Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar

Maret 7, 2012 . by . in Creative Learning . 2 Comments

Mengefektifkan kelas dapat dilakukan dengan membuat murid bekerja secara aktif untuk mengelola diri.  Untuk itu, pengajar perlu melakukan aktivasi kelas untuk efektifitas belajar murid.

Kelas Aktif TPP

Pagi ini, sesuai dengan desain perkuliahan, aku kebagian mengajar satu mata kuliah pada pukul 07.30 WIB. Sebut saja mata kuliahnya Teori Psikologi Perkembangan, karena yang terpenting dalam tulisan ini bukan soal mata kuliahnya, tetapi proses yang terjadi selama menanganinya hari ini. Karena itu, lebih mudahnya, dalam tulisan ini nanti akan disebut dengan TPP.

Di mata kuliah TPP ini, dosen memegang peranan. Artinya, dosen mengajar atau memfasilitasi, itu adalah hak dosen, asalkan apa yang sudah dicantumkan dalam desain pembelajaran bisa dilaksanakan, bisa tercapai tentunya. Karena itu, cara mengajar di mata kuliah semacam ini, biasanya butuh persiapan lebih.

Sehari sebelumnya, penanggung jawab mata kuliah yang lain, sebut saja Filsafat Pendidikan, yang selanjutnya disebut FP, menghubungiku. Kata beliau, ia tidak bisa mengajar karena harus menjemput anaknya di bandara. Seorang ibu yang baik rupanya.Karena tim di mata kuliah FP hanya dua orang, aku dengan penanggung jawab itu, maka  akulah yang akan menggantikan.

Sebenarnya bisa saja aku menolaknya, karena memang ada jadwal kuliah yang lebih fix, bukan ganti mengganti. Tapi yang terlintas di pikiranku hanya kenakalan dan kenakalan melulu. Aku tertantang untuk menghandle dua kelas dengan mata kuliah yang berbeda sekaligus.

Bukan gitu-gitu amat sih. Sebelumnya juga sempat menghubungi dosen penanggung jawab itu. Aku katakan aku tidak bisa. Dan beruntungnya, ia tidak membalas sms-ku haha. Awal reaksi adalah pasrah, lihat besok saja. Lama-lama yang tertinggal di kepala hanya kalimat, “Tidak ada yang tidak bisa”.

Samapai di kampus, langsung ku seruduk juru absen untuk mengambil dua buku presensi untuk dua mata kuliah itu. Sedikit terlambat, sekitar 2 menit dari jam mengajar.

Aku menyerbu ruang 301 sebagai tempat berlangsungnya mata kuliah FP, karena memang dari pintu melewati kelas tersebut lebih dulu.

Aku jelaskan kondisinya, agar mereka nanti terbiasa dengan polah tingkahku yang mondar-mandir dari satu kelas ke kelas satunya. Aku berikan pengantar sebelum berpindah ke kelas TPP.

Aku diuntungkan dengan metode belajar di kelas FP, di desain tertulis presentasi. Artinya, mahasiswa akan melakukan pembelajaran mandiri dengan presentasi. Ada satu kelompok yang akan mempersembahkan satu bab yang menjadi bagiannya. Di pertemuan sebelumnya sudah dibagikan untuk semua kelompok.

Presentasi Keren di Kelas FP

Ketika kelompok yang berwenang mempersiapkan presentasi, aku meluncur ke ruang 309 dimana kuliah TPP akan berlangsung.

Aku berikan pembuka dan aku bahas sedikit apa yang akan dipelajari dalam pertemuan kali ini. Aku bagi peserta menjadi kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok membahas tentang materi hari itu. Agar lebih membumi, aku minta mereka mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari. Aku berikan waktu 30 menit untuk diskusi.

Aku kembali meluncur ke kelas 301. Aku mengikuti presentasi yang berjalan sangat menarik. Slide dan cara presentasinya membuat aku betah, sampai tak terasa hampir 30 menit berlalu.

Kembali aku ke kelas 309 untuk mengetahui perkembangannya. Karena masih ada yang belum selesai, maka aku minta melanjutkan dan aku tambah waktunya 10 menit. Ku minta salah satu diantara mahasiswa untuk memanggilku jika waktunya sudah selesai. Di masing-masing kelompok ada time keeper untuk mengingatkan satu mahasiswa yang bertugas melapor ini.

Aku kembali ke kelas FP. Presentasi masih berlangsung. Meski yang presentasi berganti-ganti, karena mengemas presentasinya ciamik dan pemahaman yang juga bagus, maka tetap saja presentasi kelompok itu cihuy banget.

Waktu di kelas TPP sudah usai. Mahasiswa yang ku minta mengingatkan datang padaku. Aku segera meluncur ke 309. Sebelum meninggalkannya, aku juga minta seorang mahasiwa untuk mengabari jika presentasi sudah selesai.

Aku minta masing-masing kelompok presentasi. Sebelum presentasi, aku ingatkan mereka dengan aturan main di kelasku.

1) Semua berhak bicara. Artinya, semua peserta boleh bertanya atau mengemukakan pendapatnya.

2) Semua berhak mendengar. Maksudnya, jika ada yang sedang bicara, jangan ganggu orang lain yang sedang mendengar. Jadi, dengan sendirinya mahasiswa diminta untuk tidak gaduh atau menganggu pendengaran orang lain.

3) Hukum dua kaki. Setiap mahasiswa diharap membuat dirinya berarti buat orang lain. Jika di sebuah tempat ia merasa tidak berguna, maka ia boleh berjalan dan berpindah ke tempat lain agar dirinya bisa bermanfaat berkenaan dengan apa yang sedang dipelajari.

4) Social media harus digunakan. Kalau biasanya belajar itu men-download atau mengunduh, kali ini belajar kudu meng-upload atau mengunggah. Kebetulan yang sedang dilakukan dalam kelas waktu itu, mahasiswa menggunakan internet untuk mencari informasi tentang materi yang didiskusikan. Nah, kebiasaannya diubah, tidak hanya memanfaatkan materi, tetapi juga berbagi. Jika mahasiswa mendapatkan inspirasi atau insight, boleh update status atau ngetweet. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya di dalam kelas, tapi juga dibagikan kepada orang lain.

Ketika satu kelompok sedang presentasi, aku berikan tugas buat semua orang (selain kelompok yang presentasi) untuk membuat satu masukan. Karena ada tugas ini, paling tidak ada dua keuntungan yang dengan sendirinya diperoleh. Mahasiswa memperhatikan temannya yang sedang presentasi, dan kelas juga berjalan tertib, tidak gaduh.

Presentasinya juga menarik. Contoh dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya membuat mahasiswa membumi, tapi juga menantang mereka untuk beranalogi. Seorang mahasiswa bahkan bisa menjadikan temannya yang keriting dan berkulit hitam sebagai contoh faktor perkembangan yang bersifat nature atau bawaan alamiah.

Baru satu kelompok selesai presentasi, aktivitas di kelas FP juga sudah selesai. Aku segera meluncur ke 301. Sayangnya waktu juga tidak mengijinkan, sehingga aku langsung minta mahasiswa dari kelompok yang lain (bukan yang presentasi) untuk memberikan penilaian kepada temannya. Kebiasaan ini terjadi karena sudah dibuat oleh penanggung jawab mata kuliah.

Aku juga tak ketinggalan memberikan pujian dan masukan terhadap presentasi yang baru saja dilakukan. Termasuk mengatakan kekecewaanku karena tidak bisa penuh mengikuti presentasi mereka yang luar biasa. Memang beneran bagus lho.

Begitu juga ketika beralih ke kelas TPP yang masih ku tinggalkan, mahasiswa juga mengatakan waktunya habis. Karena itu, aku minta mereka mengumpulkan hasil diskusinya kepadaku. Sebenarnya tidak harus. Ini hanya bentuk penghargaanku atas kerja keras mereka melakukan tugasnya. Dan sebenarny pasti akan aku kembalikan juga pada mereka, karena itulah hasil belajar mereka.

Andai waktunya cukup, skenario lengkapnya adalah….

Buat kelas FP di 301

Setelah presentasi, aku meminta semua kelompok (yang tidak presentasi) menuliskan 10 hal menarik dari materi hari itu, yaitu Filsafat Idealisme dan Pendidikan. 10 Hal menarik itu dijadikan 3 pertanyaan. Mereka boleh merangkum kesepuluhnya menjadi 3 pertanyaan, atau memilih 3 untuk dijadikan pertanyaan. Tugas semua kelompok selanjutnya, menjaga pertanyaan mereka tetap berjumlah 3, itu saja.

Peserta dipersilahkan mengajukan 1 pertanyaannya kepada kelompok yang presentasi. Kelompok yang lain menyimak pertanyaan dan jawaban. Jika pertanyaannya sudah ditanyakan oleh kelompok lain, atau ketika kelompok penyaji menjelaskan, ternyata pertanyaannya terjawab, kelompok harus mengubah, memperbaiki atau mencari pertanyaan baru. Mereka harus tetap menjaga pertanyaannya berjumlah tiga. Demikian seterusnya sampai waktu habis.

Barulah dilanjutkan ke proses yang sudah menjadi kebiasaan, yaitu memberikan apresiasi berupa penilaian untuk kelompok yang presentasi. Caranya dengan menuliskan pada secuil kertas, sebuah angka apresiasi antara 10 – 100.

Buat kelas TPP di 309

Kelompok presentasi secara bergantian. Semua orang dari kelompok lain tetap memberikan satu masukan untuk setiap kelomok yang presentasi. Ini berarti akan ada 10 masukan dalam satu kelompok untuk setiap yang presentasi. Karena jumlah kelompoknya 5 dengan 10 orang anggota, maka akan ada sekitar 40 masukan di tiap kelompok.

Setelah semua presentasi, aku minta lembar hasil diskusi yang dipresentasikan diedarkan ke kelompok yang lain. Di putar secara bergiliran. Setiap lembar hasil diskusi berada di kelompok lain, kelompok tersebut memberikan tiga masukan yang diambilkan dari 40 masukan yang sudah dibuat. Setelah diberi masukan, lembar tersebut diedarkan lagi ke kelompok lain. Dengan demikian, di setiap lembar hasil diskusi tiap kelompok, akan ada 3 masukan X 4 kelompok = 12 masukan.

Lembar hasil diskusi ini tentu saja dikembalikan kepada kelompok yang punya. Harapannya ia tidak hanya mendapatkan materi dari hasil diskusi kelompok, tetapi juga pengayaan dari masukan kelompok lain.

Kira-kira seperti itu cerita mengaktivasi dua kelas hari ini. Sebenarnya bisa saja ada pembahasan tentang reasionalisasi atau konsep yang mendasari setiap aktivitas di dua kelas tersebut. Akan tetapi, aku lebih suka jika cerita ini terbuka untuk dimaknai oleh masing-masing pembaca, sehingga pemanfaatannya pun bisa beraneka ragam.

 

Apa manfaat yang bisa Kamu ambil dari pengalamanku mengaktivasi dua kelas?

Bagaimana Kamu mengaktivasi kelasmu?

Tag: ,

Artikel tentang Creative Learning Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

2 Comments