Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
August 1, 2016 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Ketika masuk masa belajar dengan material tertentu (misalnya berjalan, membaca, merangkai bentuk dsb.), anak akan mengirimkan signal. Orangtua atau pendamping harus peka terhadap signal tersebut. Kita perlu tanggap untuk memberikan rangsangan atau bantuan, agar anak belajar dengan baik. Untuk itulah diperlukan stimulasi untuk optimalisasi belajar anak.
Hari minggu kemarin, aku bermain dengan Bintang (5,5 tahun) di tamah kota. Ia berulang-ulang menaiki tangga, berjalan di jembatan titian, hingga turun di perosotan. Satu yang ingin dilakukan, karena melihat anak-anak yang lebih besar dari dirinya juga melakukannya, yaitu turun merosot dari tiang. Karena ia merasa dirinya tidak mampu, maka ia selalu berbelok dan lebih memilih titian dan perosotan. Dia sempat memberi tahuku dan ibunya bahwa ia ingin mencoba turun dari tiang. Ibunya memberikan semangat, memintanya untuk mencoba.
Aku mencoba untuk menengok, mendekati tiang yang ingin dijadikan alat untuk terjun. Bintang mulai menaiki tangga dan mendekati tiang. Ia memanggilku, menyatakan keinginannya untuk melorot lewat tiang. Tapi dia menghentak-hentakkan kakinya, protes bahwa ia tidak bisa melakukannya.
Aku memintanya memegang tiang dengan satu tangannya. Ketika sudah berhasil, aku coba memintanya untuk menyusulkan tangan satunya agar ikut memegang tiang jua. Sejauh ini ok. Tapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya lagi. Ia lepaskan kedua tangannya dari tiang.
Seorang anak yang berdiri tepat di belakangnya sedang mengantri. Anak tersebut mendahului Bintang. Ini menjadi kesempatan berharga agar Bintang bisa melihat anak tersebut terlebih dahulu. Anak itu memang lebih besar dari Bintang. Maka ku katakan pada Bintang, “Coba lihat Kakak ini, bagaimana ia melakukannya!”. Bintang mengamatinya, dan terlihat ia tidak sabar untuk mencobanya.
Bintang tidak langsung melakukan caranya yang sudah ia coba, yaitu memegang tiang dengan kedua tangannya. Ia lebih memilih untuk duduk, agar jarak antara tempatnya berdiri tidak terlalu tinggi dari tanah. Setelah duduk, ia memeluk tiangnya dan jadilah ia melorot lewat tiang itu sampai ke bawah. Pada saat itu, ia diberikan bantuan oleh seseorang yang ada di dekat tiang.
Selanjutnya, Bintang tak sabar untuk mencoba lagi. Ia naik tangga dan mendekat lagi ke puncak tiang. Sekarang, ia mempraktikkan caranya yang ku ajarkan pada kesempatan pertama, yaitu memegang tiang dengan kedua tangannya. Orang yang tadi membantu Bintang, ingin memegang kaki Bintang dan meletakkannya di tiang, agar kakinya merangkul tiang. Tapi karena aku sendiri sama sekali tidak membantu atau tidak menyentuh Bintang, orang yang akan membantu tersebut cukup peka. Ia juga tidak memegang kaki Bintang. Orang itu mencolek kaki Bintang dan menunjuk ke tiang. Hasilnya, setelah kedu tangan Bintang berpegang pada tiang, kedua kakinya merangkul tiang. Ia berhasil melorot dari atas ke bawah dengan menggunakan tiang. Ia sanga girang. Kemudian dia mengajak toss dengan semangat.
* * *
Secara tidak sengaja, aku menerapkan konsep belajar dari Vygotsky. Untuk lebih lengkapnya, baca tulisanku tentang Zone of Proximal Development. Simak juga videonya berikut ini!
* * *
Ada lagi cerita yang berbeda. Kali ini adalah cerita tentang keponakanku (lebih kurang 6 tahun) yang ku beri hadiah sepasang sepatu. Ia aku belikan sepatu yang menggunakan tali.
Ketika sepatu tersebut ku berikan kepadanya, ia berkata, “Lho kok pake tali!”. Ia melirik ke arah ibunya. Si ibu bilang, “Wah, seharusnya jangan yang pake tali…! Seharunya sepatu kretekan aja”. Dengan santai aku cuma bilang, “Ya nanti pada akhirnya akan bisa kok”.
Beberapa bulan kemudian, sepatu hadiah tersebut dikirimkan kembali kepadaku melalui kakek dan neneknya. Karena terlalu besar jika diberikan kepada Bintang, sepatu tersebut ku simpan beberapa bulan. Nah, sekarang sepatu tersebut ku berikan kepada Bintang (5,5 tahun).
Awalnya, Bintang minta bantuan untuk diikatkan talinya. Tapi ia merasa tidak puas kalau tidak mengikat sendiri. Ia coba mengikat sendiri. Hasilnya, ia mengikat tali sepatu itu seperti kepang rambut hahaha.
Beberapa hari tetap aku bantu menalikannya. Tentu saja ketika ia meminta atau aku menawarkan terlebih dahulu kepadanya, apakah ia mau dibantu atau tidak. Gurunya juga melakukan hal yang sama. Kadang ia juga menalikan sepatunya di perjalanan.
Seminggu berikutnya, Bintang dengan bangga mengatakan bahwa ia bisa menalikan sepatunya sendiri. Untuk mengapresiasinya, aku menerima undangannya untuk menyaksikan dia memeragakan kebolehannya menalikan sepatu. Wow, aku terkesima dengan kemajuan yang dibuat oleh Bintang. Meskipun belum terikat dengan erat, tapi caranya menali sudah persis dengan yang biasanya aku lakukan.
Coba bandingkan antara keponakanku dengan Bintang. Seandainya sepatu yang ku berikan dulu itu dipakai, pasti ia sudah menalikan sepatu sendiri. Sampai sekarang keponakanku sepertinya masih memakai sepatu kretekan.
* * *
Cerita yang kedua juga berhubungan dengan Zone of Proximal Development. Kita tidak hanya merespon signal belajar anak, seperti di cerita yang pertama. Proses yang terjadi seperti pada cerita tentang Bintang yang bermain di taman kota, yaitu anak mengirimkan signal belajar, baru orangtua atau pendamping memberikan bantuan (asistensi). Setelah anak bisa mandiri melakukannya, barulah bantuan dihilangkan (scaffolding). Pada cerita kedua, signal itu bisa muncul karena adanya stimulasi. Nah, stimulasi yang tepat dapat mengoptimalkan belajar anak. Potensi yang belum nampak bisa muncul sebagai signal belajar ketika kita memberikan stimulasi, misalnya dengan memberikan sepatu yang menggunakan tali.
Simak juga video berikut ini!
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Modal Dasar Pengasuhan
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?