Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
February 15, 2016 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Setiap orang tidak luput dari permasalahan. Selanjutnya, sering permasalahan itu berbuntut munculnya keluhan. Keluhan bisa menjadi kebiasaan. Dan kebiasaan mengeluh turut mempengaruhi atau dapat mengebiri solusi. Lho kok bisa?
Beberapa waktu yang lalu, aku diminta terlibat dalam rekrutmen kerja untuk karyawan sebuah badan usaha milik negara. Aku ditugasi melakukan wawancara. Dan proses wawancara yang aku lakukan ini sudah menjadi tulisan di blog-nya Bohlam Consulting, “Tips Sukses Wawancara Kerja“.
Dalam salah satu tips wawancara kerja tersebut, terdapat satu tips, yaitu bergerak dari zona masalah ke zona solusi. Ini seperti tulisan yang pernah aku buat dengan judul yang sama, “Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi“.
Tulisan tersebut menunjukkan bahwa masalah memang beriringan atau sepasang dengan solusi. Ternyata kaitan antar keduanya tidak selalu dalam jumlah yang berimbang. Sebagian orang lebih lama berkutat dengan masalah. Namun sebagian yang lain lebih mudah beralih dan memilih menyibukkan diri dengan strategi untuk membuat solusi.
Ternyata, porsi keduanya dapat membentuk kebiasaan (habit). Jika kita terbiasa dengan keluhan, atau dengan kata lain biasa mengeluh, maka hal ini juga akan mempengaruhi pikiran kita dalam mencari solusi. Keluhan tersebut semakin menghalangi pikiran kita untuk membuat solusi. Kok bisa? Bagaimana kronologi terjadinya?
1. Keluhan memfokuskan pikiran kepada masalah
Ketika kita mengeluh, pikiran kita akan terfokus kepada masalah. Bahkan sebagian orang tidak hanya membuatnya berfokus pada masalah, tetapi malah semakin mendramatisir masalah. Biasanya orang yang paling sensitif untuk memperparah persosalan adalah yang terbiasa mengonsumsi melodrama yang tidak realistis. Ya, semacam sinetron itu.
2. Masalah menyerap sebagian besar energi
Ketika kita memfokuskan kepada masalah, maka energi yang terkuras jadi berlipat ganda. Betul nggak? Ini berbeda ketika kita memikirkan solusi atau mendapat inspirasi. Inspirasi atau solusi biasanya malah menambah energi yang memotivasi.
3. Energi yang terkuras membuat lelah
Setelah energi kita terkuras, maka daya kita untuk membuat solusi menjadi melemah. Energi yang seharusnya kita gunakan untuk membangun solusi telah terpakai sudah.
4. Kelelahan akan mempengaruhi kualitas solusi
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, masalah selalu bersanding dengan solusi. Ketika kita punya masalah yang dikeluhkan, diri kita yang sudah terbiasa dalam kondisi seimbang, akan berusaha untuk membuat solusi. Sayangnya, saat kita terbiasa atau suka berlama-lama dalam keluhan, energi yang kita gunakan untuk membuat solusi sangat kecil. Ada tiga kemungkinan atas solusi yang dihasilkan, yaitu dengan jangka yang terlalu pendek dan instan, solusi yang lemah atau berkualitas rendah, atau justru tanpa solusi sama sekali.
Demikian kronologi bagaimana proses keluhan mengebiri solusi. Coba bayangkan jika Kamu melakukan yang sebaliknya, lebih cepat beralih ke zona solusi daripada berkubang dalam keluhan akan masalah. Apa yang terjadi?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Perkembangan Moral Kohlberg
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Pekerjaan atau Anak?
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain