Menulis Naskah Cerita Siap Rekam
February 7, 2012 . by rudicahyo . in Belajar Menulis . 0 Comments
Cerita tertulis bisa kita buat jadi bervariasi, karena anak juga punya kecenderungan yang berbeda dalam menikmati cerita. Ada anak yang suka membaca tulisan, tapi sebagian yang lain lebih senang mendengarkan. Nah, ayo kita menulis naskah cerita yang siap menjadi rekaman cerita.
Setelah ceritanya jadi, langkah selanjutnya adalah merekam cerita itu. Agar lebih mudah, cerita diubah dulu menjadi bentuk naskah cerita yang siap rekam. Sebenarnya bisa saja cerita bebas deskriptif langsung direkam, namun lebih mudah jika diubah dalam bentuk naskah cerita yang siap rekam. Keuntungan mengubah dalam bentuk naskah cerita siap rekam adalah:
- Dialog tiap tokoh yang terlibat dalam cerita lebih jelas
- Memudahkan jika cerita dibawakan oleh banyak pengisi suara
- Jika dibawakan oleh satu orang pun, akan memudahkan pencerita beralih suara dari satu tokoh ke tokoh yang lain
- Lebih praktis untuk diceritakan kembali
Dalam mengubah cerita teks deskriptif menjadi naskah cerita yang siap rekam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Bahasa untuk menggambarkan atmosfir cerita berbeda, antara yang berbentuk teks deskriptif dengan yang naskah cerita siap rekam. Teks deskriptif menggambarkan atmosfir cerite lewat deskripsi, sedangkan naskah cerita siap rekam lebih banyak digambarkan secara tidak langsung melalui dialog tokohnya.
- Karena alasan pada nomor 1, maka cerita dalam bentuk naskah cerita siap rekam lebih baik menghapus bagian-bagian yang tidak terlalu penting, yaitu bagian yang tidak langsung berhubungan dengan inti cerita
- Keterangan cara dialog tokoh (misal sedih, gembira, terharu) akan lebih baik dioperasionalkan dalam bentuk perilaku (jadi terisak, sesenggukan, memekik, berteriak, histeris), dan cukup ditulis singkat saja (boleh dalam tanda kurung)
- Bagian deskriptif yang bukan merupakan dialog tokoh, dibawakan oleh narator dengan kalimat secukupnya (berkaitan dengan inti cerita)
- Agar cerita lebih interaktif dan lebih manis, dialog narator dapat ditambahkan dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing keterlibatan pendengar. Berikan jeda atau kesempatan beberapa saat untuk menjawab, selanjutnya narator dapat menjawab sendiri pertanyaannya.
Untuk lebih jelasnya, silahkan bandingkan cerita KAUS KAKI BOLONG antara yang bentuk cerita teks deskriptif dengan cerita yang berupa naskah cerita siap rekam.
Tulisan ini pernah di-posting di alterblog, Mosaic Learning
Artikel tentang Belajar Menulis Lainnya:
- Menulis Cerita yang NGGAK Sinetron Banget
- Menulis dari Kaca Mata Penulis Ekstrovert (extrovert writers)
- Inspirasi Kecil Bisa Jadi Ide Cerita yang Menarik
- Jurus Mabuk Belajar Ngeblog (Jurus 7 dan 8)
- Buku Cerita: Suara Kecil
- 10 Contoh bahwa Menulis Itu Mudah
- 4 Langkah Sederhana Belajar Menulis Cerita
- Berburu Ide untuk Menulis
- Buku Kumpulan Cerpen "Pelangi 3"
- Belajar Blogging: Jurus Mabuk Buat Ngeblog (Jurus 1, 2, 3)
- Ingin Mengalir dalam Menulis? Lupakan Selera Pasar!
- Manajemen Ge-Er dalam Menulis
- Bagaimana Menulis dengan IDE yang Luar Biasa?
- Dengan Social Media, Menulis Buku Kini Lebih Mudah
- Jurus Mabuk Belajar Ngeblog (Jurus 4, 5, 6)
- 6 Cara Menghancurkan Hambatan Menulis
- Iwan Setyawan, Menulis untuk Menyentuh Hati
- Ingin Menulis Secara Asik?
- Buku Kumpulan Cerita: Suara Bisu