Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
April 26, 2014 . by rudicahyo . in Parenting, Pendidikan . 0 Comments
Pendidikan seks bagi anak, tidak hanya penting bagi pengetahuan dan bekalnya kelak di kemudian hari. tetapi juga untuk bisa merawat dan melindungi diri sendiri. Untuk itu, orangtua perlu memberikan pendidikan seks yang sesuai untuk anak.
Tak bisa dipungkiri, pendidikan seks sejak dini menjadi kebutuhan (sekaligus kesulitan) bagi para orangtua. Namun memang tidak mudah memberikan pendidikan seks yang sesuai bagi anak. Banyak orangtua yang merasa kesulitan melakukannya. Seperti yang sudah dibahas di tulisan “Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?” telah dibahas bahwa persepsi orang dewasa atau orangtua terhadap seks sangat berperan bagi timbulnya kesulitan dalam melakukan pendidikan seks untuk anak.
Agar kesulitan tersebut tidak terjadi, kita akan bahas tentang bagaimana melakukan pendidikan seks untuk anak, sekaligus berbicara tentang karakteristik anak-anak sehubungan dengan pendidikan seks tersebut.
Anak-anak, mulai dari lahir sampai dengan usia 3 tahun, menjalankan fungsi hidupnya didasarkan pada pemenuhan kebutuhan biologis. Artinya, anak memilih dan mengeksekusi tindakannya lebih bersifat reflektif, bentuk pemuasan kebutuhan dorongan internalnya. Pada fase ini, faktor lingkungan sangat berperan. Anak tidak berinisiatif untuk mencari tahu atau melakukan sesuatu. Anak bertindak ketika ada gangguan keseimbangan pada dirinya, misalnya lapar, haus, gerah dan sebagainya. Karena itu, kehidupan seksual anak pasrah sepenuhnya kepada orang dewasa. Tantangannya belum begitu besar.
Baru setelah anak menginjak usia 3 tahun, rasa ingin tahunya atas berbagai hal meningkat, termasuk tentang seks. Anak mulai bertanya tentang tubuhnya, tubuh ibu atau ayahnya, perbedaan alat kelamin dan sebagainya. Hal ini karena kebutuhan anak mulai disadari oleh dirinya sendiri, termasuk pemenuhan kebutuhan pada area genital (alat kelamin). Anak menydari ada perasaan berbeda (nyaman atau kejutan) saat alat kelaminnya disentuh. Pada fase inilah pendidikan seks sudah mulai bisa diberikan.
Berikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh anak, termasuk tentang seks. Artinya, ketika anak bertanya maka jawablah. PR selanjutnya, bagaimana cara menjawabnya? Karena di awal usia 3 tahunan anak-anak berada pada tahap pra operasional secara kognitif. Karena itu, kurangi banyak penjelasan. Kita bisa langsung menunjukkan atau menggunakan peraga. Misalnya saja ketika anak bertanya saat mandi, tentang perbedaan alat kelamin. Maka orangtua bisa langsung mengajak anak melihatnya sambil mengatakan penjelasannya. Orangtua mungkin mengatakan “Ini penis, punya laki-laki, seperti Kamu (atau sebut nama) dan ayah”. Kalau dia tanya perbedaan, kita bisa menjelaskan, “Nah, yang ini vagina. Dimiliki perempuan, seperti adik (misalnya) dan ibu”. Mungkin anak tidak paham sepenuhnya, tetapi anak bisa memasangkan labelnya, misalnya penis atau vagina dengan alat kelaminnya.
Bagaimana dengan konsep moral sehubungan dengan seks, mengingat hal ini penting agar anak bisa melindungi dirinya sendiri sehubungan dengan seks? Usia 3 tahunan, anak berada pada tahap pra konvensional secara moral. Saat usia ini, anak melakukan sesuatu karena orientasi takut hukuman dan mencari kesenangan (hedonistik-instrumental). Karena itu, orangtua boleh menambahi, “Ini harus ditutup (sambil tunjukkan celana). Kalau tidak, bisa sakit”, “Semuanya pakai celana. Lihat ayah, ibu, kakak (sambil menunjuk celana yang dikenakan orang yang disebut, jika sedang ada).
Pertanyaan dan penjelasan tentang seks akan semakin kompleks dengan bertambahnya usia. Namun akan ada masa dimana anak tidak banyak bertanya atau mencari tahu tentang seks, yaitu sekitar usia 5 atau 6 tahun sampai pubertas (sekitar 14 tahunan). Anak mulai sibuk dengan pengalaman pertamanya di sekolah atau banyak berkutat dengan hobi.
Setelah anak memasuki masa puber, kegiatan seks mulai benar-benar terarah di area genital (alat kelamin) secara nyata. Organ seksual mulai matang pada fase ini. Karena itu kita bisa memberikan penjelasan yang lebih kompleks dan mengarah kepada hubungan intim. Kita bisa menjelaskan tentang menstruasi atau mimpi basah, kematangan dan kehamilan (regenerasi), hubungan seks dan pernikahan (penjelasan moral). Untuk memperkuatnya, kita bisa menekankan pada keuntungan ketika perilaku dijaga/mengikuti aturan, dan kerugian ketika perilaku tidak dijaga/melannggar aturan. Misalnya saja tentang seks pranikah dan tanggung jawab yang menjadi konsekuensi, mulai dari pembahasan tentang hukum dosa sampai pada status anak atas kehamilan yang mungkin terjadi.
Begitulah cara yang sesuai untuk memberikan pendidikan seks pada anak. Jika ada yang mau ditambahkan, silahkan tuliskan di bagian komentar.
Artikel tentang Parenting, Pendidikan Lainnya:
- Profesi Guru, Antara Idealisme dan Industri Pendidikan
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Pendidikan Indonesia di Nomor S(ep)atu
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Makna Belajar, Mana yang Lebih Utama, Kualitas atau Jumlah?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Pendidikan dan Sikap terhadap Tantangan Kerja
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Pay It Forward: Dengan Inspirasi, Guru Membuat Perubahan
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Menjadi Guru adalah Jalan Pedang
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Pro Kontra Penghapusan Status RSBI
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Bukan Stratifikasi, tapi Diferensiasi Pendidikan
- Seperti Apakah Perubahan Diri Kita setelah Belajar?
- Apakah Pendidikan Kita Membangun Karakter?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Pemimpin itu Pendidik
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Pendidikan Kita Menciptakan Jarak dengan Kehidupan?
- Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!
- Bolehkah Guru TK Mengajari Membaca?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak