Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
January 24, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 5 Comments
Sebagai manusia, anak pasti tak luput dari kesalahan. Namun yang lebih penting dari itu, apa tindakan awal kita ketika anak melakukan kesalahan? Tindakan awal yang tepat atas kesalahan anak, juga merupakan bentuk yang baik dari pendidikan anak.
Beberapa hari ini, Bintang (2 tahun) suka bikin ‘meneuver’. Ada saja ulahnya yang sering memancing emosiku atau ibunya. Ada minuman tumpah, makanan keluar dari mulutnya di lantai, mainan jatuh dan patah-patah, bahkan sampai dia sendiri jatuh, terbentur dan sejenisnya. Namun, ada yang menarik ketika aku bandingkan reaksiku pada beberapa kesempatan dengan ‘eksperimen’ku kemarin. Apa itu?
Aku mencoba bereaksi secara berbeda atas ‘ulah’ yang ia bikin. Biasanya, aku langsung menasehatinya secara perlahan, dengan suara yang lembut. Reaksi Bintang atas sikapku ini, lebih menyiratkan perasaan aman. Dia bisa tersenyum atau bilang, “Tumpah, tumpah”. Ketika ditanya, “Siapa yang menumpahkan?”, dia jawab, “Itan (cara dia menyebut Bintang)”.
Aku coba bandingkan dengan reaksiku saat sesekali memarahinya. Ketika dimarahi, dia pasti diam. Wajahnya terlihat murung atau malah ketakutan. Karena Bintang agak gengsian, dia lebih sering bilang, “Tumpah”, sambil mengusap atau menyapunya dengan lap yang kebetulan ada di sekitar situ. Reaksi ini jauh lebih lunak daripada dulu. Kalau dulu, sekitar 1-1.5 tahun-an, dia mendahului marah atau panik agar tidak dimarahi. Trik yang bagus hehehe.
Apa bedanya kedua reaksi terhadap ‘ulah’ Binatang tersebut? Pasti keduanya beda, namun tipis. Bedanya adalah pada perasaan ketakutannya. Ketika aku beri tahu dengan lembut, dia merasa lebih aman, sedangkan ketika dimarahi, dia terlihat ketakutan.
Namun ada kesamaannya, keduanya menimbulkan rasa bersalah pada benak Bintang. Jadi sebenarnya tetap ada rasa takutnya, tetapi dengan kadar yang berbeda jauh.
Aku merasa kedua reaksi terhadap ‘ulah’ Bintang tersebut tidak begitu efektif buat kemajuan Bintang. Aku coba mencermati keduanya. Ternyata ada kesamaan substansial dair kedua reaksi tersebut. Aku lebih menekankan perhatianku pada efek yang terjadi, misalnya tumpahan minuman, makanan yang berceceran, mainan yang patah. Ternyata inilah biang ketidakefektifan sikapku. Karena itu aku mencoba mulai meninggalkan keduanya. Aku mencoba reaksi yang terbaru. Apa itu?
Aku mengalihkan perhatianku dari efek ‘ulah’ anak kepada reaksi anak atas kesalahannya. Jadi aku langsung memperhatikan ekspresi dan tindakan Bintang pasca ‘ulah’ tersebut diluncurkan. Hal terakhirlah yang pertama kali aku cermati. Kenapa aku tidak lagi memperhatian efek dari perilaku anak? Berikut alasannya,
1. Memperhatikan efek perilaku dapat memancing emosi
Ketika kita memperhatikan efeknya, yang kita saksikan adalah apa yang tidak kita sukai. Kita melihat kerusakan, sesuatu yang berantakan, lantai yang kotor dan sebagainya. Jelas hal tersebut potensial memancing emosi kita. Sebaik apapun tindakan, kalau sudah dilandasi emosi, pasti munculnya tak bagus juga.
2. Anak merasa bersalah
Reaksi kita terhadap kondisi yang tidak kita senangi adalah rasa kecewa. Secara tidak sadar, perasaan itu akan muncul lewat ekspresi kita. Anak mengamati itu.
3. Anak merasa ada yang salah pada dirinya
Apa bedanya dengan poin 2? Kalau di poin sebelumnya, anak merasa bersalah. Poin yang ini, anak merasa dirinya biang kesalahan. Artinya, anak memandang dirinya bermasalah. Dampaknya semakin kuat jika reaksi yang sama kita ulang-ulang terus tiap kali dia berbuat ‘ulah’.
Lalu apa kelebihan dari tindakan yang baru-baru saja aku pilih sebagai reaksi atas ‘ulah’ anak? Keuntungan lebih mendahulukan memperhatikan reaksi anak adalah sebagai berikut,
1. Kita tidak melewatkan untuk mempelajari reaksi anak ketika melakukan kesalahan
Dengan tidak menyia-nyiakan moment ketika anak ‘berulah’, kita akan tahu kemajuan anak kita, terutama tentang belajar empati, tanggung jawab dan mekanisme pertahanan diri yang ia gunakan.
2. Mengurangi rasa bersalah anak
Jika kita memilih memperhatikan anak pertama kali (baru kemudian beralih kepada efek tindakan anak), bisa membuat anak dihadapkan pada kita sebagai orang terdekatnya. Ini berdampak pada munculnya rasa tanggung jawab, bukan pada menutupi kesalahan.
Jangan salah, jika anak segera membersihkan tumpahan ketika kita mengamati tumpahan tersebut, yang terjadi sebenarnya, anak ingin segera menghapus kesalahannya. Anak berusaha menghindari hukuman atau ketidaknyamanan. Ini jelas berbeda dengan rasa tanggungjawab.
3. Mengurangi tersulutnya emosi
Coba bandingkan antara mengamati lantai yang penuh dengan kotoran dengan mengamati anak kita. Mana yang lebih menyulut emosi?
Lebih mengutakan memperhatikan anak daripada dampak ‘ulah’nya, sebenarnya adalah upaya kita mengubah pola perhatian kita. Kalau kita memperhatikan efek dari ‘kesalahan’ anak, maka urutannya adalah:
efek (misalnya lantai kotor, sumber rasa kecewa) –> emosi tersulut –> memarahi/menasehati anak –> anak merasa bersalah –> anak merasa bermasalah.
Jika kita memperhatikan reaksi anak lebih dulu, maka polanya:
reaksi/ekspresi anak (kita tidak terpicu oleh rasa kecewa) –> mempelajari anak –> memilih reaksi setelah mempelajari reaksi mereka.
Beda awalan, beda pula kelanjutannya.
Namun demikian, agar reaksi kita lebih efektif lagi, kita perlu tahu caranya, bagaimana teknis langkah kita ketika ‘kesalahan’ anak terjadi. Paling tidak, kali ini kita tahu apa reaksi awal yang memicu tindakan lanjutan yang lebih efektif.
Nah, kalau Kamu, apa tindakan awal yang Kamu pilih ketika anak melakukan ‘kesalahan’?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Modal Dasar Pengasuhan
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
5 Comments