Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?


Jika ada perubahan yang membuat orang tidak nyaman, maka ia berusaha mencari cara untuk mengembalikan kepada kondisi nyaman. Sifat ini bisa dimanfaatkan dalam mengelola orang yang bermasalah dengan kita, yaitu dengan cara mendiamkannya. Bagaimana bisa?

Kemarin, charger laptop yang baru aku beli tiba-tiba mati, padahal belum satu minggu aku memakainya. Charger ini juga tidak pernah jatuh atau ditarik-tarik. Yang jelas, pemakaiannya masih normal-normal saja. Aku curiga, jangan-jangan chargerku yang dulu masih bisa berfungsi, laptopnya yang justru bermasalah.

Apapun itu, persoalan ini tetap bikin galau. Harga charger mac yang terlanjur dibeli sudah bisa merobek kantong, apalagi jika ternyata laptopnya yang rusak. Tapi aku ingin, malam ini laptopku nyala dan aku bisa mengerjakan banyak hal seperti biasa. Karena itu, yang terpenting kali ini adalah membuat charger bisa menyetok listrik lagi.

Karena fokusnya pada charger berserta harga yang pernah aku bayar untuk mendapatkannya, maka aku segera menghubungi penjualnya untuk tanya garansi. Aku sms dia untuk menanyakan hal tersebut. Jawabannya begini, “Sori, lagi nyetir dari Jogja Surabaya. Nanti ya..”.

Sekilas jawaban ini normal, biasa saja. Karena terdengar biasa, maka aku lanjutkan mengotak-atik charger dan laptopku. Selama 2 jam lebih ngotak-atik, aku mulai berpikir buruk, jangan-jangan si penjual ini tidak sedang dalam perjalanan. Aku sudah menebak, baik beneran sedang dalam perjalanan atau tidak, orang ini tidak akan menghubungiku lagi. Benar ternyata, sampai hari ini dia tidak pernah menghubungiku.

Lalu bagaimana dengan chargerku? Alhamdulillah chargernya sudah bisa dipakai. Aku mencopot batere laptop, langsung menggunakan charger. Berarti batere laptopnya yang bermasalah. Karena sudah berfungsi, aku coba pasang lagi baterenya. Syukurlah, charger tetap bisa menyuplay listrik buat laptop tercinta.

Terus apa persoalannya? Yang menarik adalah cara penjual charger merespon smsku. Baik beneran dalam perjalanan dari Jogja Surabaya atau tidak, langkah ini aku anggap strategi yang cerdik. Orang itu memberikan kesempatan buatku untuk berusaha sendiri mencari akar persoalan dan memperbaikinya.

Tidak ada orang yang betah dalam kondisi tidak nyaman. Jika ada perubahan yang membuat galau, pasti ketidaknyamanan segera diikuti dengan berpikir dan melakukan tindakan yang mengupayakan kenyamanan untuk bisa datang kembali. Ini seperti Hukum Kelembaman atau Hukum I Newton.

Penundaan respon yang dilakukan oleh penjual charger sudah tepat. Ia memberikan kesempatan buatku untuk mengembalikan kondisi nyamanku. Artinya, jika penyebab charger mati belum ketemu, maka tindakan yang tepat adalah memberikan kesempatan untuk mengetahui penyebabnya. Jika penyebab ketemu, maka penjual memberikan kesempatan pembeli untuk memperbaikinya sendiri.

Strategi seperti ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengelola orang. Misalnya ketika kita ribut dengan teman atau pasangan kita. Daripada terus bersitegang, mempertajam persoalan, menaikkan emosi, lebih baik kita menarik diri dan mendiamkan teman atau pasangan kita tersebut.

Hubungan yang bermasalah pasti mendatangkan rasa tidak nyaman, buat diri kita maupun orang lain yang bermasalah dengan kita. Ketika itu tidak nyaman, orang pasti berusaha berpikir bagaimana caranya agar bisa nyaman kembali. Pada saat itu orang akan berpikir ulang, mencari penyebab persoalan dan membuat alternatif pilihan atau jalan keluar. Tentu tetap dengan catatan, selama orang tersebut tidak membenci kita.

Jika orang tersebut bermusuhan atau membenci kita, mendiamkan memang tidak begitu efektif. Dengan kata lain, mendiamkan lebih efektif jika diterapkan kepada orang yang tidak bermusuhan atau membenci kita. Jika orang tersebut membenci kita, maka kemungkinan dramatisasi sangat besar. Orang itu berpikir berbagai keburukan kita, membayangkan kemungkinan buruk yang ia harapkan. Tentu saja hal ini bisa memperparah hubungan. Namun demikian, mendiamkan lebih efektif daripada kita melakukan konfrontasi alias ngajak ribut. Diamkanlah dulu sejenak.

Begitu pula dengan anak buah yang sedang bermasalah dengan rekan kerjanya atau dengan kita. Jika persoalannya bersifat personal dengan kita, maka langkah seperti di atas bisa diterapkan. Namun jika persoalannya adalah profesional atau berkaitan dengan pekerjaan, maka kita tetap harus bicara dengannya. Berikan isi pembicaraan yang bisa menjadi bahan buat dia untuk berpikir. Setelah itu, baru dia diberikan peluang untuk berpikir sendiri.

Kenapa perlu ada pembicaraan lebih dulu? Pertama, kita tetap bisa mengambil keuntungan, karena sebenarnya kita tidak bermasalah dengan anak buah itu. Dia yang punya masalah dengan pekerjaannya. Karena itulah, tak akan berdampak negatif jika kita berbicara lebih dulu. Kedua, yang kita katakan kepadanya memang sengaja kita rancang untuk menjadi bahan berpikir buat dia.

Sumber Gambar: instacanv.as/rudicahyo atau instagram.com/rudicahyo

Begitulah cara kita mengelola orang yang sedang bermasalah dengan kita, yaitu dengan mendiamkannya. Kita berikan kesempatan buatnya untuk merasakan dan berpikir ulang, bahkan bisa melakukan sesuatu yang menurutnya penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kalau Kamu, apa yang Kamu lakukan ketika bermasalah dengan orang lain? Apakah Kamu juga melakukan hal yang sama?

Ingin diskusi dengan saya? Silahkan follow @rudicahyo di twitter.


4 responses to “Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?”

  1. Sama sih, Kak. Aku kalau pas lagi ada konflik sama orang lain cara mendinginkan konfliknya ya dengan cara mendiamkannya dulu. Kasih kesempatan saling berpikir jernih. Nanti kalau sudah tenang baru ngomong lagi ๐Ÿ˜€

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *