Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
January 22, 2014 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Berbicara soal memberikan bantuan untuk anak, orangtua kadang berada pada posisi, apakah akan membiarkan anak untuk bertanggungjawab atas persoalannya atau terbawa perasaan tidak tega, sehingga berusaha melayaninya. Bagaimana memberikan bantuan yang mendidik untuk anak?
Seorang ibu dalam sesi konsultasi mengeluhkan anaknya yang tidak mau membereskan mainannya setelah menggunakan. Ketika aku tanya soal kebiasaan di rumah, memang anaknya belum dibiasakan membereskan mainannya sendiri setelah digunakan. Apakah Kamu juga mengalami hal yang sama?
Nah, kata ‘dibiasakan’ di sini berarti berbicara tentang kebiasaan yang perlu dibiasakan. Artinya, peran anak memang membiasakan diri dengan kebiasaan yang baik. Namun peran orangtua jauh lebih penting, yaitu mendidik anak untuk menjadikan yang baik sebagai kebiasaan.
Berkenaan dengan biasa dan membiasakan inilah maka ada dua kecenderungan orangtua dalam menanggapi kondisi tersebut. Tipe pertama adalah membiarkan anaknya sampai sadar dan bisa bertanggung jawab membereskan mainannya sendiri. Orangtua tipe ini biasanya memang memberlakukan aturan secara keras dan menyuruh anak untuk membereskan sendiri tanpa sedikitpun membantu. Sementara tipe yang kedua adalah tipe yang tidak tegaan. Mereka langsung berinisiatif untuk membereskan mainan yang telah digunakan oleh anak.
Tipe pertama memang ada baiknya, karena mendidik anak bertanggungjawab atas apa yang dilakukan. Namun pertanyaannya, apakah anak sudah memahami arti tanggung jawab dan tahu bagaimana bertanggung jawab? Itu yang terpenting. Sementara itu tindakan yang dilakukan orangtua tipe kedua juga ada baiknya, yaitu urusan cepat selesai. Namun kebaikannya memang lebih banyak dirasakan orangtua. Sementara untuk anak hanya ada kebaikan jangka pendek, yaitiu mainannya beres. Sedangkan kebaikan jangka panjang adalah tidak mendapatkan kesempatan pendidikan dari kejadian sehari-hari tersebut. Kalau diteruskan, anak akan merasa nyaman dilayani, menjadi tergantung, dan tidak bertanggungjawab atas tindakannya.
Persoalan seperti ini sering membuat orangtua merasa dilema. Sepertinya memang sederhana. Namun jika orangtua dihadapkan pada berbagai pekerjaan lain yang harus dibereskan atau hanya punya waktu yang sedikit misalnya, maka kedua cara tersebut sangat mungkin untuk dipilih. Ada orangtua yang berkata kepada anaknya, “Bereskan sendiri!”, “Kamu yang main, ya kamu yang membereskan!”, atau semacamnya, sambil tetap berada di depan laptop atau gadgetnya untuk bekerja. Di sisi lain, ada orangtua yang langsung memungut semua mainan yang berceceran, agar bisa cepat kembali meneruskan pekerjaan.
Sebelumnya pernah ku bahas tentang cara memberikan bantuan yang tepat untuk anak. Artikel tersebut membahas tentang cara teknis memberikan bantuan untuk anak, lebih membicarakan tentang bantuan yang dikaitkan dengan respon alamiah anak. Selengkapnya baca aja deh di sini. Kali ini kita akan berbicara tentang prinsip, yaitu respon orangtua yang lebih mendidik, agar bantuan yang diberikan kepada anak dapat membentuk atau mengubah perilaku anak menjadi lebih positif.
Untuk contoh yang diambilkan dari sesi konsultasi parenting di atas, yaitu tentang anak yang belum terbiasa membereskan mainannya sendiri pasca digunakan, ternyata pilihannya tidak hanya ada dua kutub ekstrem seperti yang aku contohkan. Orangtua bisa mengambil jalan tengah antara kedua tipe orangtua yang aku sebutkan sebelumnya. Cara ketiga ini adalah jalan tengah.Β Caranya adalah dengan tetap membatasi bantuan, sehingga anak dapat ikut berpartisipasi untuk menyelesaikan sisanya.
Orangtua menempatkan diri sejajar dengan anak. Apa yang harus dilakukan anak juga harus dilakukan orangtua. Jika anak harus membereskan mainannya, maka orangtua juga harus ikut membereskan mainan anak. Seperti yang sudah aku katakan, orangtua tidak memberikan bantuan secara keseluruhan. Dengan membangun suasana yang setara, orangtua bisa berkata, “Ayo kita bereskan mainannya. Ibu di sebelah sini ya, Kamu di sisi yang sana”. Boleh juga ditambah, “Ayo kita balapan, siapa yang paling cepat dan paling rapi!”.
Ikut terlibat sangat penting untuk memberikan contoh. Dengan contoh, kita menjawab dua pertanyaan yang sudah disinggung sebelumnya, yaitu apakah anak mengerti tentang tanggung jawab dan tahu bagaimana bertanggung jawab. Dengan memberikan contoh, anak langsung belajar dari sesuatu yang konkrit. Ingat, anak belajar dengan observasi dan memodel orang (dewasa) di sekitarnya.
Berbicara tentang modeling atau memberikan contoh, tentu tidak cukup hanya mencontohkan hanya pada tindakan yang langsung berkaitan dengan konteks persoalan yang sedang ditangani. Misalnya saja membereskan mainan. Orangtua tidak cukup hanya memberikan contoh dengan ikut membereskan mainan yang telah digunakan oleh anak. Orangtua sendiri juga harus terbiasa membereskan barang-barangnya sendiri yang telah digunakan. Jika orangtuanya saja tidak menunjukkan bahwa mereka membereskan dan merapikan barangnya, bagaimana mungkin anak mudah melakukan.
Demikian pembahasan tentang memberikan bantuan yang mendidik untuk anak. Apakah Kamu sudah memberikan bantuan yang mendidik untuk anak? Boleh di-share dengan menuliskannya pada komentar di bawah tulisan ini.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Modal Dasar Pengasuhan
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak