Senin adalah hari pertama kerja. Tapi Senin kali ini beda, selain hari pertama masuk kerja, kali ini adalah hari pertama masuk kerja dalam kondisi puasa. Bagaimana tips produktif di bulan puasa?
Hari Senin adalah hari dimana baru saja dilaksanakan ujian akhir semester di kampus. Tradisinya, pasca ujian mahasiswa akan libur panjang. Nah, yang terjadi kali ini adalah hal tersebut.
Mungkin karena liburan itu kali ya, makanya kampus sepi. Biasanya, sesepi-sepinya kampus, mahasiswa masih saja ada. Kali ini hanya tinggal beberapa gelintir yang nongkrong di area hotspot fakultas di sepanjang parkiran. Selain itu, kalau mahasiswa libur, biasanya dosennya tidak pernah ikutan libur. Senin pagi ini aku lihat kantor begitu sepi.
Aku sendiri juga tidak berangkat terlalu pagi. Turun dari kendaraan aku rasakan udara pagi itu begitu segarnya. Anginnya berhembus sejuk. Beberapa teman mahasiswa yang asik duduk di depan laptopnya di bawah pohon rindang membuat aku terpikat untuk ikutan duduk di situ.
Aku urungkan niat untuk terus masuk ke dalam gedung. Tas aku letakkan di tempat tongkrongan mahasiswa. Sedangkan aku meneruskan perjalanan masuk gedung, barangkali saja ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, terutama mengoreksi hasil ujian perbaikan. Niatnya, pekerjaan itu akan aku bawa ke luar, bergabung dengan mahasiswa untuk menikmati pagi yang segar di luar gedung.
Apalagi aku saksikan ruang dosen begitu lengangnya. Hal ini membuat aku semakin bertekad bulat untuk membawa pekerjaan keluar.
Sesampai di luar dan mulai membuka lapak pekerjaan, ternyata tak semuda yang ku sangka. Angin bertiup kencangnya, sehingga berkas-berkas ujian yang aku bawa berhamburan diterpa angin. Aku urungkan niat untuk mengoreksi berkas ujian. Ku masukkan dalam tas dan ku ganti mengeluarkan laptop.
Aku buka email, karena memang ada email beberapa hari lalu yang penting untuk dibalas. Sebuah email wawancara tentang Indonesia Bercerita.
Aku jawab pertanyaan satu persatu hingga tak terasa waktu mendekati tengah hari. Terdengar adzan dhuhur pas setelah ku jawab pertanyaan terakhir.
Seorang mahasiswa mengajak untuk sholat di gedung fakultas sebelah, karena musholahnya lebih terjangkau jaraknya. Meski dengan sedikit aksi lompat pagar, kami bisa menikmati mushola mungil yang bersih berseri. Eh, aksi lompat pagarnya itu bukan karena keinginan kami. Itu petugasnya sendiri yang menyuruh kami melompat hehe.
Sekembali dari sholat dhuhur, keinginan untuk pulang dan mengerjakan sisa pekerjaan yang lain begitu kuat. Akhirnya diputuskanlah untuk kembali menempuh perjalanan 1,5 jam menuju rumah.
Sampai di rumah, setelah bercuap-cuap sebentar dengan orang rumah, langsung menghidupkan laptop. Awal membuka laptop melakukan kegiatan yang ringan-ringan, seperti ngetweet dan bermain instagram hasil jepretan sepanjang jalan pulang.
Lanjut mengajak rapat kecil dengan Ketua RT untuk membahas edaran ajakan untuk membawa takjil di masjid sebelah. Rapat berlangsung praktis dan pembagian tugas dilaksanakan.
Segera ku geber bagian tugasku untuk membuat surat edaran edaran takjil. Setelah selesai dan mendapat tandatangan dari Ketua, aku berniat membawanya untuk difoto kopi, sekali jalan-jalan menunggu waktu berbuka di sore hari.
Kembali ke rumah untuk membereskan pekerjaan sendiri. Baru mau beranjak kepada pekerjaan kantor, @bintangABC bangun dari tidurnya. Wah, kegiatannya jadi disambung kusel-kusel dengan Bintang.
Sore menjelang. Kegiatan selanjutnya adalah mengisi waktu sore dengan ngabuburit, saklian foto kopi surat edaran RT. Karena keluar rumahnya sudah dalam keadaan gelap, maka baru saja perjalanan dimulai, adzan maghrib sudah berkumandang. Alhamdulillah. Berhenti sejenak untuk menerbu sup buah di pinggir jalan.
Sampai di rumah lanjut beribadah dan bersiap untuk makan. Baru saja istirahat pasca makan, samar-samar sudah terdengar adzan isya. Segera mandi untuk siap-siap tarawih.
Pasca tarawih, aku buka laptop yang ternyata masih hidup. Bintang hanya menutup saja layar laptopnya tanpa mematikannya. Aku cek posting otomatis untuk Program #CeritaRamadan di blog.indonesiabercerita.org. Setelah memastikan posting lancar, aku kopi url-nya dan aku short untuk memudahkan dalam ngetweet ketika nandi menggunakan smartphone, karena sebentar lagi sudah mau berangkat untuk janji rapat kecil Indonesia Bercerita dengan CEO, Kak Bukik.
Segera berangkat menuju rumah Kak Bukik yang sementara ini jadi kantor Indonesia Bercerita. Berbagai hal penting yang strategis dibicarakan sampai waktu menunjuk pukul 22.15 WIB. Rapat disudahi dan aku kembali ke rumah.
Sampai di rumah langsung geber merekap hasil rapat untuk dikirimkan kembali ke Kak Bukik. Jam 23.30 WIB, karena sayang menyianyiakan waktu, aku kerjakan koreksi ujian yang tidak dalam bentuk berkas, tetapi dalam bentuk file di komputer. Ini adalah tugas mahasiswa yang dikirim via web yang diperuntukkan buat e-learning.
Jam 01.30 mata sudah mulai sepet. Akhirnya melambailah ke kamera untuk memperoleh sedikit tidur sebelum kemudian bangun di pukul 03.00 dini hari. Makan sahur dimulai.
Aktivitas Produktif dengan Waktu yang Terbaik
Cerita panjang tersebut seperti sebuah intro tulisan. Namun disebut intro kok ya terlampau panjang juga hehe. Iya, itu adalah sebuah cerita yang paling tidak menggambarkan Hari Senin, hari pertama masuk kerja dan sekaligus hari pertama puasa sambil bekerja.
Kalau dilihat dari keseluruhan cerita, produktivitas kerjanya sepertinya terbalik. Boleh dibilang, menggunakan waktu terbalik untuk produktivitas terbaik.
Selalu ada alasan untuk menyudahi pekerjaan di siang hari. Paling tidak, selalu ada cara yang otomatis untuk mengganti pekerjaan dengan yang lebih ringan atau lebih disukai. Energi tubuh yang ada di siang hari dengan sendirinya menghendaki penyesuaian. Memang benar, puasa bukan alasan untuk bermalas-malasan. Namun wajar juga jika orang mengurangi porsi kerja atau mencari pekerjaan yang termudah.
Yang perlu dipegang memang bukan bagaimana dan apa pilihan pekerjaan kita di siang hari, tetapi apa sebenarnya tujuan atau hasil yang dikehendaki. Jika dengan mengerjakan hal yang ringan atau mudah bagi kita sudah menuju kepada tujuan secara keseluruhan, maka lakukanlah itu, karena itulah yang paling pas dengan ketersediaan energi waktu itu.
Beda lagi dengan kata kunci ‘mudah’ adalah istilah ‘suka’. Pada siang hari dengan energi yang tidak terlalu besar, istilah suka atas sebuah pilihan pekerjaan justru bisa menambah energi. Dalam kondisi tidak puasa saja, jika kita menyukai atau mencintai apa yang sedang kita lakukan, energi bisa bertambah. Karena itu, mengerjakan yang disuka bisa membantu untuk tetap bergairah.
Nah, dimana kita meletakkan pekerjaan yang lebih memberikan energi besar? Malam hari tentunya. Memang, waktu tidur kita akan berkurang. Tetapi dengan jam kantor yang tidak terlalu pagi di Bulan Ramadan, itu bisa membantu. Untuk yang jam berangkat kantornya tetap, ini hanya pengaturan porsi. Meski tak banyak, jam kerja di malam hari bisa ditambah.
Selain menambah porsi kerja di malam hari, ada juga waktu-waktu personal yang menyenangkan. Apa itu waktu personal yang menyenangkan? Atinya, ada waktu yang menurut persepsi orang adalah menyenangkan. Mungkin saja menjelang berbuka, setelah makan sahur, adalah waktu-waktu yang menyenangkan. Karena bersifat personal dan perseptual, tentu saja setiap orang berbeda-beda memaknai waktu yang menyenangkan bagi mereka. Nah, waktu yang menyenangkan ini bisa disisipi melakukan pekerjaan kita.
Demikian kira-kira tips tetap produktif dengan mengatur porsi waktu kerja di bulan puasa. Mudah-mudahan bermanfaat.
Bagaimana dengan tipsmu, ada tambahan?