yang baru diketahui kemudian. Untuk menghindari kemungkinan ini, maka kita bisa mengatakan kepada anak, “Kalau habis jatuh bilang saja. Ibu bisa bantu mengobati atau mencarikan obat”, sambil mengusap lukanya dan tetap berekspresi secara wajar.
Jika langkah-langkah kecil ini terbiasa kita lakukan, dampaknya adalah: 1) anak akan menjaga kekuatan pada dirinya, namun 2) dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang menimpanya, serta 3) dapat mengambil tindakan yang proporsional atas kesulitan tersebut.
Apakah Kamu sudah mengajari anak menghadapi kondisi sulit yang menimpanya? Yuk, bagi pengalamanmu di sini!
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Modal Dasar Pengasuhan
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak