Apa Catatan yang Harus Diperhatikan Jika Guru Menghukum Murid?


Tahu kasus guru di Tuban yang memberikan hukuman dengan mengikat kaki muridnya di bangku selama seminggu? Karena hangat diberitakan, persoalan ini dibahas oleh media sampai pada aspek psikologisnya. Pertanyaannya, bolehkan guru menghukum murid? Apa catatan yang harus diperhatikan oleh guru yang menghukum muridnya?

Kamis (14/3) lalu, aku diundang oleh Metro TV Jatim untuk talkshow yang membahas tentang hukuman yang diberikan kepada 19 murid oleh seorang guru sebuah sekolah swasta di Tuban. Guru tersebut mengikat kaki muridnya setiap hari selama satu minggu. Penyebabnya, sang murid selalu berpindah tempat dari satu bangku ke bangku lain, sehingga menimbulkan kegaduhan. Guru, yang sekaligus wali kelas ini, merasa kesal dengan ulah murid-murid tersebut (okezone.com).

Bolehkan Guru Menghukum Murid? (foto: okezone.com)

Dalam talkshow tersebut, fokusnya kepada tindakan guru, apakah sudah tepat atau belum. Pada persoalan yang lebih luas, host menyanyakan, apakah boleh guru menghukum murid.

Sebagai manusia biasa, wajar saja kalau guru merasa kesal. Namun jadi tidak wajar kalau sampai menjadi emosional. Artinya, lebih fokus kepada menghukum dan melupakan apa sebenarnya yang ingin diubah dari perilaku murid. Dengan demikian, sebagai seorang pendidik yang juga bertanggung jawab terhadap olah pikir, olah rasa dan olah raga dari murid, maka wajar kalau guru menghukum muridnya yang melakukan pelanggaran.

Hukuman adalah konsekuensi dari sebuah perbuatan yang ingkar atau keluar dari aturan yang telah disepakati. Hukuman juga sebagian dari fenomena kehidupan yang berfungsi untuk mengubah, meluruskan atau menanamkan rasa tanggung jawab pada diri orang. Karena itu, jika ingin pribadi murid terbentuk, mungkin saja seorang guru mengambil berbagai tindakan yang mungkin, termasuk memberikan hukuman. Namun demikian, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam memberikan hukuman.

1. Hindari hukuman, utamakan memberikan penguat pada perilaku yang dikehendaki

Memang yang diutamakan adalah tidak menghukum. Jika masih memungkinkan, seorang guru lebih baik fokus kepada perilaku yang positif dari siswanya. Harapannya, jika perilaku positif diperhatikan dan diperkuat, maka energi anak akan diarahkan untuk melakukan hal tersebut. Karena mendapat penguatan, misalnya dengan hadiah atau pujian, maka anak akan fokus kpeada perilaku tersebut.

2. Fokus kepada perubahan yang diharapkan

Hukuman hanya alat, Yang utama adalah perubahan sikap dan perilaku dari murid. Jika terjebak hanya berkutat pada hukumannya, maka kecenderungannya akan menjadi emosional.

3. Gunakan prinsip ekonomis dalam menghukum

Apa itu prinsip ekonomi? Masih ingat dengan berkorban yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya? Iya, itu prinsip ekonomi. Seorang guru sangat penting memahami bentuk-bentuk hukuman beserta efeknya buat anak atau murid. Membuat level hukuman juga sama baiknya, misalnya mengurutkan dari memberi tahu, memarahi, sampai melakukan hukuman fisik. Jika dengan memberi tahu saja perilaku murid sudah berubah sesuai dengan yang diharapkan, kenapa harus melakukan pemukulan? Ini bersesuaian dengan poin 2, fokkus kepada perubahan yang diinginkan.

4. Hukuman yang tepat dan proporsional

Dalam talkshow tersebut, dibuka line telepon. Seorang ibu bertanya, anaknya pernah tidak mengerjakan PR sekali. Biasanya anaknya selalu mengerjakan PR, setidaknya selama tiga bulan belakangan. Sebagai hukumannya, anak tersebut disuruh membersihkan muntahan temannya. Dari pertanyaan seorang ibu tersebut, aku kembali bertanya, apa hubungan antara tidak mengerjakan PR dengan membersihkan muntahan? Jika jawabannya tidak ada hubungan, maka hukuman tersebut tidak relevan, tidak menimbulkan makna di benak murid dan tidak mendidik.

Hukuman juga tetap harus proporsional. Mengamati terus hukuman yang sedang dijalankan oleh murid sangat penting. Pada saat mengamati, guru bisa tahu perubahan yang terjadi, minimal perubahan ekspresi. Guru yang sering mengamati muridnya pasti lebih kenal, apakah muridnya sudah ‘kapok’ atau sudah berubah perilakunya. Lebih mudahnya guru bisa saja memberikan kelonggaran kepada murid untuk menyatakan bahwa dirinya tidak akan melakukan lagi. Misalnya hukuman lari keliling lapangan. Guru mungkin bilang, “Kamu terus berlari sampai aku bilang berhenti”. Di tengah berlari, guru mengamati. Kelelahan adalah batasnya, bukan dendam. Amati wajah murid. Jika mulai lelah, maka guru bisa bilang “Jika kamu merasa dirimu sudah berubah dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, maka silahkan berhenti. Segera menghadap di depan saya dan bilang tidak akan mengulangi lagi”. Variasnya bisa diatur sendiri.

5. Iringi hukuman dengan komunikasi

Jangan terapkan hukuman biasa. Artinya, guru hanya menghukum secara mentah tanpa penjelasan apapun. Ini jadi mekanis. Yang ada hanya hubungan antara kesalahan dan hukuman, tidak ada nilai plus yang berupa pendidikan. Misalnya anak disuruh berdiri di depan kelas. Mungkin guru sambil menjelaskan untuk apa hukuman tersebut diberikan. Jika siswa ingin bicara, persilahkan. Polisi saja selalu tanya, “tahu kesalahannya apa?” ketika hendak menilang.

6. Sudahi dengan ending yang manis

Hukuman adalah sarana untuk mendidik. Perubahan sikap dan perilaku murid adalah tujuan akhirnya. Jika murid telah menunjukkan perubahan dan berkomitmen untuk menjaga sikap dan perilakunya dari kesalahan yang sama, maka murid tetap layak mendapatkan apresiasi. Seorang guru bisa menyudahi hukuman dengan menepuk pundaknya sambil bilang, “Jangan terjadi lagi ya Nak!” atau boleh juga ditambahkan penguat yang emosional, “Saya tahu Kamu anak baik. Karena itu saya yakin pasti kesalahan ini tidak akan terjadi lagi”. Ending yang manis juga berfungsi agar anak tidak fokus kepada hukumannya, tetapi lebih memperhatikan efek positif dari perubahan sikap dan perilakunya. Dengan demikian, hukuman selesai, tidak ada dendam setelahnya, semua kembali baik.

Menghukum Murid Secara Positif (foto: bintangwaktu.wordpress.com)

Demikian kira-kira catatan yang harus diperhatikan jika guru memang harus menghukum murid. Catatan ini sekaligus juga menjadi penutup talkshow pagi itu. Apakah Anda punya pendapat lain?


2 responses to “Apa Catatan yang Harus Diperhatikan Jika Guru Menghukum Murid?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *