Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna


Puasa adalah menahan lapar dan haus. Itulah arti yang paling sederhana dari puasa, yang biasanya dipahami oleh anak-anak. Buahnya adalah kelaparan dan kehausan sampai waktu berbuka datang. Bagaimana cara mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna dari sekadar menahan lapar dan dahaga?

Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengajarkan bagaimana mengajak anak untuk berpuasa atau mengajari anak berpuasa untuk pertama kalinya. Kali ini ayah, bunda, kakak akan saya bawa kepada level yang lebih advance, yaitu membuat puasa si anak jadi lebih bermakna. Artinya, lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga.

Mari kita mulai dengan ilustrasi berikut,

Si Buyung yang baru berusia 5,5 tahun, belajar berpuasa dengan cara berbuka dua kali sehari alias puasa setengah hari. Ia berbuka pada waktu duhur dan berbuka lagi pada waktu magrib. Namun pada jam-jam jelang buka puasa, ia selalu mengeluh kelaparan. Suatu saat, bundanya tidak tega dan menyuruhnya makan sebelum waktu berbuka datang. Namun Buyung menolak, karena belum datang waktu berbuka. Namun tetap saja ia mengeluh kelaparan dan kehausan.

Sebenarnya, apa yang terjadi pada diri Si Buyung? Bersyukurlah orangtua Si Buyung, karena anaknya konsisten menjalankan ibadah puasanya. Ia tidak mau makan meski kelaparan, bahkan ketika ibunya menyuruh makan sekalipun.

Si Buyung tidak ingin puasanya batal, karena makan atau minum sebelum waktu berbuka. Artinya, orientasi Si Buyung mempertahankan puasanya tetap terjaga, meskipun ia tak henti-henti mengeluhkan lapar dan dahaga. Ini wajah untuk anak-anak, karena rasa lapar datang secara alamiah. Yang tetap harus diapreasiasi adalah usahanya untuk bertahan.

Mengeluhkan lapar dan haus ini menunjukkan bahwa arti puasa di benak Si Buyung adalah tidak makan dan tidak minum. Ketika arti ini yang ada di benak seseorang, maka orientasinya dalah menghindari keduanya, agar puasanya tidak batal. Jadi bukan berorientasi pada tujuan dari dilakukannya puasa, bukan berorientasi pada manfaatnya. Untuk itu, level puasa anak dapat kita tingkatkan dengan membawa anak pada orientasi menghindari hal yang membatalkan puasa menuju kepada pemahaman akan manfaat berpuasa.

Bagaimana cara mengubah orientasi dari puasa yang hanya menahan lapar dan dahaga menuju kepada puasa yang lebih bermakna?

Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna, yaitu isi dan cara. Isi berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa, seperti arti puasa dan manfaat puasa. Sedangkan cara adalah metode yang paling efektif untuk diterapkan kepada anak-anak. Kedua hal ini kemudian menjadi prinsip yang harus dipegang sebelum melangkah kepada upaya yang lebih teknis.

Berkenaan dengan isi, tiga hal substansial yang perlu dipahamkan kepada anak adalah arti puasa, manfaat puasa, dan bagaimana berpuasa. Ketiga hal ini sebenarnya tentang tiga pertanyaan substansial (boleh disebut eksistensial, karena menanyakan tentang eksistensi puasa), yaitu apa (what), kenapa (why), dan bagaimana (how). Ini prinsip yang pertama.

Hal berikutnya yang penting mendapat perhatian adalah bagaimana cara anak memahami tentang arti puasa, kenapa berpuasa, dan bagiamana berpuasa. Ini berkaitan dengan metode yang efektif untuk anak. Lebih gampangnya, untuk anak-anak pada usia sampai dengan kurang lebih 7 tahun, anak-anak hendaknya diajari dengan hal-hal yang konkrit, menggunakan benda sebagai peraga, dan banyak memberikan contoh. Ini adalah prinsip yang kedua.

Selanjutnya, secara teknis hal berikut ini dapat kita lakukan,

Yuk ajari anak berpuasa dengan lebih bermakna! (foto: solusisehatku.com)
Yuk ajari anak berpuasa dengan lebih bermakna! (foto: solusisehatku.com)

1. Menampakkan reaspon yang menyenangkan atas datangnya puasa

Ketiak menyambut Bulan Ramadhan, orang di sekitar anak, terutama orangtua, hendaknya menampakkan ekspresi yang positif. Meskipun tidak secara eksplisit dikatakan kepada anak, tapi kebahagiaan kita akan datangnya Bulan Ramadhan pasti dapat diamati oleh anak.

2. Bercerita tentang serunya berbagai aktivitas di Bulan Ramadhan

Tak kenal, maka tak sayang. Begitu juga dengan Bulan Ramadhan beserta aktivitas puasa yang ada di dalamnya. Anak harus diperkenalkan dengan Bulan Ramadhan yang lebih luas dari puasa. Jadi sebelumnya, kita harus memahami bahwa menaham lapar dan haus itu hanya bentuk sempit dari puasa. Selain itu, puasa hanya sebagian dari aktivitas yang ada di Bulan Ramadhan. Anak-anak perlu dikenalkan dengan aktivitas lain, seperti ada sholat tarawih, ada tadarus, termasuk yang berkaitan dengan puasa, semisal sahur, berbuka dan lain-lain. Jadi jangan dipersempit kegiatan Bulan Ramadhan hanya pada tidak makan dan tidak minum.

3. Kembangkan definisi puasa dari hanya menahan lapar dan dahaga

Sebagai kelanjutan dari poin sebelumnya, kita hendaknya tidak melulu menjelaskan puasa sebagai menahan lapar dan haus. Kita harus beri porsi yang sama dengan aktivitas yang berhubungan dengan puasa lainnya, seperti tidak marah, tidak berbicara kasar dan kotor, perbanyak berbagi dan menyayangi orang lain dan sebagainya.

4. Jelaskan manfaat puasa secara konkrit

Kadang kita lupa menjelaskan tentang alasan atau kenapa kita berpuasa kepada anak. Kita hanya berkutat pada menahan lapar dan haus atau tidak makan dan minum. Agar anak beranjak dari menahan untuk tidak makan dan tidak minum, maka ia perlu tahu untuk apa ia berpuasa. Berikan penjelasan yang konkrit, misalnya tentang dampaknya terhadap pencernaah, bikin sehat, mengistirahatkan perut, mengrluarkan racun yang selama ini masuk dan mengendap, dan sebagainya. Silahkan tambahkan penjelasan manfaat konkritnya ya Ayah, Bunda, dan Kakak.

5. Atur aktivitas istirahat anak

Seperti kasus Si Buyung yang konsisten mengeluh lapar dan haus pada injury time sebelum berbuka, maka kita juga bisa mengatur regulasi aktivitas anak. Jika anak sekolah, maka sepulang sekolah bisa diminta tidur sejenak sambil menunggu waktu berbuka duhur (pada contoh Si Buyung). Jika libur sekolah, misalnya dari main di luar rumah, juga minta anak untuk tidur. Selain tidur, kita bisa mengajak melakukan hal-hal ringan yang menyenangkan, misalnya jalan-jalan sekitar kompleks rumah sebelum berpuka magrib.

6. Review keasikan berpuasa selama sehari

Ketika atau setelah berbuka, kita dapat mengajak anak untuk bercerita asiknya puasa selama sehari. Begitu juga dengan apresiasi tentang keberhasilan puasa hari ini.

Demikian cara mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna. Semoga bermanfaat buat kita semua, termasuk bagi saya. Kalau Ayah, Bunda, Kakak, bagaimana cara atau strategi yang diterapkan?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *