Sudah kenal Sigmund Freud? Apa yang Kamu kenal dari tokoh psikologi satu ini? Iya, banyak orang mengatakan bahwa Freud itu sex oriented, terlalu berorientasi kepada seks ketika memandang manusia dengan perkembangannya.
Sebelumnya aku sudah menulis beberapa judul sehubungan dengan Psikoanalisa dari Sigmund Freud, diantaranya “Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud”, “Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud”, dan “Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud”. Sebenarnya ada yang lebih penting sebagai dasar, sebelum mempelajari berbagai hasil pemikiran tersebut, yaitu persepsi kita terhadap teorinya yang kebanyakan orang menyebutnya dengan pan seksual atau sex oriented.
Untuk menuliskan bagian yang sangat fundamental tentang psikoanalisa atau psikoseksual Freud tersebut, ada kesulitan yang besar. Freud ini rumit sekaligus menciptakan teori yang rumit. Memang tokoh yang satu ini (selain Darwin dan Einstein) tercatat sebagai salah satu tokoh genial yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan. Selain itu, juga dibutuhkan empati tingkat tinggi terhadap Freud untuk mengintepretasikan teorinya. Karena itulah, aku cuma berhasil menuliskan teorinya seperti yang sudah sering kita tahu, sebagaimana tiga judul artikel yang aku sebutkan sebelumnya.
Kebetulan kemarin aku diundang untuk talkshow sex education di sebuah SMA negeri di Surabaya. Saat itulah begitu saja aku berbicara tentang perkembangan dan persoalan remaja sehubungan dengan seks. Ternyata mengalir begitu saja, aku menggunakan cara Freud berpikir tentang seks. Karena itulah tulisan ini ada.
Sebenarnya, mungkin ada banyak yang menjadi big questions tentang psikoanalisa dan Freud ini. Namun kali ini kita akan bahas tentang sesuatu yang mendasar tentang Psikoanalisa dan yang biasanya juga menjadi buah bibir, baik yang sudah berkecimpung di bidang psikologi maupun yang awam dengan psikologi. Apa itu? Ya, tentang pandangan Freud tentang seks. Kita akan bahas tentang energi seks atau libido. Dan satu lagi kita akan bahas tentang perkembangan psikoseksual di tulisan yang akan datang.
Yang paling khas dari psikoanalisa Freud dan sering dibilang kontroversial adalah pandangannya yang sex oriented. Setidaknya seperti itulah orang memandang Freud. Kamu mungkin tidak asing dengan energi seks atau libido. Mungkin kita memandang aneh dengan pandangan Freud yang meyakini bahwa perilaku atau performa kita digerakkan oleh energi seks. Sepertinya orang ini terlalu mengada-ada. Bahkan buah pikirnya ini dianggap aneh oleh kalangan medis (Freud adalah seorang dokter).
Begitulah Freud, begitu imajinatif. Karena itulah, jika dibandingkan dengan murid-muridnya yang sama-sama berada dalam kelompok psikodinamika, teorinya begitu terasa dalamnya. Pengalaman pribadi Freud memang banyak dihadapkan dengan dikotomi yang kemudian menjadi konflik-konflik, misalnya perasaan cinta dan beci kepada Wina (Ibu Kota Austria sekarang). Membenci orang Wina yang borjuis, tetapi enggan meninggalkannya. Kehidupan para perempuan yang anggun dihadapkan pada perkembangan pelacuran yang merajalela. Sementara itu Freud sendiri adalah anak sulung yang lebih suka sendiri dan diistimewakan oleh ibunya. Problem dualisme kelekatan dan sinisme dalam diri Freud ini turut membentuk pribadinya yang kemudian juga mempengaruhi buah karyanya kemudian.
Terlepas dari kehidupan peribadinya, mari kita kembali kepada energi seksual. Freud percaya bahwa dorongan yang menggerakkan diri kita berasal dari energi seksual atau libido. Artinya, perilaku makan, minum, bekerja dan sebagainya, sebenarnya digerakkan oleh energi seksual.
Mungkin kita berpikir bahwa energi seksual adalah dorongan untuk berhubungan intim. Freud mencoba mengangkat apa yang dipandang tabu ini ke permukaan. Freud memperluas pandangannya tentang dorongan seks. Sementara orang kebanyakan (yang memandang tabu tentang seks) berpandangan bahwa seks itu adalah hubungan intim antara lawan jenis, Freud meyakini bahwa energi seksual adalah dorongan yang diteruskan ke seluruh organ atau bagian tubuh kita.
Hanya saja, setiap tahap perkembangan dalam kehidupan kita, memiliki organ atau zona erotis tertentu. Jika dorongan seksual itu diteruskan ke zona erotis tersebut, maka wujud perilakunya akan berbeda. Misalnya saja, dorongan seksual yang disalurkan ke mulut (fase oral), akan memunculkan hasrat untuk makan, menggigit, atau menghisap. Aku menghubungkan hal ini dengan struktur zona erotik itu sendiri. Struktur mulut yang terhubung dengan sistem pencernaan, akan memunculkan perilaku yang berhubungan dengan pengelolaan makanan. Karena itulah, perilaku yang muncul di mulut pastinya adalah makan, menggigit, dan menghisap. Freud meyakini, bahwa perilaku itu semua didorong oleh energi seks. Begitu juga dengan zona erotis lainnya, seperti anus atau alat kelamin (genital).
Kali ini cukuplah kita bahas tentang energi seksual, sekaligus mengajak orang yang mempelajari Freud untuk berempati dengan Freud beserta psikoanalisanya. Di tulisan yang akan datang, kita akan bahas tiap tahap perkembangan yang memiliki zona erotisnya masing-masing. Semoga bermanfaat.
Bagaimana pendapatmu tentang Psikoanalisa Freud ini, apakah Kamu juga berpikir bahwa Sigmund Freud sex oriented?