Tantrum atau temper tantrum bisa dicegah. Namun yang biasanya terjadi, kita bertindak setelah temper tantrum terjadi pada anak kita. Untuk itu, bagaimana agar anak tidak menjadi temper tantrum? Simak yuk!
Sebelumnya sudah dibahas tentang bagiamana temper tantrum terjadi pada anak. Kali ini kita akan membahas bagaimana hal itu tidak terjadi.
Biasanya, kita sebagai orangtua baru merasa kalau temper tantrum sudah terjadi. Karena itu, kebanyakan tindakannya juga bersifat reaktif. Hal ini wajar, karena terjadinya tantrum sendiri memang tidak selalu karena persoalan dari dalam diri anak (intrapersonal), namun tantrum bisa terjadi karena proses belajar. Karena itulah, proses terbentuknya terjadi perlahan dan baru terlihat setelah kemarahan yang meledak-ledak mulai menjadi kebiasaan.
Karena sudah dibahas tentang bagaimana terjadinya temper tantrum, maka tantrum sendiri dapat kita cegah dengan mengurangi kemungkinan alur terjadinya, seperti yang dibahasi di artikel “Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?“. Beberapa hal berikut bisa dilakukan untuk mencegah temper tantrum terjadi pada anak kita.
1. Lebih tanggap terhadap keinginan anak
Lebih tanggap terhadap keinginan anak, dalam bahasa yang lebih sederhana, bisa dikatakan lebih perhatian terhadap anak. Namun dalam kasus ini lebih spesifik, orangtua perhatian ketika anak membutuhkan atau menginginkan sesuatu. Arti kata ‘tanggap’ berarti memberikan reaksi yang cepat dan tepat. Jika anak menginginkan mengambil sesuatu atau membeli barang, maka kita harus menanggapinya. Menanggapi bukan berarti menuruti. Ini dua hal yang berbeda. Menanggapi itu sudah menjadi langkah antisipatif yang baik untuk terjadinya temper tantrum. Memperhatikan atau menanggapi, meskipun tidak menuruti, jauh lebih baik daripada mengabaikan.
2. Jangan turuti keinginan anak ketika anak dalam keadaan marah
Maksud dari kondisi sendang marah adalah ketika anak meminta sesuatu dengan cara marah-marah. Ketika anak merasa permintaannya diabaikan, anak akan mencoba berbagai cara, salah satunya adalah marah-marah. Kalau sudah terlanjur berada dalam kondisi marah, tahan dulu untuk tidak memberikan atau menuruti kemauan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak menghubungkan kemarahan dengan terkabulkannya keinginan.
3. Tenangkan anak dengan selain yang diinginkan
Biasanya orangtua sudah mulai tidak tahan dengan kemarahan anak ketika menginginkan sesuatu. Nah, ketika sudah merasa cenut-cenut, bisanya orangtua menuruti keinginan anak. Hal ini akan lebih tepat jika kemarahan anak diredakan bukan dengan memenuhi keinginannya. Ajak anak biacara, bila perlu hiburlah. Untuk anak dengan usia lebih kecil, misalnya balita, memberikan hiburan biasanya lebih mudah. Memberikan hiburan ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian kepada hal lain. Untuk anak yang lebih besar, misalnya 7 tahun ke atas, kita bisa langsung mengajaknya bicara. Tentu cara bicaranya dengan lebih bersahabat, menciptakan suasanya nyaman dan menyenangkan bagi anak.
4. Penuhi keinginan anak hanya ketika kondisi sudah tenang
Jika memang yang diinginkan oleh anak bukan hal yang terlarang atau membahayakan anak, sudah wajar jika kita memenuhinya. Hanya saja, waktu memenuhinya menunggu ketika anak sudah tenang. Pastikan ketika kita memberikan atau memenuhi keinginannya, kemarahan anak benar-benar sudah reda. Memenuhi keinginan anak saat kondisi tenang membuat anak tidak mengaitkan kemarahan dengan terpenuhinya keinginan. Hal ini dapat mencegah kemungkinan munculnya tantrum.
Itu tadi cara mencegah terjadinya temper tantrum pada anak. Strategi pencegahan ini bisa digunakan juga untuk menghilangkan tantrum pada anak. Hanya saja, untuk menghilangkan (menyembuhkan), dibutuhkan proses yang lebih intensif atau ditambah dengan langkah-langkah berikutnya yang lebih bersifat kuratif (misalnya terapi).
Apakah Kamu punya cara yang lain untuk mencegah temper tantrum pada anak?
16 responses to “Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?”
nah, ini menarik banget! soalnya aku punya keponakan yg menurut mamanya, si anak emang temper tantrum. nah, ini aku yg mustinya byk belajar. jd dia ini ya gt kalo lagi mood jelek maunya marah2 mulu trus kalo minta sesuatu harus saat itu juga. saking ga kuat sama teriakan2 marah2nya akhirnya sama eyang putrinya aku disuruh ngabulin permintaannya. kalo enggak dipenuhi marah2nya berlanjut trus nanti “musuhin” yg nggak mau menuhi maunya. kayak kmrn ini minta mainan, dilarang malah teriak, mewek2, teriak2. trus hal ini dibarengi sama cukup seringnya dia bohong dan mencari pelampiasan kesalahannya sendiri, adiknya jadi sasaran kesalahan padahal dia yg melakukan kesalahan. dinasehatin selalu menjulurkan lidah. tapi kalo dicuekin banget, baru deh dia bisa diem tapi nanti berulah lagi. gmn ya, saya sbg org luar yg sering main bareng ponakan sy ini… serba salah juga. terima kasih banyak 🙂
Untuk yg sudah terlanjur tantrum, akan aku posting tulisan selanjutnya. Nantikan ya..
Nah yg jd kendala saat sy mau menerapkan aturan2 saat anak tantrum mbah utinya selalu ikut campur/bertentangan dgn apa yg sy mau terapkan thd anak..jd anak smakim besar kepala, makin membangkang dan marah2…anak sy sdh 10th masih aja tantrum..tp kl sdh reda dia jd anak yg maniiis banget..saya kualahan menghadapinya. Tetap sabar dan tdk membentak/memukul itulah yg selalu sy lakukan sambil mempraktekan berbagai cara2 menghadapi tantrum anak..sebenarnya wajar gak sih anak sdh usia 10 th masih tantrum? Anak sy dari balita mmg sdh tantrum..
Harusnya usia 6-7 tahun sudah tidak lagi. Kalau kebiasaan tantrum sudah kuat, maka memang menghilangkannya harus pelan-pelan. Meredakan emosi diri saat berhadapan dengan anak yang sedang tantrum adalah modal utama, sebelum melakukan tindakan selanjutnya. Kudu stay cool dari dalam hati. Biasanya bagian ini tidak mudah. Karena itu, banyak orangtua belum berhasil sejak awal memulainya.
Memang harus kompak dengan kakek/nenek, biar sinkron pengasuhannya.
Semangat, Bunda
Salam Orangtua Luar Biasa
mas, kalau tantrumnya terjadi pada anak usia 11 tahun bagaimana? apakah cara mengatasinya tetap sama. dan apakah wajar anak usia 11 tahun kerap tantrum.
Beberapa anak masih mungkin tantrum di usia segitu. Kalau tantrum di usia-usia sebelumnya ‘dilestarikan’ atau diperlakukan seperti proses tantrum terbentuk, maka sangat mungkin tantrum bertahan. Untuk bbrp anak, seiring jalannya usia, tingkat kesadarannya meningkat, kognisi makin banyak berpengaruh, mengimbangi sisi emosionalnya. Jadi bs jadi si anak sengaja menggunakan senjata tsb untuk menghindari sesuatu atau menginginkan sesuatu. Coba diamati. Jika terlihat indikasi anak sadar memanfaatkan tantrum sbg senjata, maka ajaklah bicara, obrolkan keinginannya. Katakan, keinginan lebih mudah dipahami dan dipenuhi jika dibicarakan dg baik2. Mudah2an bs membantu.
Salam
Pak rudy anak saya 19 bulan tantrumnya memukul kepalanya sendiri dan menggigit tangannya. gmn cara ngatasinya? klo dibiarinin gtu kasihan sakit senua
Salam, Ayah Noval
Ayah, kalau perilaku anak terjadi konsisten atau diulang-ulang, artinya anak mendapatkan sesuatu dari perilaku tersebut. Jika tantrumnya menunjukkan perilaku yang sama, berarti dia merasa perilaku tersebut menguntungkan atau menghindarkan dia dari perasaan tidak nyaman. Ayah Noval coba amati dulu anaknya, bandingkan perilaku tersebut dengan perilaku yg wajar ketika tidak tantrum. Apa yang sebenarnya diperoleh anak atau dihindari oleh anak dengan melakukan perilaku tersebut. Kalau memang itu tantrum yg konsisten, biasanya sangat bersifat emosional, kuncinya adalah rasa nyaman dan tidak nyaman. Hal yang seperti ini lebih membutuhkan tantangan lebih besar dalam mengatasi jika dibandingkan dengan perilaku yg sengaja dilakukan dg motif yang lebih mudah dijelaskan, lebih terlihat hubungan sebab dan akibatnya.
Untuk itu, Ayah Noval boleh coba memberikan banyak alternatif perilaku ketika anak marah, tetapi bukan dalam kondisi tantrum. Lebih enak memang kalau anak yang sudah punya banyak variasi perilaku. Kita tinggal menggunakan variasi tersebut sebagai alternatif perilaku ketika anak marah. Jika anak melakukan hal yang tidak membahayakan, seperti yang selama ini ia lakukan (memukul kepala, menggigit tangan), maka berikan apresiasi. Tidak perlu diberikan hadian atau benda yang konkrit, tetapi berikan saja kenyamanan atau rasa senang, misalnya dengan tersenyum, memeluknya. Boleh juga juga diselingi dengan kata-kata semisal, “Nah ini begini namanya anak pintar”, “Ini baru anak ayah” dan sejenisnya. Coba lakukan secara konsisten.
terima kasih atas penjelasannya pak… tapi ada kondisi anak saya ini kalo tidur malam sering tiba-tiba menangis (masih memejamkan matanya) sambil berteriak-teriak (seperti orang marah) dengan memukul-mukul kepala & juga mengigit tangannya. saya & isteri sudah berusaha untuk memberikan “semua” yang mungkin dia pinta tapi malah semakin menjadi, akhirnya kami diamkan sambil menjaga agar tangannya tidak memukul kepalanya lagi, terus dia berhenti dengan sendirinya (entah karena capek, atau apa)apakah ini jg termasuk tantrum? sudah benarkah tindakan kami dalam menanganinya?
halo Ayah Noval
Itu masih dalam kondisi tidur ya? Sepertinya ada emosi yg tertahan tuh Yah. Adakah pengalaman ketika terjaga yang berhubungan dg kemarahan anak?
Tenang, Ayah Noval. Itu bukan tantrum sepertinya
Salami kenal.anak say 22bln suka tantrum sambil guling2.sk nya ngrengek2..ngatasinya gmn
Halo Bunda Melia
Kenali dulu penyebabnya, Bunda. Asalkan penyebabnya masih bisa dikenali, itu lebih mudah diatasi.
Salam
Selamat malam…. anak saya usia 7 tahun (kelas 2 SD) masih sering tantrum…apakah itu merupakan tanda gangguan perilaku? Terima kasih atas jawabannya
Kalau perilakunya bertujuan, misalnya ingin mendapatkan sesuatu, hal itu bukan sebuah gangguan yang wajar. Apakah ketika tantrum anak masih bisa diajak bicara atau masih bisa memperhatikan apa yang Bunda katakan? Kalau iya, berarti Bunda masih bisa menangani. Perhatikan lagi acara Bunda/Ayah dalam berbicara, termasuk nada dan tensi bicaranya. Coba turunkan, pecah fokus anak, ajak melakukan aktivitas lain atau ajak ke luar ruangan atau ke ruang yang berbeda yang lebih lapang dan segar. Baru ajak bicara. Dicoba saja Bunda
Selamat siang kalo anak saya males belajar males sekolah dan suka ngamuk di sekolah karna anak saya sifat nya agak baper mungkin btw anak saya di usia 7 th kelas 2 itu harus bagaimana ya ..sudah coba menawarkan tuk pindah sekolah tapi dia bilang sama aja..?
Selamat siang, Pak Dicky
Ini tergantung penyebabnya Pak. Apakah sebelumnya selalu seperti itu, atau dulunya tidak pernah? Sejak kapan perubahannya? Apakah bisa diidentifikasi awal mula kejadian atau penyebabnya? Sbelumnya lebih baik kalau hal tsb bisa diidentifikasi.
Atau bisa juga dilihat lingkungan sekitar anak. Apakah ada orang yang dekat atau intens ketemu si anak, dan orang tsb memiliki perilaku yang suka marah? Ataukah anak lebeih sering dicegah atau aktivitasnya dipotong, dan membuat anak kecewa? Masih banyak kemungkinan yang menjadi penyebabnya.
Semoga beberapa pertanyaan saya membuat Pak Dicky lebih mudah mengingat penyebabnya, kira-kira apa