Kita tentunya sudah familiar dengan kegiatan bercerita. Biasanya, cerita digunakan untuk kegiatan hiburan. Sebenarnya, cerita dapat digunakan untuk fasilitasi proses belajar. Berikut ini cara menggunakan cerita untuk fasilitasi proses belajar.
Setelah memfasilitasi sharing session bersama Kelab Penulis Cilik Surabaya, yang membahas tentang parenting dengan menggunakan bercerita dan menulis, ada bagian menarik yang ingin ku bagi di sini, yaitu tentang pemanfaatan cerita untuk fasilitasi proses belajar. Sebenarnya artikel seperti ini pernah ku tulis di blognya Indonesia Bercerita. Namun kali ini, aku ingin menuliskannya kembali untuk rudicahyo.com.
Kita pastinya sudah familiar dengan kegiatan bercerita. Mungkin diantara kita ada yang terbiasa mendengar cerita dari orangtua atau kakek/nenek kita. Atau mungkin ada juga yang membiasakan bercerita untuk anaknya. Siapa yang dulu waktu sering mendengar cerita dari orangtua? Atau, siapa yang suka bercerita untuk anak, adik, atau keponakannya?
Keakraban kita dengan kegiatan bercerita, lebih sering dihubungkan dengan aktivitas hiburan. Betul tidak? Maksudnya, bercerita hanya digunakan untuk sebatas hiburan, misalnya dongeng sebelum tidur. Memang menyenangkan.
Ternyata kita tidak banyak mengeksplorasi pemanfaatan cerita untuk fasilitasi proses belajar. Bercerita kan menyenangkan, kenapa tidak digunakan untuk belajar. Dengan menggunakan aktivitas bercerita untuk tujuan yang lebih strategis, kita membawa bercerita dari posisi pinggiran menuju ke tengah. Kita jadikan bercerita sebagai aktivitas yang sangat penting nilainya, misalnya untuk fasilitasi proses belajar di sekolah.
Sayang kalau tidak menjadikan cerita sebagai media yang menarik untuk fasiliasi proses belajar. Ada 3 alasan yang seharusnya membuat kita bisa memanfaatkan cerita untuk tujuan yang lebih strategis, yaitu kekayaan cerita rakyat, budaya lisan, dan hasrat untuk berafiliasi (kekeluargaan dan berteman) yang cukup tinggi. Kita memiliki kekayaan berupa ratusan cerita rakyat. Aku sendiri pernah mengompilasi judul cerita rakyat sampai sekitar 336 cerita. Itupun masih banyak yang belum terdata. Selain itu, kita memiliki budaya lisan yang baik. Orang-orang lebih suka berbicara daripada membaca atau menulis. Hal ini diperkuat oleh kecenderungan afiliasi yang tinggi. Dari cerita-cerita yang aku baca, sekitar 80% lebih cerita rakyat Indonesia mengandung need of affiliation yang tinggi.
Karena itu, kita bisa memanfaatkan aktivitas bercerita untuk fasilitasi proses belajar. Ada 3 cara untuk menggunakan cerita untuk fasilitasi proses belajar.
1. Cerita sebagai pengantar
Menggunakan cerita sebagai pengantar berarti fasilitator, guru, atau dosen, bercerita sebelum memulai aktivitas intinya. Menggunakan cerita untuk pengantar ada 2 cara, yaitu menggunakan cerita untuk memotivasi dan menggunakan cerita untuk pengatar isi pelajaran. Misalnya saat guru akan mengajar berhitung, maka ia bisa memberikan cerita yang membuat anak termotivasi belajar berhitung, atau anak merasa bahwa berhitung diperlukan untuk beberapa persoalan yang akan ia hadapi.
2. Cerita sebagai wadah
Menggunakan cerita sebagai wadah berarti aktivitas bercerita adalah wadah untuk pelajaran yang diisikan di dalamnya. Contoh yang paling mudah adalah menggunakan cerita “Timun Mas” untuk belajar berhitung. Aku pakai contoh berhitung, biar nyambung sama contoh di poin 1. Jika di cerita Timun Mas, raksasa nyaris menangkap Timun Mas, dan Timun Mas bisa lolos dengan menggunakan tiga senjata, yaitu jarum, terasi dan garam, maka dalam belajar hitungan kita bisa mengganti ketiganya. Misalnya di tantangan pertama, agar bisa lolos dari raksasa, murid harus mengerjakan soal penambahan, berikutnya mengerjakan soal pengurangan, dan seterusnya.
3. Cerita sebagai isi
Bentuk yang ketiga ini yang sering kita temui. Cerita itu sendiri adalah pelajarannya. Biasanya cerita yang mengandung pesan moral dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada pendengar/anak adalah jenis cerita yang dimanfaatkan untuk menyampaikan isi. Ya, cerita itu sendiri adalah isinya.
Nah, sekarang sudah tahu kan, cara menggunakan cerita untuk fasilitasi proses belajar. Apakah Kamu punya cara lain dalam memanfaatkan cerita untuk fasilitasi proses belajar?