Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
April 30, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Meskipun anak sangat peka terhadap stimulasi dan rasa ingin tahunya tinggi, tapi ketika sebuah kesepakatan dibuat, anak bisa konsisten terhadapnya. Iya, seperti orang dewasa, anak juga mengenal kesepakatan.
Apakah pernah mengalami adik atau anak merengek meminta dibelikan sesuatu, padahal kita tidak setuju atau mungkin tidak membawa uang untuk membelinya? Pernahkah melihat orangtua yang mengantar anaknya ke sekolah dan sampai di sekolah anak menolak untuk ikut belajar, lebih memilih bersama pengantarnya? Jika Kamu pernah melihat atau mengalaminya, maka cobalah bikin kesepakatan dengan anak.
Beberapa hari yang lalu, Bintang (2.3 tahun) sakit. Aku dan ibunya membawa ke dokter. Sebelum berangkat, kami ngobrol dengan bintang. Ibunya bilang, “Nanti akan ketemu dokter. Itan akan diperiksa. Mau diperiksa kan?”. Bintang mengangguk. Setelah jeda beberapa saat, ibunya mencoba mengulangi lagi pertanyaannya, dan dengan tegas Bintang mengangguk sambil bilang “Iya”.
Sampai di rumah sakit, kita daftar dan menunggu giliran. Kita menunggu di depan ruang tempat pengambilan sampel darah. Seorang anak sekitar umur 5-6 tahun masuk. Belum sampai 10 detik, suara tangisnya pecah. Tidak hanya itu, ia juga marah-marah dan meronta. Orangtuanya ikut masuk dan berusaha menenangkan. Tetap saja ia meronta. Ayahnya sampai marah-marah. Beberapa tendangan dan pukulan dari si anak terdengar membentur-bentur tembok yang terbuat dari kayu. Prosesnya pun lama, berlangsung sampai hampir 20 menit.
Kembali ibunya mengajak Bintang bicara. “Kenapa Kakak itu?”. Bintang menjawab “Diperiksa”. Ibunya bertanya lagi “Itan mau diperiksa?”. Jawaban Bintang tetap, “Mau”. Ibunya bertanya lagi, “Itan berani?”. Bintang mengangguk. “Ndak nangis kayak kakak itu?”. Bintang menjawab “Tidak”.
Proses pemeriksaan berjalan lancar. Padahal, sekitar 2 bulan yang lalu, Bintang masih tidak mau diperiksa oleh dokter. Dia menangis, minimal merengek untuk tidak diperiksa. Sekarang beda. Dia mau, apapun yang disuruh oleh dokter. Bintang memahaminya sebagai bagian dari proses pemeriksaan.
Menurut dokter, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya ciri-ciri yang persis seperti sakit tipes. Suhunya naik turun, terutama menjadi tinggi ketika malam hari, beraknya berlendir, perutnya kembung, susah makan. Pokoknya, semua ciri penyakit tipes diadopsi. Apa saran dokter? Bintang diberi surat pengantar untuk cek darah. Berarti Bintang akan dikenai hal yang sama dengan anak yang menangis dan meronta pada hari itu.
Membayangkan anak yang usia 6 tahunan saja meronta dan menangis sejadi-jadinya, bagaimana dengan Bintang yang masih umur 2.3 tahun. Aku saja pernah diambil darah sampai rasanya perut eneg, mual dan kepala pening. Ini ternyata juga berefek ketika akan mengantar Bintang tes darah.
Aku teringat upaya yang dilakukan ibunya di hari sebelumnya. Aku ajak Bintang ngobrol. “Nak, hari ini Itan akan disuntik. Nanti akan ditusuk di tangannya, di sebelah sini (sambil aku tunjukkan). Rasanya sakit sedikit dan hanya sebentar. Itan mau?”. Apa jawab Bintang? “Iya, nanti disuntik”, demikian katanya. “Nanti darahnya diambil. Itan mau?”. Jawaban Bintang tetap, “Iya, darahnya diambil”.
Tibalah di rumah sakit tempat tes darah dilakukan. Ibunya tidak tega dan tidak berani memegangi Bintang. Sama seperti ketika imunisasi, selalu aku yang memegangi Bintang ketika disuntik. Terakhir imunisasi Bintang memang tidak menangis, hanya menggigit bibirnya menahan sakit.
Aku naikkan Bintang ke atas ranjang. Sebelum sampai mendekat ke ranjang. Dokter langsung menyambutnya dan menggendongnya untuk direbahkan di ranjang. Aku dekati Bintang di sampingnya. Dokter sudah pasang kuda-kuda, karena masih teringat dengan anak yang meronta kemarin. Aku kembali bilang ke Bintang, “Sakit sedikit ya”. Bintang mengangguk.
Perlahan dokter menusukkan jarum sampai penuh. Disedotnya darah Bintang perlahan. Aku lihat ekspresinya. Dia hanya tersentak ketika pangkal lengannya diikat. Selebihnya, ketika jarum ditusukkan dan daranya diambil, sama sekali bintang tidak menangis, apalagi melakukan perlawanan. Kesepakatan hari kedua berhasil dengan baik.
Cerita ini mengingatkan aku pada seorang pembuat tas di sebuah daerah industri kerajinan tas dan sepatu. Ketika aku memesan tas untuk Boneka Takita, seorang pengrajin mengeluhkan anaknya. Dia tidak mau mengajak anaknya ke mini market atau sejenisnya. Pasti anaknya minta macam-macam.
Aku bilang ke dia untuk bikin kesepakatan, karena anak memahami itu. Aku pernah pergi ke sebuah mini market sama Bintang. Aku hanya membawa uang yang hanya cukup untuk beli bedak bayi dan minyak telon. Sebelum sampai ke mini market, karena aku sadar bahwa aku tidak membawa dompet, hanya ada uang yang pas, aku bilang ke Bintang, “Itan tidak beli apa-apa ya, bapak tidak membawa uang. Uangnya hanya cukup buat beli bedak sama minyak telon”. Bintang mengangguk.
Ketika turun dari motor, aku bilang lagi, “Ingat, tidak beli makanan ya”. Bintang mengangguk. Ketika masuk ke mini market, Bintang hanya mengikuti dan melihat-lihat. Dia melewati susu cair coklat kesukaannya. Sama sekali dia tidak bicara apapun, kecuali melihatnya saja. Sampai dibedak, dia baru berkomentar, “Beli bedak”. Aku ambil bedak dan minyak telon buatnya. Kami membayarnya dan kesepakatan hari itu berhasil.
Anak juga seperti orang dewasa, paham kesepakatan yang mereka buat dengan kita. Jika Kamu akan keluar rumah dan menginginkan anak berperilaku tertentu, maka buatlah kesepakatan, sebelum berangkat.
Kamu punya pengalaman yang sama? Boleh dibagi di sini.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?