Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Berburu Ide untuk Menulis

Mei 14, 2012 . by . in Belajar Menulis . 4 Comments

Jadilah pemburu ide buat tulisanmu! Apa dan bagaimana berburu ide untuk menulis?

Pagi-pagi di 14 Mei 2012 ini, ada tweet dari Kak @bukik dari socialmediatoday. Isinya membahas tentang, kenapa tidak ada yang membaca blogmu?

Dalam tulisan tersebut setidaknya ada 5 hal yang menyebabkan blog kita tidak disukai, dan berakibat tidak dikunjungi pastinya. Apa itu? Pertama, karena blog membosankan. Kenapa blog membosankan? Ya variasi lah jawabannya. Jika blog kita berbahasa formal dan monoton, teks yang ditulis searah dan minim gambar atau foto, yang seperti itulah yang dikatakan membosankan.

Sumber Gambar: socialmediatoday.com

Kedua tentang konsistensi dalam melakukan posting. Seberapa sering Kamu membuat tulisan dan diposting di blogmu? Posting yang konsisten membuat orang tahu kapan akan mengklik blogmu. Jika beberapa kali orang mencoba mengklik dan Kamu belum melakukan post, maka lama kelamaan orang tidak akan mengunjungi.

Terlalu banyak iklan, apalagi blog sudah lupa bahwa dirinyalah yang seharusnya diiklankan hehe. Iya, mengutamakan iklan dan mulai menganaktirikan isi akan membuat blogmu jadi sarang iklan. Seperti orang yang mengubah canal tv ketika iklan, itulah yang akan terjadi pada blogmu.

Ketiga, desain blog tidak menarik. Kalau yang ini berkaitan dengan theme yang kita pilih. Kalau soal eye catching, berbagai prinsip warna, bentuk dan gerak bisa dimanfaatkan. Soal menarik bukan berarti hanya melulu eye catching, tetapi juga mind catching. Bisa jadi blogmu mengundang mata untuk memandang, tetapi beberapa menit kemudian membuat orang lelah dan  berkunang-kunang. Buat orang betah dengan desain blogmu.

Di luar soal perhatian, ada bagian yang sangat halus dalam membuat orang terkesan dengan desain blog kita. Apa itu? keserasian antara desain dan isi blog. Misalnya saja kita punya blog kuliner, maka desain apa yang paling sesuai dengan makanan dan minuman? Jika blog kita tentang fotografi, maka gambar apa yang paling cocok menghiasi? Kamu pati tahu lah..

Yang kelima, kurangnya pemasaran blog. Mungkin kita telah merancang blog dengan desain yang baik, menulis isi yang menarik, tapi kita tak akan dapat pembaca jika tidak menawarkannya. Maksimalkan media sosial untuk berbagi bisa jadi jalan alternatifnya.

Itu kan ada di tulisan yang aku sudah berikan lingnya, kok ditulis ulang? Hehe, sebenarnya bukan itu awal tujuan penulisannya. Ini soal satu penyebab dari kurangnya peminat blog kita, yaitu produktivitas menulis dan konsistensi dalam melakukan posting.

Sehubungan dengan penyebab kedua tersebut, yang paling aku ingat adalah dua hal. Apa itu?. Aku teringat, tulisan “Aku Menulis, maka Aku Ada” dan pengalamanku ketika sedang banyak waktu luang ketika menjadi tim pengawas independen ujian nasional.

Di tulisan “Aku Menulis, maka Aku Ada”, ditunjukkan betapa menulis itu butuh keisengan yang memancing gairah. Apapun bisa ditulis, asal kita punya cara untuk membuatnya menarik, menjadikannya dramatis, bergairah, memancing tawa dan sendu, mellow serta galau :D.

Soal tulisan “Aku Menulis, maka Aku Ada”, sudah jelas, bisa dibaca langsung hehe. Sekarang yang menjadi titik tekan adalah yang kedua, yaitu ketika aku menjadi tim pengawas independen untuk ujian nasional. Itu adalah masa dimana apapun bisa jadi tulisan.

