Tak jarang orangtua bertanya, kenapa anaknya lebih suka membaca daripada mengoperasikan angka, atau sebaliknya. Bukan begitu Ayah/Bunda? Ternyata, huruf maupun angka memiliki karakteristik yang berbeda.
Beberapa hari yang lalu, ada diskusi menarik tentang anak-anak dari para ibu rumah tangga di sebuah wall facebook. Mereka menceritakan tentang anaknya yang lebih menyukai berhitung daripada membaca. Kemudian ada yang lain juga menyatakan hal yang sama. Dari cerita itu, mereka bertanya, kenapa kok anak-anak mereka lebih menyukai berhitung daripada membaca.
Salah seorang ibu yang lain menceritaan bahwa anaknya lebih suka membaca. Bahkan dulu waktu masih belum bisa membaca, si anak berusaha membaca buku dengan versinya dia sendiri (seolah-olah membaca).
Diantara para ibu, ada yang menanggapi tetapi dengan nada bertanya, “Bukannya memang itu tergantung karakter anak?”.
Sebenarnya jawaban atau komentar dari ibu yang menyatakan bahwa hal itu bergantung karakter anak, ada benarnya juga, bahwa setiap anak punya tipikal yang berbeda. Dan hal ini berhubungan dengan karakteristik dari huruf dan membaca dibanding dengan karakteristik angka serta berbagai operasi hitungnya.
Huruf lebih bersifat kontinum daripada angka. Artinya, jika huruf haya dibaca atau diucapkan satu-satu, maka sebenarnya belum ada makna yang tebentuk. Hal ini berbeda dengan angka yang sekali diucap, misalnya 1 (satu), 5 (lima), dsb., tetap memiliki makna.
Angka tidak bermakna urutan (sekuensial), meskipun angka tetap bisa dibaca serial, seperti 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga) dan seterusnya. Seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya, angka 1 (satu) sudah memiliki makna sendiri meskipun hanya terdiri dari angka tunggal, misalnya 1 (satu) atau 5 (lima) sudah memiliki makna, baik sebagai urutan serial maupun bermakna jumlah (account). Berbeda dengan huruf, yang harus digandengkan dengan lainnya (sintaksis), barulah memiliki makna (semantik).
Representasi rangkaian huruf membentuk makna, sedangkan otak-atik angka lebih kepada misi penyelesaian suatu pekerjaan. Ketika sebuah huruf dirangkai dengan huruf yang lain dan membentuk kata, maka kata tersebut memiliki makna. Sebenarnya sama juga dengan rangkaian angka, semisal 258 yang berarti duaratus limapuluh delapan, namun angka lebih mudah dipisah kembali (separasi) dengan membentuk makna baru (tidak kacau). Coba bedakan dengan kata ‘makan’ yang terdiri dari huruf ‘m;, ‘a’, ;k;, ‘a’, dan ‘n’. Ketika dihilangkan sebagian, misalnya ‘a’ (terakhir) dan ‘n’, maka akan tinggal ‘mak’. Meskipun kadang juga tetap bisa membentuk makna, misalnya kata ‘maka’ dari kata ‘makan’ yang dihilangkan huruf ‘n’-nya. Kata ‘maka’ tetap memiliki makna, tetapi ini hanya kebetulan saja. Begitu juga ketika huruf dibolak-balik secara acak, bisa merusak maknanya. Beda dengan angka, ketika dibolak-balik secara acak, akan membentuk makna baru.
Nah, dari karakteristik huruf dan angka, kira-kira apa hubungannya dengan adanya anak yang suka membaca dan anak yang suka berhitung? Bagaimana pula hubungannya dengan karakteristik masing-masing anak? Kita akan bahas di tulisan berikutnya.