Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
June 3, 2013 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 3 Comments
Seseorang bisa sangat dikuasai orang lain karena sebuah kesan. Hal ini bisa mendatangkan rasa tidak nyaman, yang kemudian disebut disonansi kognitif. Bagaimana melalui disonansi kognitif, kita bisa menguasai emosi orang lain?
Pernah mendengar cerita sehari-hari tentang anak yang lebih dekat dengan ibunya dan lebih patuh (atau takut) kepada ayahnya? Cerita yang sama juga mungkin terjadi antara bawahan dan atasan. Seorang bawahan mungkin saja begitu mengagumi atasannya, hingga apapun ide dan perintah atasan dianggap baik. Sebaliknya, mungkin saja bawahan begitu takut kepada atasan, sehingga takut mengemukakan idenya. Pernah tahu kasus seperti ini? Atau Kamu mengalaminya sendiri?
Sebenarnya tulisan yang serupa ini pernah aku posting untuk membahas kekuatan pikiran yang dapat mempengaruhi prasangka orang kepada dirinya, sehingga akhirnya mengubahnya. Posting tersebut bisa dibaca di sini.
Ada dua cerita yang berhubungan dengan pengaruh secara emosinal seorang terhadap orang lain. Cerita pertama datang dari seorang teman fasilitator. Cerita yang kedua bersumber dari seorang mahasiswa yang begitu mengagumi dosennya.
Seorang teman lama menghubungi beberapa minggu yang lalu sebelum posting ini dibuat. Dia bilang, ada ide yang tak bisa ia tahan, ingin dibagi denganku. Nah, beberpa hari yang lalu kemudian, aku bertemu dengan temanku ini. Kebetulan ada teman lain yang datang dari luar kota yang juga akrab dengan temanku yang ngajak ketemu tersebut. Biar enak, sebut saja temanku yang satu ini dengan Mister.
Kami bertemu di sebuah mall. Pertemuan yang sudah ia tunggu-tunggu berminggu-minggu akhirnya datang juga. Ini saatnya ia menceritakan ide-idenya. Kali ini aku tidak akan membahas tentang isi idenya, karena yang sedang akan dibahas bukan soal itu. Yang kali ini menjadi fokus adalah alasan, kenapa ia memilihku sebagai orang yang dipilih untuk menyimak idenya.
Dia sebenarnya punya alternatif orang lain untuk mendengarkan idenya. Tapi sekarang ia sudah tidak ingin lagi cerita kepada orang tersebut. Padahal, sebelumnya, orang tersebut adalah teman berbagi ide yang bisa saling menginspirasi. Lho kenapa kok tidak cerita ke dia? Ternyata, Mas Mister ini menyimpan pengalaman yang bisa dibilang negatif dengan temannya tersebut. Negatif di sini bukan berarti pertikaian, perkelahian, pertempuran atau semacamnya. Si teman tersebut sudah sering menepis idenya, bahkan terlampau mengritisinya, sehingga dia merasa idenya tidak berharga. Karena selalu terjadi seperti ini, maka sekeren apapun idenya, ia selalu merasa idenya remeh di mata temannya tersebut. Padahal, ketika cerita sama aku, dia begitu menggebu-gebu menceritakan idenya dan punya harapan terhadap ide tersebut.
Sebelum kita bahas cerita tersebut, mari kita beralih ke cerita mahasiswa yang mengagumi dosennya. Mahasiswa ini telah mengambil mata kuliah skripsi dan punya seorang dosen pembimbing. Ia memilih dosen pembimbing tersebut, karena mengaguminya. Suatu ketika, ia menghadap untuk mendapatkan bimbingan dari dosen tersebut. Pertemuan pertama membuat ia merasa tidak salah mengagumi dosen, tetapi ia merasa salah memilihnya sebagai pembimbing. Lho kok bisa?
Si pembimbing yang dikagumi tersebut langsung memberikan pengarahan, mengritisi proposalnya dan mencecarnya dengan berbagia pertanyaan. Dia semakin kagum, sekaligus semakin tekut. Sejak saat itu, ia tak lagi berkunjung ke dosen pembimbingnya. Beberapa kali sudah di bibir pintu ruangan, mahasiswa tersebut mengurungkan niatnya. Dan pada akhirnya ia ingin ganti pembimbing, tanpa sedikitpun mengurangi rasa kagumnya.
Apa yang terjadi pada dua orang pada kedua cerita tersebut? Keduanya telah menanamkan kesan begitu dalam tentang seseorang dan itu seperti fleck dari asap rokok yang sulit sekali hilang, bagaikan noda di pakaian yang tak lekang meski dicuci berulang. Sepertinya mereka mengalami ketidaknyamanan yang disebut disonansi kognitif.
Disonansi kognitif adalah sebuah teori dalam Psikologi Sosial yang membahas ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran dan perilaku yang saling bertentangan dan mendorongnya untuk mengambil langkah untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Dalam disonansi kognitif, titik tekannya pada perasaan tidak nyaman yang terbangun dalam diri dan upaya lepas dari ketidaknyamanan. Karena itu, peralihan teman berbagi ide dan pergantian dosen pembimbing adalah upaya yang dilakukan oleh kedua orang tersebut.
Namun lepas dari persoalan disonansi kognitif, perlakuan dari dosen atau teman Mas Mister memang tidak bisa diterapkan kepada semua orang. Setiap orang punya karakteristik yang berbeda. Jika kita hanya berorientasi pada ego pribadi, maka dampak yang ditimbulkannya setara dengan pengalaman traumatik. Ketidaknyamanan emosionalnya akan terus terasa.
Aku sendiri sebenarnya sudah bertemu dengan dosen yang dikagumi mahasiswa tersebut. Dia malah tidak tahu menahu sebab anak bimbingnya enggan menemuinya. Mahasiswa tersebut malah cerita sama aku. Begitu pula dengan teman Mas Mister. Aku kenal dengan dia. Sekarang si teman tersebut sebenarnya tidak seperti yang diceritakan Mas Mister. Mas Mister pun juga paham ketika aku jelaskan. Tetapi kepahaman ini tidak mengubah sikapnya, dia tidak mau berbagi ide dengan si teman itu.
Dengan demikian, kita seharusnya lebih peka dan fleksibel dalam berpikir, bersikap dan memperlakukan orang lain, karena sekali perlakuan kita salah, maka selamanya dapat sulit diubah. Ini seperti rekaman emosi di benak anak-anak. Nah, untuk itu, yang akan datang akan aku posting tulisan yang sejenis ini, tetapi membahas tentang pemanfaatannya untuk parenting.
Pernah mengalami atau menemui hal seperti ini? Boleh di-share di sini.
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
3 Comments