Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
January 24, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Jika berada di pasar atau supermarket, pasti anak senang. Sudah pasti ia ingin berbelanja. Bagaimana mengelola keinginan anak untuk berbelanja, terutama jika anak tidak membutuhkan barang yang akan dibelinya? Simak cerita berikut!
Pergi jalan-jalan sore atau saat hari libur bersama @bintangABC dan ibunya dalah saat yang menyenangkan. Hari ini ada agenda beli sepatu, karena dua sepatuku sudah jebol dan beberapa minggu ini selalu ditunda membelinya.
Usai membeli sepatu, kami memanfaatkan waktu dan tempat untuk berkeliling sejenak, menghibur mata untuk menyaksikan deretan barang-barang yang ditata indah. Bintang (20 bulan) sudah mulai mengerti konsep belanja secara sederhana. Dia mengerti mengambil, memasukkan ke keranjang, membayar dan memiliki serta menggunakan barang yang dibeli.
Seperti biasa, ketika berada di swalayan, bintang memasukkan barang yang ingin dimiliki ke dalam keranjang. Hanya saja, barang yang ia masukkan ke keranjang belum tentu yang ia butuhkan. Asal dia ingin memasukkan ya dimasukkan. Kalau barang tersebut benar-benar diinginkan, Bintang pasti membawanya, tidak dimasukkan ke keranjang.
Sore itu Bintang mengambil boneka kucing besar. Kalau boneka itu sudah di tangan, berarti itu adalah barang yang ia inginkan. Aku berharap Bintang tidak membawanya, atau tepatnya tidak membelinya.Β Apa reaksiku dan ibunya Bintang?
Sebelum bicara tentang reaksiku atau ibunya Bintang, mari kita lihat dua kejadian yang sama, yaitu anak mengambil barang dan reaksi orangtuanya. Pertama, Kami menjumpai seorang anak bersama ayah dan ibunya. Kalau lihat tampilannya, mungkin ia seusia dengan Bintang. Si anak mengambil sebah bola warna-warni. Ibunya mengatakan, “Tidak boleh!” dengan nada memerintah.
Kejadian kedua hampir sama. Namun anak yang kedua ini adalah perempuan dan lebih besar daripada Bintang maupun anak yang mengambil bola. Selain itu, anak perempuan ini belum berniat membawa barang yang ia pegang. Ia cuma memegang dan melihat-lihat saja. Tapi seorang ibu yang bersamanya mengatakan, “Taruh!” dengan nada yang keras.
Apa yang aku lakukan terhadap Bintang? Aku mengatakan kepadanya, “Wow bawa apa itu?” dengan suara riang dan interest pada boneka kucing yang dibawanya. “Mau dibawa kemana?”, sambungku. Bintang bilang, “Dibawa..”, sambil memeluk boneka. Aku bilang lagi, “Kucingnya kan rumahnya di sini. Teman-temannya juga di sini semua. Yuk kita antar lagi ke teman-temannya!”, dengan wajahku yang ku pasang antusias. “Ayo!”, kata Bintang, juga dengan antusias.
Sebenarnya, pada babak selanjutnya, Bintang juga mengambil bola, sama dengan bola yang diambil oleh anak yang ku ceritakan tadi. Kalau bola ini malah sudah hampir sampai kasir.
Bintang sebenarnya sudah punya bola yang sama di rumah, malah bola yang ini tidak lebih bagus sebenarnya. Karena itu, aku dan ibunya berharap Bintang tidak membelinya.
Aku belum menemukan cara, sampai kami mendekat ke kasir. Jika memang tidak ada jalan, kami akan membayar bola itu. Tentu dengan perhitungan, harga bola tersebut tidak mahal. Selain itu, aku membayangkan betapa Bintang senang membeli benda yang ia inginkan. Hal ini karena kami membiasakan Bintang untuk mengapresiasi. Bintang selalu memandang semua mainannya dengan cara yang wah, meskipun mainannya jelek atau rusak sekalipun.
Ternyata, aku menemukan bola lain yang lebih menarik. Aku tunjukkan ke Bintang. Ia mulai tertarik. Aku lemparkan bola di tanganku ke atas. Bintang menirukannya dengan melemparkan bola yang di tangannya ke atas. Kesempatan itu aku gunakan untuk menangkap bola yang sedang melayang di udara tanpa diketahui oleh Bintang.
Bintang bingung mencari bola yang tiba-tiba hilang. Aku gendong dia seolah akan menunjukkan dimana bola itu berada. Tapi aku membawanya melewati biskuit kesukaannya, yang dipajang di dekat kasir. Dia tertarik dan meminta untuk membeli biskuit itu. Nah, yang ini baru realistis untuk dibeli hehehe.
Demikian, ceritaku bersama Bintang, yang ingin berbelanja barang yang diinginkannya.Β Bagaimana Ayah, Bunda, Kakak, mengambil tindakan jika anak, adik atau keponakan mengalami kejadian yang sama seperti Bintang?
______________________________
Tulisan ini juga di-posting ke alterblog, mosaic-learning.blogspot.com
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Bolehkah Memarahi Anak?
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua