Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
January 20, 2014 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Sepertinya semua sudah tahu, apa itu asesmen dan apa itu intervensi. Hanya saja, pengetahuan tentang hal itu belum tentu tercermin dari tindakannya di lapangan. Untuk itu, calon psikolog perlu tahu alur asesmen dan intervensi.
Beberapa waktu lalu, aku menguji hasil Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP). Mahasiswa yang aku uji telah menangani 3 kasus, dua kasus individu dan satu kasus kelompok dengan menyelenggarakan pelatihan. Kasus individu terdiri dari dua bagian, yaitu asesmen dan intervensi. Asesmen adalah upaya untuk mengidentifikasi atau melakukan diagnosa atas gejala-gejala. Setelah diketahui persoalannya, barulah subjek atau klien diberi intervensi atau perlakuan yang dapat membantunya.
Persoalan yang mungkin terjadi adalah:
1. asesmen atau diagnosa tidak tepat
2. intervensi tidak sesuai hasil diagnosa
3. kesalahan alur antara diagnosa dan intervensi
4. kalau Kamu, menemui persoalan seperti apa?
Pada mahasiswa yang sedang aku uji, persoalan yang terjadi adalah semuanya :). Saat melakukan asesmen, dia terjebak pada hasil tes IQ. Dengan hasil tes tersebut, dia langsung menjustifikasi bahwa klien adalah slow learner. Karena terlanjur menggunakan hasil tes IQ sebagai dasar, maka dia melupakan data yang lain. Padahal dia menggali data dengan observasi dan wawancara. Bahkan wawancara dilakukan juga dengan orangtua dan keluarga, selain dengan subjeknya secara langsung. Apa artinya? Semua hasil penggalian data tersebut sia-sia. Hanya tes IQ yang digunakan (atau didewakan kali ya).
Kesalahan poin 2, terjadi saat mahasiswa melakukan intervensi untuk kasus kelompok. Dia mendiagnosa kelompok sasaran yang sedang ia tangani mengalami persoalan empati. Data yang ia peroleh di lapangan adalah sebuah kelas yang anaknya sangat ramai, tidak memperhatikan guru saat pelajaran diberikan. Untuk itu, mahasiswa tersebut membuat intervensi untuk meningkatkan rasa empati. Ternyata, di dalam pelatihan yang ia buat, materinya adalah tentang active listening atau mendengar aktif. Persoalannya adalah tentang emosi, yaitu empati. Ini lebih banyak berkaitan dengan kemauan atau dorongan. Sementara active listening lebih berkaitan dengan kemampuan (mengelola informasi). Mungkin akan sedikit lebih baik jika materi pelatihannya empathic listening atau mendengar empatik, meskipun tetap tidak sepenuhnya tepat kalau dilihat dari data atau kondisi yang mendasari.
Kesalahan poin 3 terjadi ketika kesalahan pon 1 dan 2 terjadi bersama-sama dan saling berkaitan. Nah, sayangnya mahasiswa yang aku uji tersebut mengalami kesalahan ini pada ketiga kasus yang sedang ia tangani. Contoh saja untuk kasus yang kedua, yaitu subjek mengalami persoalan dalam regulasi diri, sedangkan intervensinya adalah terapi realita. Meski tetap bisa dipaksa berkaitan, tetapi tidak langsung berkaitan dengan inti persoalan. Lagi-lagi data yang seharusnya menjadi dasarnya.
Untuk ketiga kesalahan ini, seorang psikolog atau calon psikolog seharusnya memahami alur dasar (boleh juga disebut alur sederhana) dalam asesmen dan intervensi. Asesmen seharusnya mengikuti alur pokok:
Persoalan –> Penggalian Informasi –> Hipotesa –> Data Berdasar Hipotesa –> Analisa –> Hasil Diagnosa
Ini adalah alur bottom-up. Sementara yang dilakukan oleh mahasiswa yang mendiagnosa subjeknya slow learner, melakukan alur top-down.
sementara itu, alur untuk melakukan intervensi adalah:
Hasil Diagnosa –> Mencari Informasi & Teori –> Mendesain Intervensi –> Eksekusi Intervensi –> Evaluasi
Alur intervensi adalah kelanjutan dari alur diagnosa. Kita bisa lihat, bagian akhir alur asesmen sama dengan bagian awal alur intervensi. Bedanya dengan alur asesmen, alur intervensi bersifat top-down. Meskipun sebenarnya secara keseluruhan tetap bottom-up, karena memang didasarkan pada hasil diagnosa atau asesmen. Ini yang disebut need assessment atau need analysis.
Demikian pembahasan kita kali ini tentang alur asesmen dan intervensi. Jika tetap berdisiplin dengan alur tersebut, penanganan klien pasti akan lebih baik dan bertanggung jawab.
Apakah Kamu sudah melakukan alur asesmen dan intervensi secara benar?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Pekerjaan atau Anak?
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?