5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying


Apakah anak kita benar-benar mengalami bullying? Bisa ya, bisa tidak. Untuk itu, sangat penting untuk mempunyai cara mengetahui, apakah anak kita benar-benar di-bully atau tidak.

Di artikel sebelumnya telah dibahas tentang “Apakah Anak Kita Mengalami Bullying“. Kali ini akan kita lanjutkan dengan membahas langkah-langkah untuk menggali informasi dari anak untuk mengetahui, apakah anak kita benar-benar mengalami bullying.

Bagian ini juga merupakan lanjutan dari sesi wawancara dengan wartawan Jawa Pos (seperti yang aku sebutkan sebelumnya). Ketika wartawan bertanya tentang bagaimana tindakan yang tepat sebagai orangtua yang anaknya di-bully, lebih dulu harus diketahui, apakah anaknya benar-benar di-bully atau tidak, jenis bullying seperti apa yang dialami anak. Karena itu, orangtua harus mencari tahu. Bagamana caranya?

1. Budayakan ngobrol atau bercerita

Dalam sehari semalam, usahakan ada waktu untuk ngobrol bersama anggota keluarga, misalnya saja saat sarapan atau makan malam. Budayakan saling bercerita dan bertanya tentang aktivitas harian masing-masing anggota keluarga. Jika hal ini biasa dilakukan, anak akan cerita apapun tentang pengalamannya di sekolah. Ini adalah awal kita tahu, apakah anak kita mengalami bullying atau tidak. Jika iya, kita jadi tahu, bullying seperti apakah yang mereka alami.

2. Berpikir positif lebih utama

Dalam menanggapi cerita anak, orangtua lebih baik jika mengutamakan sikap netral. Kita perlu dengarkan betul-betul cerita anak, mencermatinya dengan empati. Bagaimanapun juga, sekolah adalah realita harian mereka, yang didalamnya ada berjuta pengalaman dan orang-orang yang beraneka warna. Jika kita terlalu mencemaskannya, maka anak juga kan berpikir negatif terhadap lingkungan sekolah. Tenangkan diri, berpikirlah dengan jernih.

3. Ajukan pertanyaan

Pertanyaan berguna untuk mengeksplorasi atau untuk memverifikasi. Dengan bertanya, kita dapat membuat anak lebih banyak bercerita sekaligus mengetahui kebenaran ceritanya. Untuk mengeksplorasi, pertanyaan sekunder, semacam probbing bisa diberikan. Bahkan sekedar kata “Oh ya?”, “Benarkah?”, “Ehem…” dapat membuat mereka lebih banyak bercerita. Untuk memverifikasi kebenarannya, kita juga bisa bertanya, apakah yang disampaikan oleh anak adalah fakta atau hanya sekedar opini saja. Untuk itu, boleh baca juga “Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions“.

4. Catat bagian penting dari cerita

Baik ketika anak bercerita atau menjawab pertanyaan, orangtua dapat mencatat bagian-bagian pentingnya. Jika pada saat itu tidak memungkinkan membawa catatan, dapat diingat dengan memberikan kode atau poin-poin pada bagian pentingnya. Untuk obrolan sepanjang 30 menit, mungkin saja kita memperoleh 4-5 tema dari cerita anak kita.

5. Cocokkan tema cerita dengan definisi bullying

Setelah mendapatkan pokok-pokok cerita atau tema, kita bisa mencocokkan dengan ketentuan, apakah sebuah perlakukan bisa dikatakan bullying atau tidak. Cocokkan dengan tiga ketentuan utama dari tindakan bullying, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.

Bagaiamana kita tahu kalau anak kita mengalami bullying? (foto: thefearlessheart.com)
Bagaiamana kita tahu kalau anak kita mengalami bullying? (foto: thefearlessheart.com)

Demikian pembahasan tentang cara mengetahui, apakah anak kita benar-benar mengalami bullying atau tidak. Sedangkan bagaimana sikap yang tepat sebagai orangtua yang anaknya mengalami bullying, akan dibahas pada tulisan berikutnya.

Bagaimana menurutmu, adakah tambahan cara untuk mengetahui, apakah anak kita benar-benar mengalami bullying atau tidak?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *