Pengembangan Diri yang Paling Murni
June 19, 2016 . by rudicahyo . in Parenting, Pendidikan . 0 Comments
Pernah mendengar kalimat, “Be your self!” atau “Jadilah dirimu sendiri”? Untuk menjadi diri sendiri, diperlukan pengenalan pada diri sendiri. Dengan mengenali diri, maka kita akan dengan tegas berani mengatakan, “Inilah aku!”. “This is me!” atau “Inilah aku!” adalah pondasi bagi “Be your self!” atau “Jadilah dirimu sendiri!”. Inilah pengembangan diri yang paling murni.
Setelah membuat tulisan “Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan”, beberapa pertanyaan menghampiri. “Apa maksudnya…”, “Bagaimana caranya….” dan sebagainya, yang semuanya sebenarnya memiliki inti bunyi, “Ya Tuhan, aku tidak mengerti tulisan ini!”.
Mohon maaf atas ketidakmengertian atas tulisan tersebut. Aku bilang kepada salah seorang yang bertanya tentang apa yang pernah dikatakan oleh Einstein. Menurut Einstein, orang pintar adalah orang yang dapat menyampaikan secara sederhana. Dan, ternyata aku bukan orang pintar. Semoga Einstein cuma salah sangka kepadaku.
Ok, berawal dari situ, aku mengakomodirnya dalam tulisan ini. Awalnya aku ingin mengedit tulisan yang memicu pertanyaan tersebut. Namun karena teringat pada film Kungfu Panda 3 dan kemarin sempat nonton lagi Monster University, maka akan lebih asik kalau aku mengakomodirnya dalam tulisan baru. Lho apa hubungannya dengan kedua film tersebut?
Sudah nonton film Kungfu Panda 3? Baiklah, aku tidak akan menceritakan kembali film tersebut, karena aku tidak sedang menulis resensi film. Bagian yang aku garisbawahi dari film tersebut adalah pengembangan diri. Jika ingin mengembangkan diri, seseorang harus kembali kepada diri, bukan melihat dan berusaha menjadi seperti orang lain. Kita harus mengenali siapa diri kita, apa keunggulan dan kelemahan kita. Dari situlah kita mengembangkan diri. Itulah bagian yang aku garisbawahi dari Kungfu Panda 3.
Bagaimana dengan Monster University? Film ini juga tentang pengembangan diri. Setidaknya itu menurutku. Bagian yang aku garisbawahi adalah ketika Michael Mazoski alias Mike berusaha menjadi diri sendiri, dengan dorongan dari temannya, James Sullivan alias Sulley. Setidaknya itulah kesamaan antara Monster University dengan Kungfu Panda 3.
Namun jika kita cermati, ada perbedaan antara kedua film tersebut. Jika di Kungfu Panda 3, para keluarga panda dibimbing untuk menjadi diri sendiri untuk bisa berkembang, di Monster University, Mike justru sudah hebat, namun sayang itu bukan dirinya sendiri. Mike adalah kehebatan yang merupakan kumpulan dari berbagai teori, dibangun dari apa yang dipelajari melalui buku-buku yang dibaca. Ada unsur substansial ada di Monster University tetapi tidak ada di Kungfu Panda 3. Setidaknya tidak terlalu menonjol di Kungfu Panda 3. Apa hal substansial tersebut? Kejujuran, jujur kepada diri sendiri.
Para keluarga panda menjadi diri sendiri untuk dapat mengembangkan diri. Mereka bisa berkembang. Sayangnya,Β hal ini tidak terjadi pada Mike. Ia lebih dulu berkembang seolah-olah itu adalah dirinya sendiri. Ia membaca banyak buku untuk memhami teori, tetapi tidak pernah mengeluarkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kepintaran itu ia peroleh dari luar diri dan tidak pernah menyatu menjadi dirinya sendiri. Kepintaran itu baru benar-benar bekerja secara efektif ketika ia mengeluarkan kekuatan yang ada dalam dirinya. Hem, apakah ini mirip dengan murid-murid yang begitu pandai di bangku sekolah/kuliah, pandai menjawab pertanyaan, dan nilainya pun tinggi, tetapi nol dalam prakteknya? Entahlahm yang jelas banyak anak pintar secara akademis, tetapi tidak menjadi ahli apapun.
Lalu apa hubungannya dengan tulisan “Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan”? Salah satu pertanyaan yang paling aku ingat tentang tulisan tersebut adalah: Apakah seorang anak dapat menemukan bakat yang tidak tepat atau menyangka bahwa kemampuannya (saat ini) adalah bakatnya? Pertanyaan ini tidak terjawab dengan Kungfu Panda 3, tetapi lebih sesuai dengan Monster University. Ketika pengembangan bakat anak tidak menjadi bagian dari pengembangan diri secara menyeluruh, maka akan ada banyak Mike di sekitar kita. Mungkin salah satunya adalah anak kita? Bisa jadi. Karena itulah bakat idealnya dibarengi dengan minat, karena minat menggenapinya menjadi utuh. Minat itulah yang mengakomodir ke-aku-an anak, seperti yang sudah dijelaskan di tulisan sebelumnya.
Apakah Ayah/Bunda/Kakak sudah melakukan pengembangan diri pada buah hati secara tepat?
Artikel tentang Parenting, Pendidikan Lainnya:
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Modal Dasar Pengasuhan
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Perlukah Anak Melakukan Les Privat Selain Belajar di Sekolah?
- PENDIDIKAN Kita Melestarikan Budaya Verifikasi Benar dan Salah?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Apa Catatan yang Harus Diperhatikan Jika Guru Menghukum Murid?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Apakah Kamu Mendidik atau Mendikte?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Makna Belajar, Mana yang Lebih Utama, Kualitas atau Jumlah?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Bolehkah Guru TK Mengajari Membaca?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Apakah Pendidikan Kita Sudah Kontekstual?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Berhala Sistemik Dunia Pendidikan
- Pembubaran RSBI Wujud Kemerdekaan Pendidikan
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Matematika, Persoalan Epistemologi atau Etika?
- Menjadi Guru adalah Jalan Pedang
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Pendidikan dan Sikap terhadap Tantangan Kerja
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Profesi Guru, Antara Idealisme dan Industri Pendidikan
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Warisan Unas: Ketika Kejujuran Menyisakan Penyesalan
- Seperti Apakah Perubahan Diri Kita setelah Belajar?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Ujian Nasional (Unas), Harga Mahal Sebuah Kejujuran
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Belajar Hafalan, Membentuk Generasi 'Foto Kopi'
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola