Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?

December 17, 2012 . by . in Psikologi Populer . 0 Comments

Kamu punya mimpi? Setiap mimpi menghendaki dirinya dipelihara, ditimang dan dimanja, hingga ia tumbuh dengan sehatnya. Jika setiap tindakan kecil mengarah padanya, maka ia akan tahu kalau diperhatikan. Dengan demikian, ia akan dengan senang, setia menunggu kita.

Apakah Kamu punya mimpi? Lho, bagaimana ceritanya kok tidak punya? Coba bayangkan jika sampai saat ini mimpi tidak dibangun, kemana arah langkah kita? Penggerak hidup kita, yang membuat jalan tetap bergairah, adalah pendorong dan penarik. Pendorong kita adalah kebutuhan dan keinginan, sedangkan yang penariknya adalah mimpi. Nah loh, masih belom bermimpi juga?

Sebelum ngomongin mimpi, sebenarnya awalnya dari musim hujan yang mengguyur diri tiap hari. Berkendara motor di bulan ini memang memberi sensasi yang luar biasa, dingin, ditampar air hujan yang menyegarkan.

Hampir 3/4 perjalanan kedinginan, begitu sampai di rumah, disuguhi dapur yang bocor dan kamar belakang yang menetes. Hujan kali ini memang dahsyat. Jas hujan saja sampai ditembusnya. Sebenarnya tak begitu basah. Hanya saja, jas ku lepas saat ingin masuk mini market di pintu gerbang perumahan. Tak ku pakai lagi. Hampir belok ke blog rumah, sebuah kijang berpelat merah menyemburkan air dari jalanan ke tubuhku, sepertinya tak bersisa hiks.

Istirahat pasca menguras air di lantai rumah, ku buka lini masa. Ku lihat tweet berkeliaran, termasuk tweet dari Kakek @JamilAzzaini. Seperti biasa, Kakak yang rajin ngeblog ini woro-woro tentnag tulisannya. Saat itu aku membaca tulisan, “Bolehkah Tak Punya Mimpi?”

Lha terus, apa hubungannya tulisan Kek Jamil dengan bocornya rumah kali ini. Sebenarnya problem malam ini itu bukan cuma hujan yang merembes masuk, tapi ketakutan Bintang dan Ibunya karena ada suara berdecit di bawah tempat tidur. Iya, suara tikus sepertinya. Jadilah malam ini itu bukan hanya membersihkan bekas bocor, tapi juga berburu sesuatu yang berdecit tersebut.

Ketika ku geser tempat tidur, terlihat memang seperti bekas aktivitas hewan tak dikenal. Beberapa barang yang iseng dimasukkan lewat celah oleh Bintang, juga masih asik di bawah kolong. Debu dan kotoran aku lihat menyapa dengan manisnya. Dari situ aku berpikir, jelas saja tikus ada. Ini memang menghendaki dibersihkan tiap hari.

Sumber Gambar: katyskubicle.tripod.com

Dari merenungkan tentang tikus, aku beralih ke bocor. Begitu juga dengan bocor, ketika musim kemarau, kita lebih asik menikmati rumah yang sedang tenang-tenang saja. Tak ada perawatan khusus bagi atapnya. Begitu hujan datang, baru ketahuan kalau langit-langit bocor. Ada kesamaan, ini juga menghendaki perawatan yang lebih rutin. Meski tidak setiap hari, tapi sering dilakukan.

Lha, ini kan juga belom menjawab pertanyaan, apa hubungannya dengan tulisannya Kek Jamil? Rumah yang nyaman itu seperti impian. Jika tak dipelihara, maka lama-lama rumah semakin kotor atau rusak. Kondisi ini makin memburuk dengan kotoran yang mulanya dianggap remah, cuma sedikit, menjadi menggunung. Tapi rumahku tak seperti itu lho hehehe. Artinya, cita-cita kondisi rumah yang indah itu makin menjauh. Impian melarikan diri.

Begitu juga dengan impian kita. Kita memang seharusnya memiliki impian. Namun memiliki saja tidak cukup, karena jika kita abaikan, maka impian tersebut akan kabur. Karena itulah, punya impian jangan tanggung-tanggung. Jernihkan impian itu sampai pada gambaran yang paling detil. Jika ingin jadi dokter, bayangan kondisi dirinya sebagai seorang dokter juga harus jelas. Bagaimana penampilannya, pekerjaannya, cara bicara dengan pasien dan sebagainya. Jadi bukan cita-cita warisan, ikut-ikutan, atau yang diharuskan oleh orangtua.

Totalitas bermimpi itu bukan cuma soal kejelasan atau kejernihannya, tetapi juga soal pemeliharaannya. Jika punya mimpi, maka lakukan kegiatan yang membuat langkah kita terarah kepadanya. Dengan mengarah kepada mimpi, maka ia akan merasa diperhatikan, sehingga setia menyambut kita. Bukan cuma setia, tapi siap menyambut kita.

Jika hari ini Kamu masih harus bekerja atau menjadi pengikut, maka tetap curahkan sebagian dari tenaga dan waktu untuk impian kita. Jika sedang terlepas dari kewajiban dari rutinitas, maka manfaatkan waktu luang untuk melakukan kesenangan yang mengarah pada cita-cita.

Begitulah cara kita seharusnya menyikapi impian. Apa impianmu, dan bagaimana Kamu memeliharanya?

0.00 avg. rating (0% score) - 0 votes
Tags: , , , , ,

Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>