Apakah Kita Benar-Benar Memiliki ‘Me Time’?
August 28, 2019 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Apakah Kamu punya waktu sendiri, yang benar-benar milik sendiri? Ya, waktu yang biasa disebut dengan ‘me time’. Apakah aktivitas kita benar-benar milik kita dan dilakukan karena keinginan kita sendiri? Apakah kita benar-benar memiliki ‘me time’?
Mari kita sejenak berhenti dari hiruk pikuk keseibukan sehari-hari, dan mengingat kembali, apakah ada satu waktu dimana kita bebas melakukan keinginan kita sendiri? Pernahkah merasakan menikmati kesendirian tanpa intervensi dengan pikiran, perasaan, dan aktivitas yang diharuskan, bukan oleh diri sendiri? Berarti kita perlu mengevaluasi kadar ‘me time’ yang kita miliki. Jangan-jangan kita tidak memilikinya. Padahal ‘me time’ sangat penting untuk perkembangan diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, sudah pasti kita melakukan banyak aktivitas, mulai dari bangun tidur, urus diri, bekerja, sampai tidur lagi. Coba kita refleksikan semua aktivitas tersebut. Bangun jam berapa kita saat pagi hari? Apakah kita bangun karena keinginan kita atau karena sebentar lagi akan sekolah atau bekerja? Begitu juga ketika kita urus diri, seperti mandi, makan, berpakaian dan sebagainya, apakah semua itu kita lakukan hanya untuk diri sendiri? Jangan-jangan kita mandi, makan, berpakaian hanya karena sebentar lagi mau pergi sekolah atau bekerja. Bahkan ketika kita berangkat tidur sekalipun, bisa jadi itu hanya karena besok biar bangun lebih pagi atau lebih segar untuk memulai aktivitas yang masuk dalam daftar keharusan-keharusan. Bagaimana dengan liburan? Apakah juga termasuk aktivitas dalam daftar keharusan? Bisa jadi demikian, jika liburan tersebut bukan milik kita. Liburan hanya bagian dari acara organisasi atau institusi, atau bahkan liburan karena menggugurkan kewajiban atas janji kepada keluarga.
Bicara soal liburan, bisa dibaca tulisan: Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis.
Selama semua aktivitas itu bukan milik kita sendiri, maka kita sebenarnya belum memiliki ‘me time’. Lalu seperti apa yang disebut memiliki ‘me time’?
Sebelumnya, kita perlu tahu lebih dulu, apa yang disebut dengan ‘me time’. βMe–Timeβ adalah waktu untuk diri sendiri tanpa kehadiran orang lain, sehingga kita bisa beraktivitas sendirian (atau bahkan tidak melakukan apa-apa). Jenis aktivitasnya bisa sangat beragam, tergantung dari mana seseorang bisa merasa nyaman ataupun senang (nasional.kompas.com). Dengan demikian, selama kesendirian itu milik kita, maka kita sudah memiliki ‘me time’.
Mari kita kembali kepada refleksi kita sebelumnya, apakah aktivitas-aktivitas atau keberadaan kita benar-benar untuk diri sendiri, atau malah kita baru menyadari jika selama ini kita tidak pernah memiliki diri kita sendiri.
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Air Mata sebagai Emotional Release