Dalam film Wreck It Ralph 2, terdapat hal yang menarik berkenaan dengan pengasuhan yang dilakukan tokoh Felix dan Calhoun. Berdasarkan salah satu scene menarik dalam film tersebut, muncul pertanyaan, apakah ilmu pengasuhan itu omong kosong? Sudah nonton film Wreck It Ralph 2? Tentunya kita sangat akrab dengan tokoh utama, yaitu Ralph dalam film yang diangkat dari sebuah games tersebut. Tapi ada tokoh yang menarik untuk diamati, yaitu Felix dan pasangannya, Calhoun. Kita tidak akan membahas profil rinci dari kedua tokoh tersebut. Kita hanya akan menyorot tentang parenting atau pengasuhan yang ada di Wreck It Ralph 2. Pada scene terakhir ketika problem dalam film tersebut tuntas, kita mendapatkan sebuah epilog tentang dialog antara Felix dan Calhoun dengan seorang officer (duh, siapa namanya ya) tentang bagaimana mengasuh anak-anak pembalap dari Candy Rush yang cenderung liar dan saling bersaing satu sama lain. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Candy Rush adalah games balapan yang pada waktu itu mengalami kerusakan dan nyaris dimusnahkan. Dengan demikian, para pembalap terancam akan menjadi gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal. Karena itulah, Felix dan Calhoun memutuskan untuk mengadopti 15 pembalap sebagai anak mereka. Menurut seorang officer dalam film tersebut, mengadopsi mereka adalah tindakan yang ceroboh, karena anak-anak pembalap tersebut memiliki karakter dan tabiat yang liar. Di akhir scene, ada perubahan perilaku pada anak-anak pembalap tersebut. Mereka cenderung saling bekerjasama dan tidak tampak liar. Hal ini membuat officer heran. Ia bertanya kepada Felix dan Calhoun tentang bagaimana cara mengasuh mereka, sehingga anak-anak tersebut bisa berubah. Setiap kali Felix dan Calhoun memberikan penjelasan tentang tips pengasuhannya, mobil di lintasan balapan lewat, sehingga omongan mereka seperti disensor. Terlepas dari komentar pemerhati film bahwa tips mereka fake atau palsu, karena gerak bibir Felix dan Calhoun tidak membentuk kata atau kalimat apapun, mari kita amati berbagai kemungkinan sehubungan dengan parenting atau pengasuhan. Bisa jadi, Disney sengaja melakukan itu karena pengasuhan atau parenting bukan bagian yang utama dari film tersebut. Keluarga Felix dan Calhoun beserta cara mereka mengasuh bukan substansi dalam film Wreck It Ralph 2. Karena itu, Disney tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan tips pengasuhan. Selain itu, tips tersebut akan sedikit ‘mengoyak’ alur film yang dibungkus secara utuh dengan pesan pershabatan. Tentunya Disney tidak mau mengambil resiko itu. Di sisi lain, hilangnya dialog antara Felix dan Calhoun dengan officer bisa dimaknai dengan sebuah pertanyaan, apakah sebenarnya pengasuhan itu omong kosong? Anggap saja kita sedang menghubungkan hilangnya dialog Felix, Calhoun dan officer dengan ilmu pengasuhan yang dipertanyakan. Saya sering mengatakan di forum orangtua atau guru ketika membawakan pelatihan, workshop, seminar, atau talkshow tentang pengasuhan, “Setiap orangtua adalah pengasuh yang terbaik bagi anaknya”. Artinya, apapun yang dilakukan orangtua, baik itu benar atau tidak, itu adalah upaya terbaik mereka untuk perkembangan anaknya. Bukankah dari dulu juga tidak ada ‘konsep’ dan ‘ilmu’ pengasuhan, tapi anak tumbuh dan berkembang dengan ‘baik’. Kata ‘baik’ saya berikan tanda kutip, karena kita tidak mengartikannya sebagai kata yang berdiri sendiri tanpa melekat pada konteks jaman. Maksudnya, pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua adalah upaya yang paling sesuai dengan jamannya.
Bukan berarti saya mengatakan bahwa berbagai ilmu pengasuhan tidak berguna. Bukan, bukan seperti itu. Ilmu pengasuhan berkembang dengan berbagai bentuk sesuai dengan jamannya. Para Nabi juga sering memberikan ilmu pengasuhan lewat contoh tindakan terhadap anak dan cucu mereka. Ok, berbicara tentang Nabi, mari kita ingat perlakukan Muhammad pada cucunya. Beliau pernah membiarkan cucunya berada di punggungnya ketika sedang sujud dalam sholatnya. Meskipun sholat itu adalah sesuatu yang penting, beliau memperhitungkan usia cucunya yang kala itu belum genap dua tahun, sehingga beliau sangat menjaga suasana hatinya. Namun di kesempatan lain, Muhammad membiarkan cucunya bertindak semaunya ketika ada tamu negara. Ali, sang ayah, memarahi anaknya tersebut. Muhammad membela cucunya. Ternyata perlakuan Muhammad mendapatkan teguran dari Tuhan, karena Ali benar. Artinya, ada ilmu pengasuhan di dalam kejadian tersebut. Ada perlakuan yang benar dari Muhamad, tapi juga ada tindakan yang benar yang dilakukan oleh Ali. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pengasuhan itu ada ilmunya. Lalu apakah pengasuhan tidak dapat berlangsung secara alamiah? Apakah setiap orangtua harus berburu buku untuk dibaca, ikut seminar dan pelatihan pengasuhan dimana-mana, baru kemudian mengasuh anaknya? Tidak juga seperti itu. Mari kita bandingkan dengan ilustrasi lain. Nabi Muhammad pernah ditanya oleh sahabatnya, bagaimana membedakan antara pahala dan dosa. Beliau cuma menunjuk jarinya di dada sahabat tersebut sambil berkata (kurang lebih) seperti ini. “Jika setelah melakukan sesuatu dan kamu merasa resah, itu dosa. Jika setelah melakukan sesuatu dan kamu merasa tenang, itu pahala”. Artinya, dalam diri setiap orang diberikan karunia struktur pengetahuan, termasuk struktur pengetahuan dalam mengasuh anak. Dengan demikian, setiap orangtua pasti adalah pengasuh yang terbaik untuk anaknya. Lalu apakah berarti kita tidak perlu belajar ilmu pengasuhan? Ilmu pengasuhan tetap menjadi sesuatu yang penting dengan memperhatikan kondisi berikut:
- Waktu berjalan cepat dengan berbagai tuntutan jaman yang berbeda.
Sangat mungkin kita sebagai orangtua memiliki jaman yang berbeda dengan anak kita. Misalnya saja, dulu tidak dikenal dunia digital dan internet. Sekarang muncul istilah pengasuhan di era digital.
- Ada struktur alamiah pada diri anak yang perlu dikembangkan
Setiap anak memiliki struktur pengetahuan sebagai modal untuk belajar. Orangtua berkewajiban membantu struktur tersebut untuk berkembang dan diberdayakan. Perlakuan orangtua yang paling alamiah sekalipun, dapat memberdayakan atau mengembangkan struktur tersebut. Tapi jika orangtua banyak belajar tentang pengasuhan, maka akselerasi dan penyempurnaan struktur tersebut akan berjalan optimal.
- Menghindari perkembangan yang kontraproduktif dari struktur alamiah
Sehubungan dengan poin 2 di atas, maka struktur yang dimiliki oleh anak dapat terhambat perkembangannya atau malah berkembang ke arah yang tidak sesuai. Taruh saja kita berbicara tentang cara berpikir (cognitive style) dan cara belajar (learing style). Setiap anak berbeda dalam kedua hal tersebut. Karena itu, untuk pembelajaran yang optimal, diperlukan pengasuhan yang sesuai pada anak. Dengan demikian, ilmu pengasuhan sangat penting. Namun bukan berarti setiap orangtua tidak memiliki struktur pengetahuan pengasuhan dalam dirinya. Struktur inilah yang perlu dikembangkan dengan menambah ilmu yang mengembangkan pengetahuan mereka tentang pengasuhan. Yang jelas, istilah ‘ilmu pengasuhan omong kosong’ dapat juga dimaknai, agar kita tidak merasa khawatir atau takut bahwa kita tidak memiliki pengetahuan akan pengasuhan. Hal ini dapat berdampak kepada ketidakyakinan atas perlakuan kita kepada anak. Dampak lanjutannya, akan ada banyak produk pengasuhan yang menjadi komoditas. Ketika para orangtua berpikir, penting untuk membeli produk parenting, pada saat itu juga hal ini dianggap sebagai peluang pasar. Akhirnya, ada banyak orang yang menjadi pelatih pengasuhan yang instan. Percayalah, bahwa setiap orangtua adalah pengasuh yang terbaik bagi anaknya. Bagaimana menurut Ayah, Bunda, Kakak semua?