Kenapa masa itu menjadi begitu produktif? Ya jawabannya simple, karena banyak waktu luangnya alias banyak nganggurnya hehe. Di luar urusan waktu, ternyata ada kekhasan yang terjadi waktu itu, yaitu otak yang terus berburu ide.

Boleh diakui juga, mood juga berpengaruh buat produktivitas menulis, apalagi yang sudah bepikir bahwa menulis itu susah dan butuh tenaga. Untuk alasan yang terakhir ini, berarti sedang dikuasai oleh kelemahan. Padahal menulis bisa digerakkan dari mana saja, yang penting adalah mau. Urusan mampu berikutnya.

Waktu itu memang lagi bersemangat untuk blogging. Seperti seorang wartawan, setiap kejadian selalu dipelototi untuk mecari bagian mananya yang menarik. Kalau bicara soal memperhatikan, bukan saja soal mata, tapi juga membuka diri bagi apapun dan siapapun yang berbicara, dengarkanlah.

Waktu itu, aku selalu mengumpulkan hal kecil. Dari mana hal kecil itu? Dari pertanyaan dasar, yaitu who, where, when. Disetiap jawaban atas tiga pertanyaan itu, selalu mengundang untuk dieksplorasi. Tiga pertanyaan tersebut menyediakan bahan bakunya, setelah itu baru diperkaya dengan level pertanyaan berikutnya, yaitu what dan how.

Ketika aku ada di sekolah tempat aku menjadi pengawas unas, aku selalu berusaha untuk tidak menyianyiakan dimana (where) aku sedang berada. Ketika berada di kantor guru, aku memperhatikan yang ada di situ. Aku perhatikan orangnya (who) dan pada waktu itu (when) mereka sedang melakukan apa (what). Bagaimana (how) mereka menjalani aktivitas tersebut.

Tiga pertanyaan dasar yang menyediakan bahan baku dan dua pertanyaan pengembang sudah cukup untuk menghasilkan sebuah tulisan. What dan how sudah mampu untuk menghasilkan dramatisasi, membuat situasi biasa menjadi menarik hati.

Agar tulisannya lebih menukik, setiap menuliskan deskripsi pada pertanyaan what dan how, kita perlu memberi muatan nilai-nilai tertentu. Pada bagian inilah tulisan menjadi lebih mendalam. Dengan apa menjadikan tulisan kita jadi lebih analitis? Pertanyaan why jawabannya.

Why atau kenapa ini adalah pertanyaan yang bisa kita sisipkan ketika menuliskan jawaban atas pertanyaan apa dan bagaimana. Apa yang orang lakukan bisa kita kaitkan dengan karakternya atau kebiasaan yang terjadi pada diri dan lingkungannya. Begitu juga dengan bagaiman orang menjalani aktivitas tertentu, atau lebih luas menjalani hidup. Kita bisa menuliskan proses tersebut dengan memberi muatan alasan, kenapa proses atau peristiwa itu terjadi.

Sumber Gambar: business901.com

Seperti itulah jalannya otakku ketika menghadapi asupan informasi dari mata, telinga dan hati :D. Dan semuanya dapat diolah menjadi tulisan. Tidak sekedar tulisan, tapi tulisan yang menarik. Tidak hanya menarik untuk dibaca, tetapi menarik untuk disimak berkali-kali. Tidak hanya dibaca berkali-kali, tapi juga untuk dihayati dan jadi bahan cerita.

Untuk lebih jelasnya, bisa baca juga tulisan 10 Contoh bahwa Menulis itu Mudah. Dalam tulisan tersebut, ada beberapa yang aku tulis ketika menjadi pengawas ujian nasional. Semoga bermanfaat.

Apa yang menarik perhatianmu hari ini? Apakah Kamu akan melewatkannya begitu saja, tidak menuliskannya?

Tag:

Artikel tentang Belajar Menulis Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

4 Comments