4 Langkah Sederhana Belajar Menulis Cerita


Suka menulis cerita? Kiranya mudah buat yang jawabannya ‘suka’. Namun bagi yang belum menemukan keasyikan menulis cerita, menjadi sulit tentunya. Bagaimana sih langkah sederhana belajar menulis cerita?

Tiba-tiba saja waktu yang tak pernah dikira datangnya, menghampiri, menyapa. Ini sudah tanggal 13 September saja (saat itu). Dua hari lagi adalah saat terakhir harus mengirim tulisan ke @FeminaMegazine. Tak sedikitpun ide yang berpihak pada waktu, tak memberikan dukungan buat keterdesakanku.

Selasa waktu itu adalah hari dimana seharusnya, sebagai pekerja yang baik, pergi ke kantor, duduk manis, dikerumuni berkas, sampai datang waktu mengusir pulang. Tapi tidak kulakukan sebelum bertemu dengan kawan lama yang datang dan pergi, #inspirasi.

Hampir setengah hari ku berputar, mondar mandir tak karuan. Laptop sudah ku hidupkan, tapi hanya lini masa (twitter) yang jadi rujukan. Jari tetap menari, tapi tak sedikitpun tahu apa yang akan ditulis.

Tak puas hanya membuka twitter, ku buka halaman facebook. Belum juga ku dapatkan ide untuk menulis. Aku tambah saja dengam membuka yahoo messenger. Dari YM-lah semuanya mulai berubah.

Yahoo messenger atau YM aku pelototi. Memang tidak ada tulisan apapun yang langsung memberi #inspirasi. Hampir menyerah, hinga pandangan ke YM pun tak ada arti, tak ada energi. Aku hanya melihat board, daftar teman dengan berbagai kategori, fitur-fitur yang terdiri dari chatting (pastinya), conference, emoticon dan kawan-kawannya.

Jari menjentik dan lahirlah sebuah cerita. Lah kok bisa? Terjadi perkawinan ide YM dengan berbagai fiturnya. Aku membayangkan jika ada orang yang chatting sampai sulit membedakan yang virtual dan dunia nyata. Pasti menarik menjadi cerita.

Aku pilih sebuah titik kejadian, yaitu pertemuan antar chatter. Kenapa kejadian ini yang dipilih? Karena idenya memang dari kesulitan membedakan online dan offline. Karena itulah, jika dua orang chatter ketemu, saat itulah persoalan dimulai. Pernah chatting kan? Nah, bagaimana jika melakukan kopi darat dan ternyata kopinya tak semanis yang kita kira?

Karena bagian pertemuan (chatter) yang aku ingat, maka lead cerita (prolog), aku buat bagian awal yang mengantar pada pertemuan.

“Ok, kita ketemu”

Begitu bunyi terakhir pesannya di yahoo messanger. Iya, besok adalah hari yang kami nanti-nantikan, aku dan Niken akan berjumpa untuk kali pertama setelah tiga tahun kontak di dunia maya.

Sebenarnya sempat ragu dengan lead ini. Karena dengan prolog ini, jadinya kurang kuat dalam mengantarkan pada pertemuan itu. Agar pertemuan itu layak dijadikan konflik atau inti cerita, maka sebelumnya harus ada yang memperkuat untuk mengantarkan ke sana. Plot atau alur cerita lah yang jadi permainannya.

Setelah prolog, ku lemparkan cerita kembali ke masa awal bertemu, di dunia maya tentunya. Mulai dari awal kenal sampai percintaan di dunia maya dibangun semakin kuat dan semakin kuat. Perubahan status secara implisit dan eksplisit juga dibangun dengan ekstrim. Mulai dari sekedar kenal, jadi teman, semakin dekat, jadian, sampai terjadi pernikahan.

Saat ketemu adalah waktu dimana keakraban jadi persoalan. Ada keraguan pada benak tokoh “aku”. Sementara si perempuan yang bernama Niken tetap kekeh dengan status istri virtual yang disandangnya.

Pertengkaran terjadi dan kecelakaan berlanjut melengkapi. Niken tertabrak dan dilarikan ke ICU. Wajah layu Niken membuat tokoh “aku” luluh, meski dengan susah payah memberikan pengertian lebih dulu pada Niken. Keputusan adalah dengan akan melamar Niken. Tapi maut menjemput saat kebahagiaan menyelimuti hati Niken.

Ini sebuah cerita sederhana yang kuat pada dramatisasi. Kekuatan rahasianya adalah pada efek chatting yang membuat orang tidak hanya ketagihan, tapi juga semakin membuat lupa bahwa itu bukan kenyataan. Sebuah kepura-puraan yang akhirnya harus ditanggung akibatnya.

Dari cerita tersebut, paling tidak ada beberapa hal yang bisa kita pelajari untuk membuat cerita. Coba perhatikan langkah-langkah berikut ini!

1.     Temukan idenya

Namanya juga menemukan, ya tak perlulah harus mendapatkan barang yang luar biasa. Emang iya kan? Namanya juga barang temuan, maka kumpulkan saja. Tampung saja ide yang melintas. Catat ide itu. Jika belum bisa mengembangkannya, maka tetap terbukalah untuk ide-ide yang lainnya.

2.     Kembangkan idenya

Jika sudah memilih ide dari sekian ribu ide yang kita punya (lebay deh), pilih salah satu saja. Kembangkan ide itu kemudian. Cara lebih mudah dalam mengembangkan, bisa dengan mengawinkan antar ide-ide yang yang sudah ada. Namun jika tidak ada jodoh dengan ide-ide lain, maka jangan dipaksakan untuk adanya perkawinan. Nanti bisa sakit hati kan? (ini ngomong apa tho?). Masukkan ide itu dalam sebuah peristiwa. Tambahkan peristiwa lain, jika itu dibutuhkan untuk melakukan dramatisasi.

3.     Lakukan dramatisasi

Dramatisasi  berguna untuk memperkuat persoalan, memperuncing konflik dalam cerita. Dramatisasi bisa diberikan pada peristiwa atau pada suasana emosional tokoh cerita. Misalnya, fakta bahwa dirinya akan dinikahkan, sedangkan ia terikat janji mati dengan orang yang tiba-tiba dibenci. Luar biasa bukan?

4.     Berikan penyelesaian

Bicara tentang penyelesaian, bukan berarti harus ngomong soal ‘happily ever after’. Cerita tidak harus berakhir bahagia. Cerita juga tidak harus menginspirasi atau langsung menghasilkan hikmah. Semua itu hanya muncul sebagai efek cerita. Biarkan pembaca memaknai. Tidak harus dari akhir cerita kan? Pembaca bisa memaknai perjalanan tokoh, kejadian atau bahkan dari pengalaman membaca cerita itu sendiri. Karena itulah cerita yang menggantung pun punya kekuatan untuk melahirkan hikmah buat pembacanya.

belajar
Jadikan ide sederhana menjadi cerita keren yang bermakna

Meski tidak detil secara teknis, paling tidak pengalaman yang ku bagi ini bisa jadi #inspirasi untuk melahirkan tulisan. Bisa jadi bahan refleksi, betapa sederhananya membuat ceria. Yang penting membuat dulu. Singkirkan kendala “cerita seharusnya…”. Lebih mantapnya, boleh baca “Manajemen Ge-Er dalam Menulis“.

Yuk belajar menulis cerita bersama. Berikan tambahan atau komentarnya di sini ya, biar kita bisa saling memperkaya.

__________________________________

Tulisan ini juga di-posting ke alterblog mosaic-learning.blogspot.com


6 responses to “4 Langkah Sederhana Belajar Menulis Cerita”

  1. Mas/Bapak? Maaf mau tanya pada kalimat ini : Jika belum bisa mengembangkannya, maka tetap terbukalah untuk ide-ide yang lainnya, ini cara untuk terbukanya maksudnya untuk ide yang mandek atau memending idenya lalu menjalankan ide yang lain yang muncul atau gimana?terus cara melahirkan ide biar terus bermunculan gimana?
    Saya juga izin share di blog saya, namun maaf ada pengurangan karena memakai bahasa saya tanpa ada maksud untuk plagiat atau merubah isinya.
    Maaf bila ada yang kurang berkenan.
    Terimakasih

    • Salam

      Maksud ‘mengembangkan’ adalah langkah yang kedua. Jadi kalau belum bs melangkah ke yang kedua, tetap terbuka untuk mengumpulkan ide.

      Agar ide bermunculan, bisa melakukan perjalanan, baca koran atau majalan, ngobrol dg teman dsb

      Silahkan di-share atau di-posting ulang dengan tetap menyebutkan sumber dan membuat link ke blog ini

  2. salam,

    mas.. saya ada ide ingin sekali menuangkan sepenggal kisah hidup saya kedalam sebuah cerita. saya suka menulis (dulu masih jaman smp) di diary (masih jaman2 lebay alay gitu kayak nya)

    tapi bagaimana dengan gaya penulisan, penggunaan kata dan kalimat..yg tentu akan sangat menentukan hasil keseluruhan dari cerita tersebut. mohon pencerahan.

    ivansyafran@gmail.com

    • Salam Mas Ivan
      Tentang gaya penulisan, temukan gayanya Mas Ivan dulu, sehingga memnulisnya jadi lebih enjoy. Baru setelah itu bisa memikirkan diferensiasi untuk tujuan yang lebih komersil hehehe

    • Halo Mas Sidarmawan
      Awalnya, tidak perlu pikirkan tentang kalimatnya, Mas. Fokus aja pada menuangkan isi pikiran. Setelah itu temukan pokok pikiran dalam setiap paragraf yang telah ditulis. Jika ada paragraf yang isinya lebih dari satu pokok pikiran, pecah paragrafnya. Nah, dari pokok pikiran tersebut, kita bisa membuat outline. Setelah outline jadi, barulah tulisan kita kita atur posisi paragrafnya.Setelah itu, kita buat sambungannya, agar antar paragraf mengalir dengan enak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *