Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!


Tipe penguji bisa dianggap keberuntungan bagi yang diuji. Ini berhubungan dengan cara dan tingkat tegangannya hehe. Selain itu, mengetahui tipe penguji juga memberikan signal buat mahasiswa untuk melakukan persiapan khusus yang sesuai.

Sumber Gambar: phdex.com.au

Hari ini ikutan sidang thesis lagi. Kalau kemarin penelitiannya kualitatif, sekarang kuantitatif. Lengkaplah sudah ‘kebingungan’ku dengan penelitian hehe.

Berdasarkan pengalaman ikut dalam ujian skripsi maupun thesis, paling tidak ada tiga model penguji sehubungan dengan persiapan dan kesiapan sebelum menguji. Kenapa ada kata ‘persiapan’ dan ‘kesiapan’? Ini karena ada dua kemungkinan keadaan. Mungkin ada penguji yg melakukan persiapan tetapi tetap belum siap juga, atau sebaliknya tidak melakukan persiapan tapi siap-siap saja untuk menguji. Tentu saja ada kondisi yang bersifat gradatif diantara keduanya. Jadi ingat waktu ditanya, apa perbedaan persatuan dan kesatuan, waktu pelajaan PPKN dulu.

Apa tiga model penguji sehubungan dengan persiapan dan kesiapannya? Pertama adalah penguji yang tidak mempelajari naskah dan juga tidak mempersiapkan diri untuk menguji. Mudah-mudahan penguji yang seperti ini tidak ada. Kategori ini muncul hanya karena mempolakan, bukan berarti ada dalam ujian yang aku pernah ikuti.

Model penguji pertama ini tidak mempelajari atau bahkan tidak membaca naskah skripsi atau thesis yang sudah diberikan kepadanya. Ironisnya lagi jika penguji yang ini merangkap sebagai pembimbing. Luar biasa bukan jika pembimbing tidak membaca naskah skripsi atau thesis anak bimbingnya? Selain tidak mempelajari, juga tidak mempersiapkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan untuk ujian.

Penguji yang kedua adalah yang terbiasa mempersiapkan pertanyaan, meski tidak mempelajari naskahnya. Nah, unik bukan? Artinya, penguji kedua ini sepertinya sudah biasa melakukan ujian sidang. Karna itulah ia tahu pokok-pokok pertanyaan yang penting untuk ditanyakan.

Penguji yang terakhir adalah yang siap segala-galanya. Penguji yang ini kalau boleh dikata, sudah sampai melakukan check sound sebelum tampil. Seperti tidak mau kalah oleh mahasiswa yang berhari-hari latihan presentasi, seolah-olah ujian skripsi atau thesis inilah sidang yang sesungguhnya di dunia dan di akhirat hehehe. Selain sudah membaca, penguji yang super siap ini juga sudah membuat pertanyaannya.

Ketiga model penguji itu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, mungkin berada gradatif diantara yang siap-siap tapi tetap belum siap dan yang tak bersiap-siap tapi sudah siap. Untuk penguji yang sudah punya jam terbang tinggi, sudah ribuah kali menguji (lebay deh), akan selalu siap dengan apa yang akan diujikan, meski tak sepenuhnya mempelajari sampai bagian tergelap dari naskah (opo tho?). Nah, penguji yang terakhir inilah yang akan kita bahas kali ini.

Kita sebut saja penguji yang berpengalaman ini sebagai penguji yang teruji. Terlepas apakah ia suah siap dengan membaca naskah atau tidak, yang akan kita bahas kali ini adalah penampilan dia ketika show di ruang sidang.

Sumber Gambar: ttu.edu

Apa yang perlu diperhatikan dalam menguji mahasiswa yang sidang skripsi atau thesis (mungkin juga disertasi)? Pertanyaan tentunya. Nah, bicara tentang pertanyaan, kita bisa mengelompokkan pertanyaan dengan tiga muatan yang berbeda, yaitu pertanyaan yang mengetes (testing question), pertanyaan yang memfasilitasi (facilitative question) dan pertanyaan ingin tahu (curious question). Kalau penguji bisa menggabungkan ketiganya pasti yahut.

Pertanyaan ngetes itu jelas yang bertanya sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apapun yang dikatakan oleh pihak yang diuji, benar dan salah adalah keputusannya, meskipun tidak dikatakan secara langsung. Pertanyaan ini langsung final setelah yang ujian menjawabnya. Artinya sudah bisa diputuskan sebagai benar atau salah. Contoh, “Apakah yang dimaksud penelitian dengan cara berpikir induktif?”.

Pertanyaan fasilitatif bersifat membimbing. Penguji yang bertanya dengan cara fasilitatif bisa tahu jawabannya atau bisa juga tidak. Jika sudah tahu jawabannya, maka penguji akan bertanya sesuatu yang menggiring mahasiswa menemukan jawabannya sendiri, yaitu jawaban yang dimaksud oleh penguji. Contoh, “Bagaimana ide tentang metode kreatif kamu jelaskan dengan teori interaksi?”.

Tapi bisa juga penguji tidak tahu sama sekali jawabannya. Penguji memberikan pertanyaan yang menuju kepada usaha menemukan bersama jawabannya. Contoh, “Bagaimana awal mula ide penelitian Kamu temukan?”, “Kok teorinya Kamu pakai ini, apa kelebihannya untuk mengaji ide dalam penelitianmu?”.

Pertanyaan yang ketiga adalah pertanyaan karena rasa ingin tahu. Jelas pertanyaan yang terakhir ini penguji tidak tahu jawabannya. Contoh, “Apa pengalaman tak terlupakan ketika Kamu meneliti di daerah terpencil itu?”, “Eh, katanya wanita disana dilarang menikah denan penduduk sesama kampung ya?”, dan sebagainya.

Dengan berbagai model penguji tersebut, mahasiswa calon peserta ujian dapat mempersiapkan diri. Mereka bisa membuat tips dan trik untuk menahlukkan titik-titik fital dalam ujian.

Ada yang siap-siap untuk ujian? Apa persiapanmu menghadapi calon pengujimu?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *