Dalam tes psikologi atau psikotes, ada aspek potensi yang berkaitan dengan sikap kerja, yaitu kecepatan kerja dan ketelitian kerja. Bagaimana membuat kinerja optimal dengan memperhatikan kontribusi kedua aspek tersebut?
Sebelum membahas tentang kinerja optimal, sebelumnya aku akan berbagi cerita. Beberapa waktu yang lalu ada seorang klien yang meminta untuk diberikan pelatihan dengan beberapa target luaran, yaitu handling difficult people, communication skill, public speaking, creative problem solving, dan productivity management. Diantara target-target tersebut, saya tertarik untuk membahas productivity management dalam tulisan ini.
Awalnya saya bertanya kepada klien, apa maksudnya ‘productivity management’. Berdasarkan penjelasan klien, ternyata garis besarnya berkenaan dengan pembuatan skala prioritas dalam pekerjaan dan kehidupan. Ujung-ujungnya mengarah kepada keseimbangan antar semua urusan, termasuk antar pekerjaan dan keluarga (work life balance).
Kenapa saya memilih membahas tentang output ‘productivity management’ terlebih dahulu? Hal ini karena saya teringat dengan klien saya yang lain, yang saat itu menghendaki pelayanan berupa konseling karier. Klien saya ini adalah para siswa SMK yang hendak memetakan bakat, minat serta kesesuaiannya dengan profesi yang akan dipilih.
Saat sesi konseling, ada aspek psikologis yang dites dari para siswa tersebut, yaitu aspek kinerja. Dalam aspek tersebut terhadapat sub-aspek kecepatan kerja dan ketelitian kerja. Kedua sub-aspek ini diletakkan dalam satu aspek (kinerja) bersama dengan aspek ketahanan kerja dan keajegan kerja. Saya memilih menggunakan sub-aspek kecepatan kerja dan ketelitian kerja sebagai cantolan (anchor), karena kedua sub-aspek yang lain akan ikut dipengaruhi oleh kedua sub-aspek tersebut. Sebenarnya satu sama lain saling mempengaruhi. Tapi khusus untuk strategi pengoptimalan kinerja yang akan saya bahas ini, kedua sub-aspek (kecepatan kerja dan ketelitian kerja) itulah yang akan menjadi acuan. Jika kedua aspek tersebut terkelola dengan baik, maka ketahanan kerja dan keajegan kerja bisa disiasati.
Mari kita fokuskan kepada sub-aspek (selanjutnya bisa disebut dengan aspek saja) kecepatan kerja dan ketelitian kerja. Berdasarkan hasil tes, posisi keduanya bisa sangat berjauhan. Artinya, nilai atau angka yang dihasilkan dari tes bisa punya gap yang jauh. Dengan demikian, ada kemungkinan seseorang memiliki kecepatan kerja yang tinggi tetapi ketelitian rendah atau mempunyai ketelitian kerja yang baik tetapi lambat. Hal ini dapat menjadi masalah.
Baca juga:
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
Jika seseorang terlalu cepat dalam bekerja tetapi kurang teliti, maka hasil kerjanya akan banyak secara kuantitas tetapi jelek secara kualitas. Dengan kata lain, orangnya terburu-buru dan cenderung ceroboh. Sebaliknya, jika ketelitian tinggi tetapi kerjanya lambat, maka orang tersebut cenderung peragu dan takut salah. Orang terakhir ini akan bermasalah jika dihadapkan dengan batas waktu (deadline) kerja yang pendek.
Untuk optimalisasi kinerja, keuda aspek (kecepatan kerja dan ketelitian kerja) harus seimbang. Keduanya tidak harus sama, tetapi paling tidak berdekatan atau gapnya tidak terlalu jauh.
Bagaimana mungkin bisa disiasati jika memang itu adalah kondisi atau kecenderungan seseorang? Bisa. Kita dapat mengatur komposisi waktu yang kita miliki untuk sebuah pekerjaan atau tugas.
Contoh saja ketika kita mempunyai tugas dengan alokasi waktu seminggu atau tujuh hari, maka kita akan memecah modal waktu tersebut dalam kategori cepat dan teliti. Kita pecah alokasi waktu tujuh hari dengan komposisi kerja cepat selama 4 atau 5 hari dan bekerja secara cermat dalam 3 atau 2 hari sisanya. Kenapa kita mengatur dengan komposisi seperti ini?
Kebanyakan orang yang bekerja lambat karena sepanjang waktunya lebih banyak digunakan untuk mengoreksi daripada menyelesaikannya. Sebaliknya, orang yang ceroboh lebih berorientasi cepat selesai dan enggan mencermati hasilnya. Keduanya harus dijaga seimbang. Karena itu komposisi 4:3 atau 5:2 dapat diterapkan.
Saat melakukan komposisi 4 atau 5 awal, maka hendaknya kita bekerja dengan secepat-cepatnya. Target utama dalam komposisi 4 atau 5 adalah selesai, bagaimanapun kondisi hasilnya. Dengan kata lain, orientasi pertama adalah kuantitas. Pada saat komposisi ini, pikiran kita harus berdisiplin untuk menyelesaikan secepat-cepatnya. Pikiran kita tidak boleh tergoda oleh bisikan setan kualitas, yang selalu bilang, “Eh beneran tuh kerjaan udah bagus?”, “Jangan-jangan ada yang salah lho!” dan semacamnya. Kita harus menutup ‘telinga’ dari bisikan-bisikan ini. Baru di komposisi 3 atau 2, kita memberikan kesempatan setan kualitas untuk berbisik sepuasnya. Karena pada saat itulah kita melayani mereka. Di komposisi kedua ini, kita mencecek atua mengoreksi hasil kerja kita. Kita harus benar-benar membandingkan dengan standar. Bila perlu, hasil kerja kita bisa melampaui standar secara kualitas.
Demikian strategi untuk membuat kinerja optimal, yaitu dengan mengatur komposisi aspek kecepatan dan ketelitian kerja. Apakah Kamu pernah menerapkan strategi serupa? Atau Kamu punya strategi jitu lainnya? Boleh di-share di sini, agar kita berbagi ilmu dan saling mengoptimalkan kinerja.