Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
January 7, 2013 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 4 Comments
Jika ada perubahan yang membuat orang tidak nyaman, maka ia berusaha mencari cara untuk mengembalikan kepada kondisi nyaman. Sifat ini bisa dimanfaatkan dalam mengelola orang yang bermasalah dengan kita, yaitu dengan cara mendiamkannya. Bagaimana bisa?
Kemarin, charger laptop yang baru aku beli tiba-tiba mati, padahal belum satu minggu aku memakainya. Charger ini juga tidak pernah jatuh atau ditarik-tarik. Yang jelas, pemakaiannya masih normal-normal saja. Aku curiga, jangan-jangan chargerku yang dulu masih bisa berfungsi, laptopnya yang justru bermasalah.
Apapun itu, persoalan ini tetap bikin galau. Harga charger mac yang terlanjur dibeli sudah bisa merobek kantong, apalagi jika ternyata laptopnya yang rusak. Tapi aku ingin, malam ini laptopku nyala dan aku bisa mengerjakan banyak hal seperti biasa. Karena itu, yang terpenting kali ini adalah membuat charger bisa menyetok listrik lagi.
Karena fokusnya pada charger berserta harga yang pernah aku bayar untuk mendapatkannya, maka aku segera menghubungi penjualnya untuk tanya garansi. Aku sms dia untuk menanyakan hal tersebut. Jawabannya begini, “Sori, lagi nyetir dari Jogja Surabaya. Nanti ya..”.
Sekilas jawaban ini normal, biasa saja. Karena terdengar biasa, maka aku lanjutkan mengotak-atik charger dan laptopku. Selama 2 jam lebih ngotak-atik, aku mulai berpikir buruk, jangan-jangan si penjual ini tidak sedang dalam perjalanan. Aku sudah menebak, baik beneran sedang dalam perjalanan atau tidak, orang ini tidak akan menghubungiku lagi. Benar ternyata, sampai hari ini dia tidak pernah menghubungiku.
Lalu bagaimana dengan chargerku? Alhamdulillah chargernya sudah bisa dipakai. Aku mencopot batere laptop, langsung menggunakan charger. Berarti batere laptopnya yang bermasalah. Karena sudah berfungsi, aku coba pasang lagi baterenya. Syukurlah, charger tetap bisa menyuplay listrik buat laptop tercinta.
Terus apa persoalannya? Yang menarik adalah cara penjual charger merespon smsku. Baik beneran dalam perjalanan dari Jogja Surabaya atau tidak, langkah ini aku anggap strategi yang cerdik. Orang itu memberikan kesempatan buatku untuk berusaha sendiri mencari akar persoalan dan memperbaikinya.
Tidak ada orang yang betah dalam kondisi tidak nyaman. Jika ada perubahan yang membuat galau, pasti ketidaknyamanan segera diikuti dengan berpikir dan melakukan tindakan yang mengupayakan kenyamanan untuk bisa datang kembali. Ini seperti Hukum Kelembaman atau Hukum I Newton.
Penundaan respon yang dilakukan oleh penjual charger sudah tepat. Ia memberikan kesempatan buatku untuk mengembalikan kondisi nyamanku. Artinya, jika penyebab charger mati belum ketemu, maka tindakan yang tepat adalah memberikan kesempatan untuk mengetahui penyebabnya. Jika penyebab ketemu, maka penjual memberikan kesempatan pembeli untuk memperbaikinya sendiri.
Strategi seperti ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengelola orang. Misalnya ketika kita ribut dengan teman atau pasangan kita. Daripada terus bersitegang, mempertajam persoalan, menaikkan emosi, lebih baik kita menarik diri dan mendiamkan teman atau pasangan kita tersebut.
Hubungan yang bermasalah pasti mendatangkan rasa tidak nyaman, buat diri kita maupun orang lain yang bermasalah dengan kita. Ketika itu tidak nyaman, orang pasti berusaha berpikir bagaimana caranya agar bisa nyaman kembali. Pada saat itu orang akan berpikir ulang, mencari penyebab persoalan dan membuat alternatif pilihan atau jalan keluar. Tentu tetap dengan catatan, selama orang tersebut tidak membenci kita.
Jika orang tersebut bermusuhan atau membenci kita, mendiamkan memang tidak begitu efektif. Dengan kata lain, mendiamkan lebih efektif jika diterapkan kepada orang yang tidak bermusuhan atau membenci kita. Jika orang tersebut membenci kita, maka kemungkinan dramatisasi sangat besar. Orang itu berpikir berbagai keburukan kita, membayangkan kemungkinan buruk yang ia harapkan. Tentu saja hal ini bisa memperparah hubungan. Namun demikian, mendiamkan lebih efektif daripada kita melakukan konfrontasi alias ngajak ribut. Diamkanlah dulu sejenak.
Begitu pula dengan anak buah yang sedang bermasalah dengan rekan kerjanya atau dengan kita. Jika persoalannya bersifat personal dengan kita, maka langkah seperti di atas bisa diterapkan. Namun jika persoalannya adalah profesional atau berkaitan dengan pekerjaan, maka kita tetap harus bicara dengannya. Berikan isi pembicaraan yang bisa menjadi bahan buat dia untuk berpikir. Setelah itu, baru dia diberikan peluang untuk berpikir sendiri.
Kenapa perlu ada pembicaraan lebih dulu? Pertama, kita tetap bisa mengambil keuntungan, karena sebenarnya kita tidak bermasalah dengan anak buah itu. Dia yang punya masalah dengan pekerjaannya. Karena itulah, tak akan berdampak negatif jika kita berbicara lebih dulu. Kedua, yang kita katakan kepadanya memang sengaja kita rancang untuk menjadi bahan berpikir buat dia.
Begitulah cara kita mengelola orang yang sedang bermasalah dengan kita, yaitu dengan mendiamkannya. Kita berikan kesempatan buatnya untuk merasakan dan berpikir ulang, bahkan bisa melakukan sesuatu yang menurutnya penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Kalau Kamu, apa yang Kamu lakukan ketika bermasalah dengan orang lain? Apakah Kamu juga melakukan hal yang sama?
Ingin diskusi dengan saya? Silahkan follow @rudicahyo di twitter.
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Air Mata sebagai Emotional Release
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Pekerjaan atau Anak?
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
4 Comments