Hidayah Tak Datang dengan Mudah
August 11, 2014 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Psikologi Populer . 0 Comments
Hidayah datang tidak mudah. Namun jika Tuhan berkenan, maka semua jadi semudah membalik telapak tangan. Sebenarnya, mudah sulitnya menerima hidayah juga ditentukan oleh diri kita.
Beberapa hari yang lalu, dapat cerita dari seorang teman. Dia adalah guru di sebuah sekolah menengah negeri di kota kecamatan kecil. Temanku ini selalu resah dengan kondisi sekolahnya, terutama tentang perbedaan idealismenya dengan ‘perilaku’ sekolah.
Setiap penerimaan siswa baru, sekolah tersebut menyisakan kursi sekitar 30% untuk ‘ditwarkan’ kepada warga lokal. Arti dari warga lokal di sini dapat dicontohkan dengan kepala desa atau yang semacamnya. Tahu maksudnya?
Karena kepala desa mendapatkan akes yang luar biasa besar untuk mendapatkan kursi di sekolah, maka ia menawarkan kepada para ‘pelanggan’ yang mampu membayarnya. Inilah yang kerap bikin temanku tersebut gusar tiada pernah ada jeda.
Suatu ketika ada yang tidak puas dari pelayanan sekolah, pasca ‘membeli’ kursi yang diinginkannya. Bahkan perbedaan harga mencuat menjadi masalah. Sampailah berita ini ke telinga wartawan. Yang namanya ikan asin, dibumbui apapun, lidah tak bisa ditipu atas keasinannya. Untunglah si wartawan belum menuliskan berita tersebut. Ya biasalah, ‘bisnisman’ ketemu ‘bisnisman’, wartawanpun menjadikan bahan berita ini sebagai senjata. Untuk apa? boleh dipikir sendiri lah.
Terdengarlah berita ini sampai kepala dinas. Kepala sekolah dipanggil dan diinterogasi atas kebenaran kabar tersebut. Kepala sekolah kalang kabut, mengumpulkan sisa-sisa uang yang sudah terlanjur dibagi-bagi. FYI-nya, guru-guru yang berhasil ‘menjajakan’ kursi, juga mendapat ‘upeti’.
Akibatnya, tiap hari guru-guru di situ harus mengolah ‘telo’ (meminjam istilah yang digunakan temanku tersebut). Bayangkan saja, murid-murid di sebuah kelas di sekolah menengah, menjawab dasi, topi, sepatu, ketika ditanya macam-macam alat indera.
Apa reaksi dari mereka yang terlibat ‘jual-beli’ kursi? Ada guru segera menemui para orangtua yang ‘membeli’ lewat jalur ‘distibusi’nya. Yang penting kali ini lolos dari persoalan. Kepala ini bisa digetok kepala dinas kalau begini, begitulah dalam benak mereka. Sebagian yang lain ada yang mengembalikan uang yang belum terpakai kepada orangtua yang ‘membeli’ kepadanya. Sementara yang uangnya sudah ludes terpakai untuk kepentingan pribadi, segera mencari sumber sana-sini untuk menutupi. Pasca mengembalikan hak-hak para orangtua, ada yang cemas dan sedikit lega, karena sudah merasa lolos dari masalah. Ada juga yang diikuti dengan rasa kapok dan berjanji dalam diri untuk tidak mengulangi. Yang terakhir ini boleh dibilang memaknai kejadian yang menimpanya sebagai pelajaran.
Namun ada yang bereaksi ‘unik’ diantara mereka. Tiba-tiba ada yang datang di gerumbulan para guru yang masih dalam atmosfir panik, “Aku sudah tahu orang yang menyebarkan berita ini. Orang sini (desa ini) juga kok. Namanya sudah aku pegang”, demikian katanya sambil berapi-api. Ternyata guru tersebut diam-diam menyelidiki, siapa yang mengadukan hal tersebut.
Menurut temanku, cerocosan guru itu menjurus kepada satu arti tunggal, pembedaan. Apa maksudnya? Orangtua yang dibilang menyebarkan rahasia mereka pasti akan dibedakan. Anaknya akan mendapatkan layanan berbeda. Dalam bahasa simple-nya, dicing (diancam).
Dari berbagai reaksi atas kejadian tersebut, ada dua reaksi yang ekstrim saling berlawanan, yaitu yang kapok dan berusaha memperbaiki diri di masa yang akan datang, dan yang justru berusaha mencari sumber berita dan berniat membalas ‘serangan’nya. Siapa yang mendapatkan hidayah dari kejadian tersebut? Apakah orang yang memperbaiki diri atau yang justru membalas dendam?
Cerita ini bukan fiktif belaka. Ada yang seperti ini. Tapi tulisan ini tidak sedang membahas tentang pendidikan, namun membahas efek kejadian, apakah punya makna (hidayah) atau tidak. Apakah Kamu pernah mengalami atau menyaksikan kejadian yang seperti ini? Apakah mereka (yang mengalami) mendapatkan hidayah dari pengalamannya?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Psikologi Populer Lainnya:
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Persepsi Tanpa Komunikasi Bisa Menjadi Prasangka
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Pekerjaan atau Anak?
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Bahaya Tagar Indonesia Terserah
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Cerita: Menolong Nubi
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?