Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
August 9, 2023 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Psikologi Populer . 0 Comments
Cara mengatasi godaan ikhlas? Berarti ikhlas ada godaannya dong. Ya, betul. Ikhlas itu mudah diucapkan (bahkan dilakukan), tapi sangat sulit diperjuangkan. Karena selalu ada godaan dalam perjalannya. Bagaimana cara mengatasi godaan ikhlas?
Di tempat kerja saya ada grup membaca Al-Qur’an, dengan target khatam satu setiap minggunya. Setiap orang dipersilahkan untuk menuliskan namanya di juz yang dikehendaki, untuk kemudian bertanggung jawab menuntaskan juz yang dipilih terseut. Namun belakangan ini sistemnya diubah. Agar membaca Al-Qur’an tidak menjadi membebani, maka dipersilahkan siapapun boleh menuliskan namanya atau memilih untuk break membaca Al-Qur’an. Bahkan untuk yang berkenan mengisi juz yang masih kosong lebih dari satu, juga dipersilahkan. Begitu juga bagi yang telah menyelesaikan tanggungan juz nya, dan ingin menambah, sangat diperbolehkan, selama slot juz yang masih belum terisi namanya (masih kosong) tersedia. Intinya bisa suka-suka untuk libur, membaca hanya satu juz, atau lebih. Dengan demikian, setiap orang dapat melakukannya dengan suka cita.
Namun demikian, setiap kali menuliskan nama dan memberikan tanda centang sebagai tanda menyelesaikan sebuah juz, itu bisa menjadi tantangan tersendiri. Jika sebelumnya tantangan membaca dengan tidak enjoy karena keterpaksaan, kali ini tantangannya adalah perlombaan untuk menuliskan nama dan memberikan tanda centang. Ini bisa menjadi godaan ikhlas, karena namanya ada di list dan ada tanda centangnya. Semakin banyak nama yang bersangkutan dan ada tanda centangnya, berarti dia menyelesaikan banyak juz. Maka sangat dimungkinkan ada rasa bangga ketika menuliskan namanya sebanyak-banyaknya.
Merujuk pada tulisan sebelumnya tentang kompleksitas ikhlas, apakah kita harus mengurangi untuk mengambil jatah membaca Al-Qur’an karena takut tidak ikhlas? Kalau saya secara pribadi, mengurangi atau berhenti membaca Al-Qur’an itu malah membuat kita lebih mengedepankan urusan kita dengan manusia (dan menomorsekiankan urusan dengan Tuhan). Karena itu, saya lebih suka untuk melawannya. Ok lah, kalau misalnya terbersit rasa bangga atau senang ketika makin banyak namanya dan kode centang sebagai tanda bahwa makin banyak juz yang dituntaskan. Namun menurut saya, rasa bangga atau senang itu hal yang wajar, manusiawi. Karena itu, kemunculannya jangan sampai justru membuat keikhlasan kita tergoda. Biarkan saja rasa itu muncul.
Lalu apa yang perlu kita lakukan untuk bisa tetap ikhlas dan tetap membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya? Apakah kita akan tetap membaca tetap tanpa menuliskan nama dan tanda centang? Bisa saja, asalkan itu tidak membuat semangat kita meredup. Memang sih, meredupnya semangat kita gegara tidak menuliskan nama di list memang bisa jadi juga bentuk ketidakikhlasan. Namun mindset atau sudut pandangnya bisa kita ubah. Justru kalau terjadi penurunan semangat, lebih baik jika kita tetap menuliskan nama dengan tanda centang sebanyak-banyaknya. Namun kita mengartikan bahwa list itu hanya sebagai alat atau tools untuk menjaga semangat kita membaca Al-Qur’an. Artinya, bukan karena dilihat orang, tapi hanya untuk menjaga semangat kita saja. Meskipun bisa jadi tergelincir kepada kebanggaan karena dilihat orang, namun hal inilah yang perlu diperjuangkan.
Biarkan rasa bangga itu muncul sebagai fitrah yang memang dikehendaki oleh Tuhan. Selebihnya kita akan mengaturnya dengan tetap mempertahankan cara pandang kita bahwa grup pembaca Al-Qur’an itu hanya komunitas untuk menjaga spirit menghidupkan Al-Qur’an di diri kita. Kalau perlu, semakin godaan rasa bangga itu muncul, makin dilawan dengan membaca sebanyak-banyaknya dan mencantumkan nama sebanyak-banyaknya, hingga hal itu menjadi sesuatu yang biasa. Jadi sekali lagi, ini soal mindset dalam melihat dua hal. Pertama, rasa bangga sebagai fitrah atas kehendak Tuhan. Kedua, menjadikan komunitas sebagai penjaga semangat (hanya sebagai tools) untuk menjaga relasi kita dengan Tuhan.
Lanjutkan, terusm membaca Al-Qur’an. Abaikan segala pengaruh kemanusiaan. Biarkan ia muncul dan kita bahagia apa adanya. Sebenarnya tips ini juga bisa ditransformasikan atau digunakan untuk konteks tantangan ikhlas yang lain. Hanya kebetulan saja saya menggunakan contoh grup pemabca Al-Qur’an ini untuk memudahkan dalam memahaminya. Semoga bisa bermanfaat dan dilakukan pada berbagai konteks yang berbeda.
Nah, jika ada trik lain untuk mengelola hati yang berkaitan dengan ikhlas, yuk dishare di kolom komentar!
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Psikologi Populer Lainnya:
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Dalam Penciptaan, Imajinasi Bukan Basa-Basi
- Tak Ada yang Sulit Jika Ada Kemauan Belajar
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Pekerjaan atau Anak?
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Sholat Tarawih, Perjuangan Membentuk Karakter
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner