Sejak kita sekolah di SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi, beban materi pelajaran/kuliah begitu menggunung. Akibatnya, belajar jadi begitu berat. Kita perlu rumus belajar sederhana namun tetap bermakna.
Kamu sekolah? Bagaimana perasaanmu atas berbagai pelajaran yang Kamu haru selesaikan? Kalau Kamu kuliah, pertanyaannya tidak berbeda. Pasti sangat banyak yang harus kita pelajari bukan? Inilah yang bikin belajar jadi beban. Belum lagi kalau datang waktu ujian. Semalaman suntuk kita bisa wayangan, menumpuk dan menjelentrehkan catatan dan buku-buku teks yang tebalnya tak terkira.
Kenapa beban berati ini terus dipikul? Bahkan kalau boleh dipastikan, ini sudah dipikul dari jaman kakek-nenek kita. Apakah kita akan terus-menerus mewarsikannya ke anak cucu kita? Tentu tidak. Kita pasti lebih paham sekarang bahwa anak-anak juga punya minat. Tak seharusnya mereka mempelajari semuanya yang belum tentu ia senangi. Jangankan tidak disenangi, sebagian besar malah mereka tidak mengerti untuk apa materi-materi tersebut mereka pelajari.
Contoh saja, perkuliahan dengan cara membuat makalah dan menggunakan presentasi kelompok sebagai metodenya. Boleh dibilang, presentasi ini analog dengan gaji dan hutang yang diberikan dan diambil dari rekening tabungan. Artinya, seorang karyawan gajinya langsung dimasukkan ke tabungan dan hutangnya juga di potongkan dari tabungan tersebut. Orang itu tidak merasakan manisnya uang. Gajinya hanya lewat di tabungan begitu saja. Apa hubungannya dengan presentasi? Mahasiswa memperlakukan presentasi seperti membayar hutang otomatis. Mereka tak merasakan manisnya ilmu yang diperoleh ketika membuat dan membawakan presentasi. Ketika hutang presentasi itu terbayar, perasaan menjadi lega. “Syukurlah, giliran kelompokku sudah berlalu”, begitu kira-kira.
Fokus belajar kepada ujian, proses belajar yang begitu mekanis, pengajar yang hanya menransfer apa yang sudah ia pelajari dari membaca buku teks dan persoalan yang sejenis itu, salah satunya disebabkan oleh berlimpahnya materi yang harus dipelajari. Jadi bisa dimaklumi jika murid atau mahasiswa banyak melewatkan hal penting dari sesuatu yang mereka pelajari. Mahasiswa menjadi kelelahan karenanya. Selain itu, banyaknya materi pelajaran/kuliah membuat semua terasa seperti sampah yang melimpah ruah. Antar sampah tak ada hubungannya, tak ada benang merah yang membuat tumpukan sampah jadi bermakna. Efeknya, semua berusaha dihafalkan menjelang ujian, dan segera dilupakan ketika ujian berlalu atau semester berakhir.
Kesulitannya memang kembali kepada murid atau mahasiswa. Tidak mungkin mereka menghapus pelajaran atau mata kuliah yang tidak mereka sukai. Bahkan mereka juga harus mengambil atau menempuh semuanya. Karena itu, pintar-pintarnya kita untuk mengatur strategi belajarnya. Bagaimana caranya?
Formula berikut ini bisa dicoba. Aku membagi menjadi tiga area, yaitu area luar lingkaran, area lingkaran luar, area lingkaran dalam dan rangkuman. Sebentar, aku beritahukan terlebih dahulu bahwa dalam formula berikut ini, digunakan Teori Belajar Thorndike sebagai contoh teori yang akan dipelajari.
AREA LUAR LINGKARAN
Area luar lingkaran adalah area sebelum kita masuk ke isi materi atau teori yang akan kita pelajari. Area ini berkaitan dengan sikap kita terhadap apa yang akan kita pelajari.
1. Hubungkan dengan kebutuhan, kaitkan dengan pengalaman
Pada waktu memandu kuliah di kelas Psikologi Belajar dengan materi Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike, seorang mahasiswa memberanikan diri untuk menceritakan pengalaman pribadinya. Dia tak perlu harus tahu bagaimana Teori Belajar Thorndike menganalisa persoalannya. Berbekal ceritanya ini, teman-temannya dapat membuat ia paham bagaimana kaitannya dengan Teori Belajar Thorndike.
Apa artinya? Anak yang menceritakan pengalmannya dalam kelasku tersebut merasa bahwa Teori Belajar Thorndike ada kaitannya dengan kehidupannya. Kaitan inilah yang membentuk gairah. Menemukan kaitan dengan kebutuhan dan pengalaman sehari-hari adalah langkah awal yang dapat membuat belajar lebih menyenangkan. Sebanyak apapun materinya, temukan dulu kaitannya dengan kehidupan kita.
AREA LINGKARAN LUAR
Area lingkaran luar adalah teori umum yang menaungi teori yang lebih spesifik yang sedang kita pelajari. Jika teori spesifik yang kita pelajari adalah Teori Belajar Thorndike, maka teori umumnya adalah Behavioristik. Bagaimana perjalanan atau proses di bagian teori umum? Simak saja!
2. Tangkap kesan umum dari teori yang kita pelajari
Kita tak perlu menjadi ahli sedari awal. Buka mata dan telinga, lihat dan dengarkan apa kata/kesan mereka terhadap teori yang kita pelajari. Misalnya Teori Belajar Thorndike. Mungkin ada yang bilang, “Thorndike itu salah satu tokoh dalam aliran Behavioristik“, “Teorinya tentang perilaku”, “Behavioris banget” dan sejenisnya. Seawam apapun sebuah pernyatan, itu patut kita dengarkan. Kumpulkan sebanyak-banyaknya. Lihat kembali, pendapat apa yang paling banyak. Jika “Thorndike adalah seorang tokoh Behaviorism” adalah yang paling banyak, maka hal itu patut kita pegang. Sampai sini, kita telah memperoleh konsep sehubungan dengan Teori Belajar Thorndike, yaitu Behavioristik.
3. Pelajari kesan umum yang kita tangkap dari teori yang sedang kita pelajari
Kalau kesan umum yang kita tangkap dari Teori Belajar Thorndike adalah ‘Behavioristik‘, maka pelajari apa itu ‘Behavioristik‘. Perlu aku tekankan lagi, tak perlu menjadi ahli sedari awal kita mempelajari. Tangkap saja pendapat dari berbagai sumber tentang ‘Behavioristik‘. Sumbernya bisa dari teman, guru atau dosen, artikel, buku populer yang pernah kita baca dan sebagainya. Sebelum mencari-cari, boleh menggunakan sumber yang sudah kita miliki. Artinya, pengetahuan yang sudah kita miliki tentang ‘Behavioristik‘. Bahkan pengetahuan kita tentang arti kata ‘behavior’ pun bisa dijadikan modal yang sangat berharga. Apa itu ‘behavior’? Iya, ‘perilaku’. Jadi, jika kita dengar ‘Behavioristik‘, pasti ada kaitannya dengan perilaku.
4. Kenali kata-kata kunci dari konsep umum yang kita pelajari
Jika konsep yang kita pelajari adalah ‘Behavioristik‘, maka langkah selanjutnya kita cari tahu ciri-ciri umum dari konsep tersebut. Apa kira-kira ciri-ciri atau karakteristik dari Behavioristik. Dalam perkuliahan, aku pernah mendahului menanyakan ini untuk memudahkan mempelajari teori dari seorang tokoh. Jawaban mereka atas pertanyaan tersebut adalah perilaku, stimulus respons, konkrit, empiris (beririentasi pada hal yang tampak), sistematis (teratur atau berurutan). Nah, pegang karakteristik atau ciri-ciri ‘Behavioristik‘ ini.
AREA LINGKARAN DALAM
Sekarang kita mulai masuk ke teori spesifik, yaitu Teori Belajar Thorndike. Kita akan melakukan hal yang sama, seperti pada konsep umum ‘Behavioristik‘ di pembahasan sebelumnya.
5. Temukan kata-kata kunci umum dari teori spesifik yang sedang kita pelajari
Kita kenali kata-kata kunci yang menjadi ciri dari Teori Belajar Thorndike. Ketika aku tanyakan kepada mahasiswa, ciri-ciri umum yang banyak mereka dengar adalah koneksionisme (connectionism) dan trial and error. Sekarang kita pegang dua kata kunci tersebut.
6. Pelajari apa arti kata kunci dari teori spesifik yang sedang kita pelajari
Pada formula keenam ini, kita akan mempelajari dua kata kunci dari Teori Belajar Thorndike, yaitu koneksionisme dan trial and error.
7. Temukan kaitan kata kunci utama dari teori yang kita pelajari dengan kata-kata kunci turunan
Jika kata kunci utama adalah koneksionisme dan trial and error, berarti konsep lain dalam Teori Belajar Thorndike dianggap sebagai kata-kata kunci turunan. Sebenarnya ini hanya istilah. Konsep-konsep atau kata-kata kunci ini tetap kita pelajari, tetapi kita berusah mengaitkannya dengan kata kunci utama, yaitu koneksionisme dan trial and error. Konsep-konsep atau kata-kata kunci turunan dalam Teori Belajar Thorndike adalah law of readiness, law of exercise, low of effect. Itu saja boleh lah. Tapi kalau mau ditambah lagi dengan low of multiple respons, associative shifting dan lain-lain, boleh saja. Mengatikannya akan lebih mudah jika kita paham koneksionisme dan trial and error dalam Teori Belajar Thorndike.
RANGKUMAN
Merangkum adalah upaya kita untuk melihat teori atau kosenp yang kita pelajari secara keseluruhan. Rangkuman ini memperjelas benang merah antara teori umum dengan teori spesifik.
8. Gambarlah keseluruhan konsep tersebut dalam sebuah bagan atau mind map
Jika sudah terhubung semua kata-kata kunci yang menjadi konsep dalam Teori Belajar Thorndike, maka boleh dibilang kita telah memahami Teori Belajar Thorndike.
Demikian rumus belajar sederhana namun bermakna. Meskipun rumus ini menggunakan Teori Belajar Thorndike yang berhubungan dengan Ilmu Psikologi, aku yakin formulanya juga tetap mudah diterapkan untuk ilmu-ilmu yang lainnya. Selamat mencoba!
Kamu akan mencoba memulai dengan mempelajari teori apa? Bagi ya cerita proses dan hasilnya di sini!
2 responses to “Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna”
Insa Allah saya coba,, bismilah Efendi pasti bisa!!!!
Selamat mencoba, Dede