Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!
February 9, 2012 . by rudicahyo . in Pendidikan . 0 Comments
Tipe penguji bisa dianggap keberuntungan bagi yang diuji. Ini berhubungan dengan cara dan tingkat tegangannya hehe. Selain itu, mengetahui tipe penguji juga memberikan signal buat mahasiswa untuk melakukan persiapan khusus yang sesuai.
Hari ini ikutan sidang thesis lagi. Kalau kemarin penelitiannya kualitatif, sekarang kuantitatif. Lengkaplah sudah ‘kebingungan’ku dengan penelitian hehe.
Berdasarkan pengalaman ikut dalam ujian skripsi maupun thesis, paling tidak ada tiga model penguji sehubungan dengan persiapan dan kesiapan sebelum menguji. Kenapa ada kata ‘persiapan’ dan ‘kesiapan’? Ini karena ada dua kemungkinan keadaan. Mungkin ada penguji yg melakukan persiapan tetapi tetap belum siap juga, atau sebaliknya tidak melakukan persiapan tapi siap-siap saja untuk menguji. Tentu saja ada kondisi yang bersifat gradatif diantara keduanya. Jadi ingat waktu ditanya, apa perbedaan persatuan dan kesatuan, waktu pelajaan PPKN dulu.
Apa tiga model penguji sehubungan dengan persiapan dan kesiapannya? Pertama adalah penguji yang tidak mempelajari naskah dan juga tidak mempersiapkan diri untuk menguji. Mudah-mudahan penguji yang seperti ini tidak ada. Kategori ini muncul hanya karena mempolakan, bukan berarti ada dalam ujian yang aku pernah ikuti.
Model penguji pertama ini tidak mempelajari atau bahkan tidak membaca naskah skripsi atau thesis yang sudah diberikan kepadanya. Ironisnya lagi jika penguji yang ini merangkap sebagai pembimbing. Luar biasa bukan jika pembimbing tidak membaca naskah skripsi atau thesis anak bimbingnya? Selain tidak mempelajari, juga tidak mempersiapkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan untuk ujian.
Penguji yang kedua adalah yang terbiasa mempersiapkan pertanyaan, meski tidak mempelajari naskahnya. Nah, unik bukan? Artinya, penguji kedua ini sepertinya sudah biasa melakukan ujian sidang. Karna itulah ia tahu pokok-pokok pertanyaan yang penting untuk ditanyakan.
Penguji yang terakhir adalah yang siap segala-galanya. Penguji yang ini kalau boleh dikata, sudah sampai melakukan check sound sebelum tampil. Seperti tidak mau kalah oleh mahasiswa yang berhari-hari latihan presentasi, seolah-olah ujian skripsi atau thesis inilah sidang yang sesungguhnya di dunia dan di akhirat hehehe. Selain sudah membaca, penguji yang super siap ini juga sudah membuat pertanyaannya.
Ketiga model penguji itu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, mungkin berada gradatif diantara yang siap-siap tapi tetap belum siap dan yang tak bersiap-siap tapi sudah siap. Untuk penguji yang sudah punya jam terbang tinggi, sudah ribuah kali menguji (lebay deh), akan selalu siap dengan apa yang akan diujikan, meski tak sepenuhnya mempelajari sampai bagian tergelap dari naskah (opo tho?). Nah, penguji yang terakhir inilah yang akan kita bahas kali ini.
Kita sebut saja penguji yang berpengalaman ini sebagai penguji yang teruji. Terlepas apakah ia suah siap dengan membaca naskah atau tidak, yang akan kita bahas kali ini adalah penampilan dia ketika show di ruang sidang.
Apa yang perlu diperhatikan dalam menguji mahasiswa yang sidang skripsi atau thesis (mungkin juga disertasi)? Pertanyaan tentunya. Nah, bicara tentang pertanyaan, kita bisa mengelompokkan pertanyaan dengan tiga muatan yang berbeda, yaitu pertanyaan yang mengetes (testing question), pertanyaan yang memfasilitasi (facilitative question) dan pertanyaan ingin tahu (curious question). Kalau penguji bisa menggabungkan ketiganya pasti yahut.
Pertanyaan ngetes itu jelas yang bertanya sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apapun yang dikatakan oleh pihak yang diuji, benar dan salah adalah keputusannya, meskipun tidak dikatakan secara langsung. Pertanyaan ini langsung final setelah yang ujian menjawabnya. Artinya sudah bisa diputuskan sebagai benar atau salah. Contoh, “Apakah yang dimaksud penelitian dengan cara berpikir induktif?”.
Pertanyaan fasilitatif bersifat membimbing. Penguji yang bertanya dengan cara fasilitatif bisa tahu jawabannya atau bisa juga tidak. Jika sudah tahu jawabannya, maka penguji akan bertanya sesuatu yang menggiring mahasiswa menemukan jawabannya sendiri, yaitu jawaban yang dimaksud oleh penguji. Contoh, “Bagaimana ide tentang metode kreatif kamu jelaskan dengan teori interaksi?”.
Tapi bisa juga penguji tidak tahu sama sekali jawabannya. Penguji memberikan pertanyaan yang menuju kepada usaha menemukan bersama jawabannya. Contoh, “Bagaimana awal mula ide penelitian Kamu temukan?”, “Kok teorinya Kamu pakai ini, apa kelebihannya untuk mengaji ide dalam penelitianmu?”.
Pertanyaan yang ketiga adalah pertanyaan karena rasa ingin tahu. Jelas pertanyaan yang terakhir ini penguji tidak tahu jawabannya. Contoh, “Apa pengalaman tak terlupakan ketika Kamu meneliti di daerah terpencil itu?”, “Eh, katanya wanita disana dilarang menikah denan penduduk sesama kampung ya?”, dan sebagainya.
Dengan berbagai model penguji tersebut, mahasiswa calon peserta ujian dapat mempersiapkan diri. Mereka bisa membuat tips dan trik untuk menahlukkan titik-titik fital dalam ujian.
Ada yang siap-siap untuk ujian? Apa persiapanmu menghadapi calon pengujimu?
Artikel tentang Pendidikan Lainnya:
- Apakah Pendidikan Kita Sudah Kontekstual?
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Matematika, Persoalan Epistemologi atau Etika?
- Belajar Hafalan, Membentuk Generasi 'Foto Kopi'
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Apakah Kamu Mendidik atau Mendikte?
- Apa Catatan yang Harus Diperhatikan Jika Guru Menghukum Murid?
- Berhala Sistemik Dunia Pendidikan
- Makna Belajar, Mana yang Lebih Utama, Kualitas atau Jumlah?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Pendidikan Karakter dan Kebahagiaan Murid
- Pendidikan Kita Menciptakan Jarak dengan Kehidupan?
- Tantangan dalam Membudayakan Membaca Pada Anak
- Warisan Unas: Ketika Kejujuran Menyisakan Penyesalan
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Pay It Forward: Dengan Inspirasi, Guru Membuat Perubahan
- PENDIDIKAN Kita Melestarikan Budaya Verifikasi Benar dan Salah?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Pendidikan Indonesia di Nomor S(ep)atu
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Ujian Nasional (Unas), Harga Mahal Sebuah Kejujuran
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Perlukah Anak Melakukan Les Privat Selain Belajar di Sekolah?
- Bolehkah Guru TK Mengajari Membaca?
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Profesi Guru, Antara Idealisme dan Industri Pendidikan
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Apakah Pendidikan Kita Membangun Karakter?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Seperti Apakah Perubahan Diri Kita setelah Belajar?
- Pembubaran RSBI Wujud Kemerdekaan Pendidikan
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Bukan Stratifikasi, tapi Diferensiasi Pendidikan
- Pendidikan dan Sikap terhadap Tantangan Kerja
- Pro Kontra Penghapusan Status RSBI
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Mengembalikan Keseleo Pendidikan
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Menjadi Guru adalah Jalan Pedang
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Pemimpin itu Pendidik