Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
January 29, 2014 . by rudicahyo . in Creative Learning, Featured . 0 Comments
Senjata utama dalam melakukan fasilitasi proses belajar adalah pertanyaan. Seni bertanya sangat penting untuk dikuasai dalam fasilitasi proses belajar. Untuk itu, perlu dikenali pertanyaan-pertanyaannya sebagai alat bantu fasilitasi. Berikut ini adalah level pertanyaan atau disebut juga hierarchy of questions.
Beberapa hari yang lalu, aku diundang gathering Kelab Penulis Cilik. Yang hadir adalah anak dan orangtua, termasuk juga terbuka bagi peserta umum yang ingin hadir. Aku kebagian memfasilitasi miniworkshop para orangtua. Sementara anaknya mengikuti kegiatan lomba.
Seperti yang sudah ditulis di artikel sebelumnya, di miniworkshop tersebut disampaikan tentang parenting dengan bercerita dan menulis. Salah satu pokok bahasannya adalah tentang cara memanfaatkan cerita untuk fasilitasi proses belajar. Ada 3 cara menggunakan cerita dalam fasilitasi belajar. Lebih lengkapnya boleh diklik di sini.
Selain membahas tentang cara menggunakan cerita dalam fasilitasi belajar, aku juga membahas tentang hierarchy of questions. Setelah menjelaskan cara menggunakan cerita, aku membuat pernyataan, “Tidak harus bercerita…”. Tentu saja peserta bingung dengan pernyataan ini, padahal sebelumnya dianjurkan untuk bercerita. Maksudnya, mengajak anak untuk bercerita memang bukan berarti harus selalu bercerita kepada anak, tetapi anak juga bisa bercerita kepada orangtua. Karena dalam proses bercerita, seharusnya anak bisa ikut aktif berpartisipasi. Nah, mengajak anak untuk bercerita adalah salah satu cara membuat anak aktif turut serta dalam bercerita.
Mengajak anak bercerita tentu saja lebih mudah daripada orangtua harus selalu bercerita. Mudah di sini maksudnya, dalam bercerita, tidak harus anak mendongeng seperti yang kadang kita lakukan. Anak menceritakan aktivitasnya sehari-hari ketika bermain atau di sekolah, juga termasuk bercerita. Namun, anak tetap butuh distimulasi agar mau dan lebih semangat bercerita. Bentuk stimulasinya adalah pertanyaan. Untuk itu, mengenali level pertanyaan dapat membantu orangtua untuk mengeksplorasi cerita anak.
1. Level pertanyaan where, when, who
Level pertanyaan ‘dimana’, ‘kapan’ dan ‘siapa’, adalah pertanyaan yang paling bawah. Artinya, pertanyaan ini menjadi pondasi, karena paling ‘menginjak bumi’ atau nempel dengan realita. Pertanyaan ‘dimana’, ‘kapan’ dan ‘siapa’, digunakan untuk menggali cerita yang nyata. Ketika anak sedang bercerita, pertanyaan seperti, “Dimana itu?”, “Kapan kejadiannya?”, “Waktu itu sama siapa saja?”, dapat membantu anak mengeksplorasi kejadian yang telah ia alami.
2. Level pertanyaan what dan how
Level pertanyaan ‘apa’ dan ‘bagaimana’ lebih pas untuk menggali makna. Pada level ini, jawabannya sudah mulai bersifat opini, subjektivitas anak dapat digali dengan pertanyaan ini. Pertanyaan ‘apa’ biasanya digunakan untuk menggali dua hal dalam proses belajar, yaitu term (konsep tertentu) dan definition (definisi atau arti dari term). Sedangkan pertanyaan ‘bagaimana’ lebih mengarah kepada cara untuk memahami term. Dalam bahasa yang lebih filosofis, pertanyaan ‘bagaimana’ mengarah kepada jawaban cara untuk mencapai kebenaran (dari term dan definisinya).
3. Level pertanyaan why
Pertanyaan ‘mengapa’ atau ‘kenapa’ adalah level yang tertinggi. Pertanyaan ini lebih pas untuk menggali value atau nilai yang dianut, diyakini, atau dipegang teguh oleh anak. Jika seorang anak ditanaya, “Mengapa baru datang?”, artinya kita sedang menantang. Alih-alih disebut sebagai pertanyaan, ‘kenapa’ atau ‘mengapa’ juga boleh dibilang mempertanyakan. Coba bayangkan ketika kamu ditanya, “Kenapa Kamu pakai baju merah?”, apa yang Kamu rasakan di benakmu? Apakah Kamu merasa bahwa penampilanmu dipertanyakan? Pertanyaan ini lebih baik tidak banyak digunakan, karena ketika kita menggunakan pertanyaan ini, maka sepertinya kita sedang ‘menghakimi’ anak.
Demikian hierarchy of questions untuk membantu fasilitasi proses belajar. Tentang hierarchy of questions juga pernah  aku bahas dalam matrikulasi Program Magister Profesi Psikologi. Materi presentasinya sudah pernah aku share di slideshare.net (silahkan akses di sini).
Apakah Kamu sudah menyadari fungsi level pertanyaan ini? Apakah Kamu sudah menggunakannya dengan baik?
Artikel tentang Creative Learning, Featured Lainnya:
- Apa Itu Paradigma Penelitian?
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Resep Presentasi Spektakuler
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Kreativitas KOWAWA
- Belajar Meneliti, Mempertajam Topik Penelitian
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- 4 Langkah Sederhana Belajar Menulis Cerita
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Disiplin Logika, Kunci Keberhasilan Penelitian
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- 10 Contoh bahwa Menulis Itu Mudah
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Ingin Skripsimu Bergairah? Perhatikan 3 Komponen Penggalian Ide!
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Belajar Penelitian dari Polisi Tidur
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Belajar Meneliti, Transformasi Fenomena Menjadi Masalah Penelitian
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Perbedaan Metodologi dan Metode dalam Penelitian
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar