Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani

April 21, 2012 . by . in Inspirasi (Insert) . 7 Comments

Realitas itu netral. Ia menunggu aksi kita untuk mencampurinya, mengelolanya. Campur tangan kita atas realita diawali dengan cara pandang yang kita gunakan. Mengapresiasi realita netral akan menjadikannya ledakan yang luar baisa. Bagaimana Akhmad Dhani menggunakan mata apresiatif miliknya?

Sumber Gambar: iskaruji.com

Neng neng nong neng
nong nang nong neng neng nong neng
nong nang nong neng neng nong neng
nong nang nong neng nong neng neng

Kau cintaku
kau sayangku
Kau pacarku
diriku

Kau indahku
Kau kasihku
Kau sayangku
diriku

Kuingin kita lama
Kuingin kita bisa
Ingin kita lama berpacaran disini

**Back to top

by Muhammad Ridho

 

Tahu lagu tersebut? Baik yang memandangnya sebagai karya spektakuler maupun yang mencibirnya pasti mengenang lagi itu, meski tak menghafal liriknya. Iya, itu adalah lagu yang diciptakan oleh Muhammad Ridho. Hebatnya, lagu ini telah dibeli oleh Ahmad Dhani dengan advance royalty.

“Lagu ini tidak aku beli dengan flat royalty, tapi advance royalty. Jadi kalau entar CDnya laku keras, dia akan dapat duit lagi”, demikian kira-kira kata Dhani usai membawakan lagu yang berjudul Neng Neng Nong Nang Neng Nong atau Ku Ingin Kita Lama Pacaran Di Sini.

Yang juga unik, Dhani membeli lagu ini langsung setelah Ridho menyanyikannya pada waktu audisi Indonesian Idol. Apa sebenarnya yang terlintas di pikiran seorang Dhani?

Belum sampai Indonesian Idol ke spektakuler, lagu ini telah populer lebih dulu. Bahkan para pendaftar audisi langsung menyanyikannya setelah Ridho keluar dari ruangan. Aku pikir lagu ini telah menjadi spektakuler sebelum babak itu terjadi.

Youtube telah membuat lagu Neng Neng Nong Nang Neng Nong ini semakin dikenal di mana-mana. Hanya saja, kesaksian dari orang-orang yang telah melihat rekaman videonya, rata-rata bernada miring. Namun malam ini, lagu itu dinyanyikan oleh Triad di panggung spektakuler Indonesian Idol.

Sekilas, tindakan Dhani membeli lagu ini seperti cara yang tidak lazim. Namun demikian, kita akan coba melazimkan ketidaklaziman Dhani ini dengan sedikit melihat pikiran Dhani secara lebih dalam.

Dhani terkesan sangat selengekan ketika bereaksi akan membeli lagu ini pada waktu audisi. Namun demikian, itu adalah cara Dhani menunjukkan betapa santainya dia menghadapi realita.

Selain santai atau boleh disebut selengekan, ini adalah cara Dhani menunjukkan cara berbeda dalam memandang realita. Memang, ini boleh jadi dilakukan oleh Dhani secara sengaja. Karena itulah aku menggunakan kata ‘menunjukkan’, karena Dhani memang sengaja tampil berbeda.

Cara Dhani memandang realita dengan berbeda ini menunjukkan bahwa realita itu sendiri netral. Kita bisa menyikapi apa saja. Hanya saja, Dhani tidak terbawa pada cara kebanyakan orang memandang. Dhani menunjukkan betapa netralnya kenyataan.

Yang terakhir ini bisa jadi tidak sama sekali terpikirkan oleh Dhani. Ini adalah tambahan dariku, yaitu mata apresiatif. Mata apresiatif adalah cara pandang yang selalu berusaha mencari apa sisi kekuatannya, apa sisi positif yang terkandung di dalamnya.

Ternyata mata apresiatif memberikan efek luar biasa, terlepas efek ini disadari sebelumnya atau tidak oleh Dhani. Apa itu?

 

1. Mata apresiatif membuat kita bahagia melihat kenyataan

Menurut Aliran Humanistik dalam Psikologi, manusia diciptakan dalam keadaan positif, mempunyai takdir terbaiknya. Kita secara alamiah mengarah kepada kondisi terbaik tersebut. Hanya saja, kita mungkin mengingkarinya dan berbelok memilih kebahagiaan rekayasa, kebahagiaan yang lebih sementara.

Mata apresiatif membawa kita kepada kondisi alamiah kita, yaitu memandang dunia dengan cara bahagia. Ambil contoh saja, seorang siswa yang dikatakan bodoh, pasti akan membuatnya sedih. Bukan hanya itu, setiap yang mendengar akan merasakan ketidaknyamanan. Keyakinan bahwa anak tersebut bodoh akan menular. Coba rasakan jika ada pertanyaan, “Si A pintar dalam hal apa?”. Efeknya berbeda bukan?

 

2. Mata apresiatif menjadikan apapun sebagai peluang

Dhani melihat kekuatan dirinya sebagai orang yang jado aransemen musik. Dhani melihat kenyataan apapun yang tersuguh sebagai kesenangan. Artinya, kenyataan bisa dilihat dengan bersenang-senang. Bahkan mungkin Dhani tidak memikirkan peluang. Tapi dengan sendirinya kenyataan Muhammad Ridho telah berubah menjadi peluang.

Apa yang membuat Neng Neng Nong Nang Neng Nong menjadi keren di atas panggung spektakuler? Karena Dhani melihatnya dengan mata apresiatif. Hal yang luar biasa buat Triad dan Muhammad Ridho hanya efeknya.

 

3. Mata apresiatif tak pernah mendatangkan penyesalan

Pernahkah berkata, “Wah, kok tidak aku saja ya..” atau “Ah, kenapa dulu aku lakukan itu ya..”. Keduanya adalah kata-kata penyesalan, meskipun dengan intensi yang berbeda. Kalimat pertama mungkin diucapkan oleh orang lain yang punya kemampuan sama dengan Dhani, tapi tidak mengapresiasi lagu Muhammad Ridho. Sedangkan kalimat yang kedua, adalah kemungkinan yang bisa diucapkan oleh Dhani setelah membeli lagi itu, meski ucapan itu tidak pernah terjadi.

Lho kok kemungkinan penyesalan masih ada pada diri Dhani atas pembelian lagu Muhammad Ridho? Kemungkinan itu jadi ada kalau Dhani tidak menggunakan mata apresiatif. Misalnya ia menggunakan mata profit. Maka penghargaan tertinggi diberikan kepada keuntungannya. Jika ternyata tidak mendatangkan keuntungan, maka penghargaan itu juga tidak ada.

Memang, buat Dhani uang 5 juta untuk membeli lagu Neng Neng Nong Nang Neng Nong  tidak begitu besar. Tapi bukan soal uangnya. Ini soal dedikasi Dhani atas keyakinannya untuk mengapresiasi Muhammad Ridho. Hal ini pati tidak akan punya relevansi dengan bentuk penyesalan apapun.

 

Demikian kira-kira pendapatku, setelah mengamati fenomena lagu Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Muhammad Ridho, mulai dari audisi hingga lagunya berkumandang di panggung spektakuler. Bagaimana menurutmu?

0.00 avg. rating (0% score) - 0 votes
Tags: , ,

Artikel tentang Inspirasi (Insert) Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

6 Comments

  1. WordPress › Error

    There has been a critical error on this website.

    Learn more about troubleshooting WordPress.