Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting

February 22, 2013 . by . in Creative Learning . 0 Comments

Bicara krativitas berarti bicara tentang penciptaan. Kreasi itu penting, tetapi bisa berawal dari hal yang tidak penting. Bagaimana bisa terjadi?

kreativitas

Kreativitas, Ide Itu Sederhana

Belakangan ini terlibat dalam pembicaraan tentang aktivitas tidak penting. Beberapa hari yang lalu (20/2) seorang kawan lama yang bekerja di Jakarta datang ke Surabaya. Bersama dengan para trainer dan fasilitator, kita bercengkerama selepas jam kerja. Apa yang kita bicarakan, apakah kita membicarakan hal penting seputar workshop dan pelatihan? Tidak, kita ngobrol ngalor ngidul, tidak penting. Itulah yang terpenting dari pertemuan sore itu. Lho kok?

Iya, seorang teman mengatakan merindukan aktivitas seperti ini, bersantai dan membicarakan hal-hal tidak penting. Ini mengingatkanku pada apa yang pernah ku katakan pada seorang wartawan Sindo, “Yang tidak penting itu penting”. Hal ini juga mengingatkanku pada sebuah posting yang pernah aku tulis dengan judul yang sama, bisa dibaca di sini.

Apa artinya “Yang tidak penting itu penting”? Segala penciptaan berawal dari sesuatu yang ‘tidak penting’. Maksud dari tidak penting ini adalah sesuatu yang belum jadi apa-apa. Kenal Isaac Newton? Beliau adalah penemu hukum gravitasi yang mengilhami berbagai penemuan berikutnya. Darimana asal inspirasinya? Newton kejatuhan buah apel. Keren bukan? Kalau saja Newton berdiam di belakang meja atau mengurung diri di kantornya, maka ia tidak akan ketajuhan buah apel.

Bagian mana yang sebenarnya ‘tidak penting’ dari sebuah penciptaan? Tempat bercokolnya bagian tidak penting dari awal mula kejadian adalah ide. Apel dan gravitasi tidak ada hubungannya. Apel jadi penting kalau kita terbuka untuk menyerapnya sebagai ide. Nah, kalau Alexander Graham Bell, gimana ya ide awalnya penemuan telepon? Kalau Thomas Alva Edison?

Awal mula lahirnya ide mamng bisa dari dua hal, penyempurnaan atau penemuan baru. Penyempurnaan ini bersifat referensif atau dialektik. Bersifat referensif, karena ide dari orang sebelumnya bisa disempurnakan dengan menggunakannya secara berbeda atau menambahinya. Proses dialektik terjadi ketika ide sebelumnya (thesis) ditantang oleh ide baru (antithesis), kemudian lahirlah penyempurnaan sebagai synthesis.

kreativitas

Kreativitas berawal dari keusilan (foto: failjail.com)

Bagaimana dengan penciptaan baru? Nah, untuk penciptaan baru inilah yang agak nyeleneh, karena awal mulanya memang tidak pernah terpikirkan. Darimana lahirnya? Dari pemikiran nyeleneh (imajinatif), obrolan dan kegiatan tidak penting. Bersantai dan ngopi/ngeteh di teras rumah juga bisa jadi sumber penciptaan. Begitu juga dengan humor, berekspresi dan tertawa lepas. Kenapa hal-hal ‘tidak penting’ ini bisa menjadi ibu yang melahirkan penciptaan?

1. Melepaskan dari rutinitas

Hal yang ‘tidak penting’ melepaskan kita dari rutinitas. Rutinitas adalah pengulangan. Penciptaan tidak lahir dari pengulangan.

2. Menjadi spons energi

Ketika ngobrol atau melakukan hal ‘tidak penting’, kita sedang relax. Dalam kondisi santai, kita terbuka pada masuknya energi. Dengan prinsip ini pula, kenapa duduk santai di taman sambil menikmati cemilan, menikmati indahnya rembulan, begitu penting. Sama halnya dengan istirahat atau tidur, itu penting banget.

3. Pikiran terbuka pada masukan

Saat bersantai bersama teman atau beristirahat melepas kelelahan, kita jadi terbuka pada masukan atau gagasan-gagasan yang berseliweran. Ini yang disebut sebagai open mind. Lepas dari rutinitas mengendurkan pikiran dari ketegangan. Pada saat itu lah kita menjadi lebih terbuka.

4. Mengasah kemampuan asosiatif

Ciri-ciri dari dari orang genius itu ada dua, total dalam bekerja dan mampu melihat pola dalam ketidakteraturan. Untuk ciri yang kedua ini kita bisa bilang kreatif. Melihat pola dalam ketidakteraturan berarti mampu menghubungkan, membuat kaitan antara banyak hal yang menurut orang lain sepertinya tidak saling bersinggungan. Inilah yang disebut kemampuan asosiatif. Dengan melakukan hal yang ‘tidak penting’, kemampuan ini diasah.

5. Melapaskan diri dari ‘barang lama’

Kata Mas Bukik, dalam belajar, yang tersulit bukan menerima hal baru, tetapi melupakan hal yang lama. Kenapa otak kita kesulitan mencipta, karena pengetahuan lama telah menciptakan norma-norma. Dengan melakukan hal yang ‘tidak penting’, kita lepas dari apa yang kita tahu dan biasa dilakukan dalam keseharian. Saat lupa itulah kita lebih mudah mencipta.

kreativitas

Kreativitas berawal dari apa yang tak terpikirkan (foto: loadpaper.com)

Itulah kaitan antara kreativitas dengan hal yang ‘tidak penting’, yang justru membuat “Yang tidak penting itu penting”. Apakah Kamu suka melakukan hal yang ‘tidak penting’?

0.00 avg. rating (0% score) - 0 votes
Tags:

Artikel tentang Creative Learning Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>