5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar


Apakah Kamu seorang guru yang inovatif dalam merancang dan memandu proses belajar? Jika bukan, mungkin 5 diantara pembunuh kreativitas berikut ini sedang menyerangmu.

Pada Rabu mingu lalu (7/11), aku diajak untuk menemui tamu Pusat Terapan Psikologi Pendidikan (PTPP), sebuah unit terapan di Fakultas Psikologi Unair. Tamu ini membutuhkan pelayanan untuk guru.

Setelah ngobrol banyak, diperolehlah catatan yang boleh dibilang sebagai keluhan. Paling tidak ada satu keluhan utama, yaitu terbiasanya guru menggunakan cara dan bahan belajar yang lama secara terus menerus, tidak ada inovasi, tanpa perubahan. Mereka menginginkan agar guru-guru menjadi kreatif dalam membuat dan memandu belajar siswa.

Karena aku diminta membuat sebuah tawaran workshop untuk sekolah tersebut, maka aku coba pelajari persoalan yang dihadapi sekolah tersebut. Ternyata itu persoalan yang umum terjadi pada sebagian sekolah negeri dan sekolah lain yang bisa dibilang kurang terkenal.

Bicara soal inovasi dalam pembelajaran, pasti tidak lepas dari kreativitas dalam merancang serta menggunakan metode dan media belajar. Persoalan kreativitas mengajar telah menjadi problem sebagian besar guru.

Memang, tidak hanya sekolah yang mengalami ini. Di perguruan tinggi pun terjadi hal yang sama. Malah, kalau kita coba cermati, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin kurang variatif metode belajarnya. Ceramah digunakan hampir 70% di pendidikan setingkat SMP dan SMA. Mulai sedikit menurun menjadi kisaran 55-60% di perguruan tinggi, karena masih dikombinasikan dengan praktikum, diskusi, presentasi.

Metode yang monoton memang jadi persoalan kemudian, apalagi jika metode yang diguankan konvensional, misalnya ceramah searah. Biasanya metode ini yang paling banyak digunakan, karena lebih praktis buat guru. Apalagi jika bahannya sudah disediakan, warisan dari guru-guru sebelumnya, maka guru tinggal menggunakan saja.

Akan lebih mudah mengatasi persoalan ini jika kita tahu sumber penyakit yang biasanya terjadi sehubungan dengan mendesain dan memandu pembelajaran ini. Setidaknya ada 5 sumber penyakit yang turun temurun, yang membuat belajar jadi tidak inovatif.

1. Lebih mengutamakan materi belajar daripada kebutuhan siswa

Jika fokusnya kepada materi belajar, maka standar akan dibuat lebih baku dan kaku. Selain itu, materi dan metodenya akan lebih mudah digunakan turun temurun. Bagaimanapun kondisi siswa dari tahun ke tahun, jika fokusnya pada materi, maka isi dan cara penyampaiannya tidak banyak menuntut adanya perubahan.

2. Materi sama diartikan metodenya sama pula

Andai materi yang harus disampaikan sama dari tahun ke tahun, paling tidak metode yang digunakan disesuaikan dengan kondisi siswa. Hanya saja, tidak jarang guru mengartikan, jika materi yang harus ia sampaikan sama dengan tahun lalu, maka metode yang digunakan sama pula.

3. Fokus pada metode, tapi melupakan isi

Sebagian guru sudah mulai kreatif membuat metode yang menyenangkan dalam belajar. Hanya saja, guru terfokus pada desain proses belajarnya, tapi melupakan isinya. Misalnya guru menciptakan metode bermain untuk belajar. Di akhir pertemuan, siswa lebih ingat senang-senangnya daripada memahami apa yang mereka capai.

4. Padatnya materi yang harus disampaikan

Guru yang dituntut mempunyai jam mengajar banyak dalam satu minggu, bisa menjadi sumber kejenuhan. Penerapan metode yang sama untuk target waktu mengajar yang banyak, memang masih punya nilai positif, guru semakin ahli materi dan metode yang ia terapkan. Tetapi ada efek negatifnya, yaitu menurunnya daya kreativitas guru. Jika sesuatu yang monoton kawin dengan kejenuhan, maka akan terjadi penurunan kreativitas.

5. Metode dianggap praktis karena nyaman

Yang satu ini sumber penyakit yang paling klasik. Ini yang bisa ditengarahi berhubungan dengan motivasi. Jika guru seharusnya mengajak siswa terbiasa beralih dari area nyaman (comfort zone) menuju area belajar (learning zone), kali ini guru yang malah tidak ingin keluar dari zona nyamannya. Guru tinggal mengulang materi dan menerapkan cara yang sama.

 

Apakah Kamu terserang penyakit yang disebabkan oleh salah satu hal di atas? Atau terserang sumber penyakit yang lain?

 


4 responses to “5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *