Anak mogok sekolah adalah persoalan yang banyak dialami orangtua. Hal ini tentu saja perlu dicarikan solusinya. Sebelum sampai kepada solusi, mengetahui berbagai kemungkinan penyebabnya dapat membantu orangtua mengatasi persoalan mogok sekolah.
“Dude, bangun!”, kata ibu kepada anaknya yang masih asik di balik selimut. “Nanti telat sekolah lho!”, ibuny si ibu. Apa yang terjadi? Si Dude semakin masuk ke dalam selimut, berusaha untuk bangun lebih siang. Ini tidak seperti ketika di Minggu pagi, Dude bersemangat bangun lebih dini. Ibunya tidak tahu kalau Dude sebenarnya sudah bangun. Ia sesekali mengintip dari balik selimutnya. Ini adalah upaya yang ia lakukan agar mengulur waktu sekolah. Ia berharap ada keajaiban yang membuat sekolah dibatalkan.
Persoalan yang terjadi pada Dude mungkin dialami oleh sebagian besar orangtua. Apakah Ayah/Bunda juga mengalaminya? Tentu saja Ayah/Bunda/Kakak sepakat kalau persoalan seperti ini harus dicarikan solusi. Tapi solusinya akan jauh lebih tepat jika kita tahu apa penyebab mogok sekolah yang terjadi pada anak/adik kita. Beberapa hal berikut ini sangat potensial menjadi penyebab anak mogok sekolah.
1. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Baik pengalaman pertama atau di tengah proses sekolah, pengalaman tidak menyenangkan sehubungan dengan sekolah atau yang dialami di sekolah, dapat menyebabkan terjadinya mogok sekolah. Misalnya saja, di hari petama masuk sekolah sudah kena hukum atau diminta melakukan sesuatu yang tidak nyaman, seperti memimpin upacara atau mengenalkan diri di depan warga satu sekolah.
Untuk contoh yang terakhir, mungkin tidak sama reaksi antara satu anak dengan anak yang lainnya. Untuk anak yang rentan secara emosional, misalnya saja mudah grogi, cemas, atau takut, pengalaman memimpin upacaya atau mengenalkan diri untuk kali pertama bisa sangat menyesakkan dada. Hal ini juga berhubungan dengan kemampuan anak dalam beradaptasi (poin 2).
2. Keterlambatan atau kesulitan adaptasi
Ada anak yang mudah berbaur dengan berbagai situasi, namun banyak juga anak yang membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri. Jika perubahan di sekitarnya terlampau cepat, sedangkan si anak membutuhkan waktu yang panjang untuk merasa nyaman, maka hal seperti ini akan rentan membuat anak menyerah. Misalnya saja, seorang guru yang selalu memarahi muridnya karena tidak pandai mengerjakan tugas yang diberikannya. Padahal, si murid masih berusaha keras menyesuaikan diri dengan guru dan teman-teman barunya. Jika anak menyerah atas tekanan yang diberikan oleh guru, maka ia dapat mogok sekolah.
3. Tak seindah yang dibayangkan
Kadang anak-anak membayangkan bahwa sekolah itu indah, seindah yang ada di benaknya. Hal ini banyak terjadi pada anak yang baru pertama kali sekolah di pre elemtary, semacam taman bermain atau taman kanak-kanak. Anak kadang membayangkan bahwa yang terjadi di dalam sekolah adalah bermain dan bermain, sebagaimana ia lihat di halamannya. Di depan sekolah biasanya ada taman dan permainan semacam ayunan, jungkat-jungkit, perosotan dan sebagainya. Ia tidak pernah membayangkan akan ada aktivitas saling berkomunikasi dan bercerita, membaca doa, makan bersama, bahkan belajar menulis dan membaca. Untuk sebagian anak, perbedaan situasi nyata dengan yang dibayangkannya dapat membuatnya mogok sekolah.
4. Paksaan dan keterpaksaan
Kadang anak menghadapi tekanan atau membentuk sendiri tekanannya. Tekanan dari orangtua dan lingkungan yang mewajibkan bersekolah juga turut menyumbangkan ketidaknyamanan. Anak juga dapat membuat tekanannya sendiri, misalnya bersekolah karena teman-temannya bersekolah, padahal ia tidak suka. Memang beberapa hal ini tidak serta merta membuat anak mogok sekolah. Namun hal-hal ini potensial membuat anak mogok sekolah di waktu yang akan datang.
5. Kembali ke dunia nyata
Anak kadang juga mogok sekolah pasca liburan, apalagi jika libur panjang. Liburan hari Minggu saja berpotensi membuat anak bolos di hari Senin. Namun selama sekolah sama menyenagkannya dengan liburan, hal seperti ini tidak akan terjadi. Namun sangat jarang ada sekolah yang memiliki rasa yang sama dengan saat liburan :). Biasanya, semakin panjang dan menyenangkan masa liburan, semakin enggan anak kembali ke sekolah.
6. Penggembosan oleh orangtua
Mogok sekolah juga bisa dikarenakan penggembosan oleh orangtua. Penggembosan di sini maksudnya adalah penyurutan motivasi anak untuk sekolah. Misalnya saja, pada saat anak lagi semangat-semangatnya sekolah, orangtua mengajaknya untuk bolos, karena butuh ditemani ke luar kota. Selama hal ini didahului dengan dialog yang nyaman, kecil kemungkinan menimbulkan mogok sekolah. Namun untuk anak-anak yang lebih kecil, misalnya yang sekolah di PAUD, dialog sebelum sabotase sekolah ini lebih sulit dilakukan.
Penggembosan kadang juga terjadi melalui ucapan dan reaksi orangtua atas hal-hal yang berhubungan sekolah. Reaksi orangtua atas cerita anak selepas sekolah atau ketika bertanya tentang tugasnya, juga turut mempengaruhi. Jika reaksi orangtua positif, maka tidak berdampak penggembosan. Contoh dari reaksi positif dan negatif atas cerita anak tentang sekolah, dapat dibaca di tulisan “Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!”.
Demikianlah 6 kemungkinan penyebab anak mogok sekolah. Memang banyak sekali kemungkinan penyebab yang membuat anak mogok sekolah. Namun 6 penyebab di atas adalah penyebab pokok yang merangkum banyak penyebab di dalamnya. Jika ada penyebab yang lainnya, silahkan di-share di sini ya..