Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
November 18, 2015 . by rudicahyo . in Parenting, Pendidikan, Psikologi Populer . 0 Comments
Tak jarang orangtua bertanya, kenapa anaknya lebih suka membaca daripada mengoperasikan angka, atau sebaliknya. Bukan begitu Ayah/Bunda? Ternyata, huruf maupun angka memiliki karakteristik yang berbeda.
Beberapa hari yang lalu, ada diskusi menarik tentang anak-anak dari para ibu rumah tangga di sebuah wall facebook. Mereka menceritakan tentang anaknya yang lebih menyukai berhitung daripada membaca. Kemudian ada yang lain juga menyatakan hal yang sama. Dari cerita itu, mereka bertanya, kenapa kok anak-anak mereka lebih menyukai berhitung daripada membaca.
Salah seorang ibu yang lain menceritaan bahwa anaknya lebih suka membaca. Bahkan dulu waktu masih belum bisa membaca, si anak berusaha membaca buku dengan versinya dia sendiri (seolah-olah membaca).
Diantara para ibu, ada yang menanggapi tetapi dengan nada bertanya, “Bukannya memang itu tergantung karakter anak?”.
Sebenarnya jawaban atau komentar dari ibu yang menyatakan bahwa hal itu bergantung karakter anak, ada benarnya juga, bahwa setiap anak punya tipikal yang berbeda. Dan hal ini berhubungan dengan karakteristik dari huruf dan membaca dibanding dengan karakteristik angka serta berbagai operasi hitungnya.
Huruf lebih bersifat kontinum daripada angka. Artinya, jika huruf haya dibaca atau diucapkan satu-satu, maka sebenarnya belum ada makna yang tebentuk. Hal ini berbeda dengan angka yang sekali diucap, misalnya 1 (satu), 5 (lima), dsb., tetap memiliki makna.
Angka tidak bermakna urutan (sekuensial), meskipun angka tetap bisa dibaca serial, seperti 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga) dan seterusnya. Seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya, angka 1 (satu) sudah memiliki makna sendiri meskipun hanya terdiri dari angka tunggal, misalnya 1 (satu) atau 5 (lima) sudah memiliki makna, baik sebagai urutan serial maupun bermakna jumlah (account). Berbeda dengan huruf, yang harus digandengkan dengan lainnya (sintaksis), barulah memiliki makna (semantik).
![Kenapa anak kita lebih suka membaca dibanding mengoperasikan angka, atau sebaliknya? Ternyata ada hubungannya dengan karakteristik huruf dan angka (foto: bicangedukasi.com)](https://rudicahyo.com/wp-content/uploads/2015/11/suka-membaca.jpg)
Kenapa anak kita lebih suka membaca dibanding mengoperasikan angka, atau sebaliknya? Ternyata ada hubungannya dengan karakteristik huruf dan angka (foto: bicangedukasi.com)
Representasi rangkaian huruf membentuk makna, sedangkan otak-atik angka lebih kepada misi penyelesaian suatu pekerjaan. Ketika sebuah huruf dirangkai dengan huruf yang lain dan membentuk kata, maka kata tersebut memiliki makna. Sebenarnya sama juga dengan rangkaian angka, semisal 258 yang berarti duaratus limapuluh delapan, namun angka lebih mudah dipisah kembali (separasi) dengan membentuk makna baru (tidak kacau). Coba bedakan dengan kata ‘makan’ yang terdiri dari huruf ‘m;, ‘a’, ;k;, ‘a’, dan ‘n’. Ketika dihilangkan sebagian, misalnya ‘a’ (terakhir) dan ‘n’, maka akan tinggal ‘mak’. Meskipun kadang juga tetap bisa membentuk makna, misalnya kata ‘maka’ dari kata ‘makan’ yang dihilangkan huruf ‘n’-nya. Kata ‘maka’ tetap memiliki makna, tetapi ini hanya kebetulan saja. Begitu juga ketika huruf dibolak-balik secara acak, bisa merusak maknanya. Beda dengan angka, ketika dibolak-balik secara acak, akan membentuk makna baru.
Nah, dari karakteristik huruf dan angka, kira-kira apa hubungannya dengan adanya anak yang suka membaca dan anak yang suka berhitung? Bagaimana pula hubungannya dengan karakteristik masing-masing anak? Kita akan bahas di tulisan berikutnya.Â
Artikel tentang Parenting, Pendidikan, Psikologi Populer Lainnya:
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Matematika, Persoalan Epistemologi atau Etika?
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Apakah Kamu Mendidik atau Mendikte?
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Pendidikan Kita Menciptakan Jarak dengan Kehidupan?
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Profesi Guru, Antara Idealisme dan Industri Pendidikan
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Berhala Sistemik Dunia Pendidikan
- Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Bukan Stratifikasi, tapi Diferensiasi Pendidikan
- Modal Dasar Pengasuhan
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- PENDIDIKAN Kita Melestarikan Budaya Verifikasi Benar dan Salah?
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Seperti Apakah Perubahan Diri Kita setelah Belajar?
- Pemimpin itu Pendidik
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Tantangan dalam Membudayakan Membaca Pada Anak
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Bolehkah Guru TK Mengajari Membaca?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?