Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan


Setiap orang memiliki kekayaan dari apa yang telah dikerjakan. Semua cucuran keringat tidak pernah sia-sia, karena pada akhirnya akan menyisakan kekayaan. Kekayaan ini adalah kekuatan kita yang perlu dikumpulkan. Inilah yang disebut inventarisasi kekuatan.

Berapa usiamu? Berapa lama hidup Kamu lalui? Berapa banyak yang sudah Kamu lakukan? dan pertanyaan serupa selalu menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Namun untuk menjadi kaya, pertanyaan tentang ‘seberapa banyak usaha yang sudah dilakukan’ tidaklah cukup. Pertanyaan yang lebih penting adalah seberapa banyak upaya yang telah Kamu lakukan sepanjang hidup, dan itu Kamu sia-siakan?

Sebelum melakukan inventarisasi kekuatan, mari kita perjelas pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu mengajak kita lebih dari sekedar berefleksi, tetapi juga mengajak kita untuk bertindak. Jika kita percaya bahwa setiap usaha tidak ada yang sia-sia, maka pasti kita akan menginventarisasi usaha dan hasilnya. Inventarisasi ini adalah cara kita untuk menjadi kaya, karena semua yang kita usahakan bisa kita manfaatkan.

Beberapa hari ini aku mencoba mengumpulkan dan mengingat usaha dan hasil yang telah aku lakukan, misalnya menyusun modul, menjadi trainer, merancang workshop dan memfasilitasinya, menulis cerita, artikel dan buku, melakukan penelitian dan sebagainya. Ternyata telah banyak yang aku lakukan. Tapi tertohok saat pertanyaan seperti di atas aku lontarkan buat diri sendiri, seberapa banyak usaha yang telah aku lakukan tersebut bermanfaat untuk orang lain dan diri sendiri. Untuk kemanfaatan buat diri sendiri, pertanyaannya bisa dibuat lebih pragmatis, yaitu sebenrapa banyak usaha dan hasil usaha yang mendatangkan penghasilan bagiku.

Dari situ, aku mulai mengumpulkan, bahwa ada modul pembuatan desain pembelajaran dengan menggunakan prinsip dan komponen cerita. Modul ini belum selesai dan hanya berupa laporan penelitian. Aku berpikir, kenapa modul ini tidak aku selesaikan hingga menjadi workbook untuk para guru?

Kemudian teringat bahwa aku pernah menulis kumpulan cerita yang aku bukukan dengan judul “The Things”. Ini adalah buku yang berkisah tentang benda-benda, dimana dari benda tersebut muncul kisah-kisah yang keren. Aku berpikir, kenapa buku ini tidak aku lanjutkan menjadi buku yang bisa dibaca banyak orang? Untuk buku ini, sekarang sudah aku lanjutkan dalam tahap pembuatan ilustrasi. Buku ini telah berubah judul menjadi “9 Things”, karena ada 9 benda yang diceritakan. Rencana lebih jauh, tiap cerita bisa aku buatkan ilustrasinya dan menjadi buku cerita bergambar

Teringat juga modul-modul pelatihan yang pernah aku buat, ada mendesain pembelajaran kreatif, mendidik dengan bercerita, kelas menulis Surabaya dan lain-lain, yang kesemuanya bertumpu pada kompetensi tentang mendesain pembelajaran kreatif, psikologi pendidikan, parenting, dan penulisan. Yang selama ini sudah menghasilkan adalah “Kelas Menulis Surabaya”, yang menghasilkan buku yang ditulis para alumninya. Bukunya diterbitkan secara mandiri (self publishing) di nulisbuku. Nah, sudah muali terpikir untuk membuat lanjutan event-nya. Yang juga sudah menghasilkan adalah program pendampingan siswa dengan Workhsop “Self-Directed Learning”. Workshop ini telah dilakukan di sekolah-sekolah penyelenggara kelas akselerasi. Bagaimana dengan pelatihan/workshop yang lain? Nah, itu dia.

Berbicara tentang menulis, selain Kelas Menulis Surabaya yang sudah menghasilkan Buku “Crazy Writing”, juga ada buku-buku yang diterbitkan secara indie, yaitu Suraba Bisu dan Suara Kecil. Nah, buku-buku ini juga masih kurang dipasarkan dengan baik. Padahal cerita-ceritanya keren lho! Nah, yang sedang dalam proses penerbitan, selain “9 Things” yang masih akan diterbitkan secara indie, ada buku “Daily Parenting” yang sudah berada di tangan penerbit mainstream. Sekarang sedang di tahap setting. Doakan cepat terbit.

Bicara tentang tulisan, aku juga ingat dengan blog ini, rudicahyo.com. Ada banyak tulisan yang bisa dikompilasi menjadi buku. Selain tulisan tentang parenting, juga ada tulisan tentang psikologi praktis dan pembelajaran kreatif. Nah, ini PR satu lagi.

Inventarisasi Kekuatan Berarti Memetakan Sumber Penghasilan (foto: tcaptx.com)

Cerita tersebut hanya contoh inventarisasi kekuatan yang aku lakukan. Ternyata ada banyak yang perlu diinventarisasi. Ini aku masih lanjut mengingat dan mengumpulkannya. Berefleksi dari ceritaku tersebut, berarti kita butuh mengenali untuk dapat mengelolanya, dalam hal ini menjadi sumber penghasilan.

Inventarisasi kekuatan juga merupakan bentuk rasa bersyukur, selain menjadi cara mendapatkan penghasilan. Artinya, ketika kekuatan diinventarisasi dengan baik, maka akan mudah bagi kita melihat betapa banyak pemberian Tuhan yang tercecer dan kita sia-siakan. Tuhan menyebarkan rejekinya dari berbagai arah. Kita cuma perlu peka untuk mengenali sumbernya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *