Ujian Nasional (Unas), Harga Mahal Sebuah Kejujuran


Hari ini, siswa kelas 3 atau kelas XII SMA sedang menjalani ujian nasional atau biasa dikenal dengan unas. Yang menarik adalah cerita dari seorang guru yang curhat kepadaku tentang persiapan unas. Mau tahu ceritanya?

Ujian Nasional atau Unas sudah dimulai sejak Senin kemarin (15/4). Berbagai persiapan telah dilakukan, muali dari yang sistemik, teknis, strategi dan taktik, sampai persiapan personal mistis oleh para siswa, misalnya dengan melakukan ruwatan. Malah di sekolah-sekolah tertentu menggelar istighosah atau doa bersama, yang didahului dengan sholat hajat tentunya.

Ujian Nasional, Pertaruhan Harga Sebuah Kejujuran
Ujian Nasional, Pertaruhan Harga Sebuah Kejujuran (foto: catatan-harian-fathan.blogspot.com)

Namun dibalik berbagai persiapan tersbut, ada cerita-cerita lucu, yang sayangnya, berhubungan dengan pertaruhan kejujuran dalam menjalankan ujian. Dua hari sebelum unas digelar, aku mendapatkan curhatan tentang cerita-cerita persiapan di sebuah sekolah dari seorang teman.

Teman saya ini adalah seorang guru. Ia guru baru (sekitar 4 tahun) di sekolah tersebut. Bertahun-tahun ini teman saya memang selalu geregetan dengan ulah para seniornya. Tidak hanya urusan unas, tetapi ketika penjaringan dan penyaringan siswa baru pun, tak lepas dari urusan membeli kursi. Efeknya, yang jadi korban adalah para siswa. Karena sedari awal mereka menjejakkan kaki di sekolah itu dengan membeli, maka selanjutnya akan diberlakukan dengan cara mudah oleh mereka. Ketika tak lulus di ujian semesteran, maka mereka berusaha dimaklumi, remidi digelar, hukuman dengan menyuruhnya membeli kamus atau buku dilakukan, sampai mengatrol nilainya tanpa nilai tawar. Itu semua karena sedari awal mereka membeli.

Begitu pula dengan persiapan unas, yang berupa belajar tambahan, sholat hajat dan doa bersama di sekolah. Semua itu memang dilakukan, sebagaimana beberapa sekolah yang lain juga melakukannya. Hanya saja, yang menarika adalah cerita-cerita di balik itu.

Para guru mempersiapkan tidak hanya urusan teknis, tetapi juga taktik dan strategi. Tahun ini, soal unas terdiri dari 20 paket. Mereka berjuang dengan keras untuk menyiasatinya. Kalau dulu, soal jumlahnya cuma 5 paket, lebih mudah diatur. Tapi, bukan berarti mereka tidak bisa mengaturnya, karena jika sebuah strategi bisa diterapkan pada 5 paket soal, maka strategi pun bisa diterapkan di 20 paket atau bahkan 100 paket sekalipun. Tentu saja dengan mekanisme yang memudahkan dan kerja keras para guru.

Pada sebuah rapat yang sangat serius membahas strategi, temanku ini bergaya polos menyampaikan, “Kalau seperti ini, ya ndak usah ada les tambahan, sholat hajat dan doa bersama, Pak”. Apa jawaban mereka yang bersemangat tersebut? “Strategi ini adalah jawaban Tuhan atas doa kita”, kata seorang pemimpin rapat yang biasanya dipanggil abah, karena sudah haji. “Percuma dong Pak saya meminta anak-anak (para siswa) untuk jujur, jika akhirnya mereka difasilitasi untuk berbohong, untuk tidak jujur”, lanjut temanku. Apa tanggapan mereka? “Namanya juga usaha, ikhtiar”, kata seorang peserta rapat yang juga seorang hajjah. Hasilnya, pendapat temanku tidak didengarkan, malah ditertawakan. Temanku merasa dia anak kemarin sore yang pendapatnya tak perlu didengar. Ketika nama-Nya disebut-sebut untuk sebuah tujuan, Tuhan pasti punya cara untuk menanggapi. Kita tunggu saja.

Cerita lainnya datang dari para siswa. Sebuah kelas, di sekolah yang sama, siswanya berencana untuk urunan, membeli kunci jawaban. Aku lupa berapa tepatnya, yang jelas jutaan rupiah. Dari mana uang mereka? Tentu saja di-support oleh orangtuanya. Siapa saja yang beli? semuanya, termasuk anak yang pintar. Anak yang dikenal pintarpun jadi tidak percaya diri, karena temannya pada beli kunci jawaban. Kepercayaan diri sebagai salah satu luaran utama lembaga pendidikan, ditanggalkan demi nilai akhir yang boleh dicapai dengan berbagai cara.

Berbicara soal membeli dan membayar, kita kembali kepada para guru senior. Para guru juga membahas soal membeli kunci jawaban ini. Salah seorang senior berpendapat, lembaga atau yayasan besar saja bersedia mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk menyelamatkan nama lembata/yayasannya. Jadi, kenapa kita tidak. Rujukan kebenaran telah beralih, dari yang benar kepada yang salah. Hasilnya? tahu sendirilah, pasti sama-sama salah.

Itu hanya sebagian cerita di unas tahun ini. Tahun lalu, bahkan ada cerita seorang nonmuslim disuruh memakai jilbab, agar bisa memasukkan earphone ke telinga, menyambungkannya dengan handphone.

Hari ini, seorang siswa pintar mengabarkan, dia menggunakan kunci jawaban yang telah dibeli. Menurut dia, jawabannya tidak sepenuhnya benar. Nah, selain soal pembentukan mental mereka dengan mengajari tidak jujur, yang memprihatinkan lagi adalah soal penipuan jual beli kunci jawaban. Artinya, mereka sudah dilibatkan dalam ketidakjujuran, transaksi dan penipuan. Sebuah rangkaian pembentukan mental dan pola perilaku yang mengkhawatirkan.

Unas memang sudah seperti event lebaran atau pemilu saja. Persiapan besar-besaran digelar, suasana emosional tidak menentu, bahkan tender dan projek pembuatan soal dan lembar jawaban komputer yang melibatkan uang milyaran sudah menjadi bagian dari ritualnya.

Seperti halnya pemilu, unas adalah sebuah hujan yang mengguyur panas setahun. Atau ada yang bilang, hujan tiga tahun dihapus hujan tiga hari, karena sekolahnya tiga tahun dan unasnya tiga hari. Pemilu itu kejadiannya sehari, tetapi efeknya lima tahun ke depan. Apa artinya? Unas telah mempertaruhkan ilmu yang diperoleh selama tiga tahun dengan peristiwa tiga hari saja. Selalin itu, unas juga turut mempertaruhkan kejujuran yang selanjutnya punya peran dalam pembentukan mental. Tiga hari unas, kejujuran mental jujur selama seumur hidup dipertaruhkan.

Bagaimana komentarmu terhadap unas?


5 responses to “Ujian Nasional (Unas), Harga Mahal Sebuah Kejujuran”

  1. MOHON DITERUSKAN KEPADA PIHAK YANG BERWENANG: DI SMA KURNIA JAYA, KECAMATAN LUBUK RAJA, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, PROVINSI SUMATERA SELATAN, TELAH TERJADI KECURANGAN DALAM PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL, PIHAK SEKOLAH DAN GURU , TELAH MEMBONGKAR NASKAH SOAL UN 2013 PADA MALAM HARI DENGAN TUJUAN MENCARI JAWABAN DARI SOAL SOAL TERSEBUT AGAR DAPAT DIBERIKAN KEPADA PARA SISWA KEESOKAN HARINYA. KEPADA PIHAK YANG BERWENANG MOHON DITINDAK LANJUTI,PENGERJAAN SOAL UN OLEH GURU DILAKSANAKAN PADA MALAM HARI MULAI DARI PUKUL 20.00 WIB SAMPAI DENGAN PUKUL 3.00 WIB.

  2. saya guru d situbondo yg muak dg pendidikan di ngri kita.dr korupsi tk.atas mpe bwh,pengawasny jg ikut. Untk UN 20 varian MUDAH cara curangny..biasanya dg merubah jawaban siswa sblm lmbr jawaban dikirim.SEMUANY!!biasany guruny yg disuruh. CARA ATASI – POLISI LGSG BW JWBN SISWA LANGSUNG STLH UJIAN SELESAI. Brani gak? Gak yakin sy.soal kepsek,kadisdik,mpek atas g mau jd sorotan Gagal krn bnyk gak lulus.khususny utk sklh pinggiran.kecuali sklh unggulan biasany nilai asli.jd bwt apa bikin sklh banyak kalo lulusanny jelek.krna pandangan tetua2 pndidkn formal pnting.jd dipaksakan.maka..bikin aj skolah formal 25 %.utk yg minat skolah aj.n informal yg bener2 90% skill 10%sikap pikiran, 75%.(bukan stgh2 kaya smk skrang) n kalo ada dana bntuan jgn dkorupsi.jd fasilitas bner sesuai spek.makmur dah indonesia bny pngusaha.bukan rebutan jd kuli,tukang demo,pns,politikus got kaya skr!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *