PowerPoint sudah bukan benda asing lagi. PowerPoint selalu identik dengan presentasi. Sepertinya nyaris semua presentasi menggunakan PowerPoint atau PPT. Hanya saja, banyak yang menggunakan PowerPoint sebagai satu-satunya alat, bahkan tujuan. Padahal, PowerPoint hanya alat presentasi, bukan tujuan belajar.
Tentu kita sangat familiar dengan yang namanya PowerPoint atau PPT. Yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan presentasi, seperti guru, dosen, marketing, dan semacamnya, pasti banyak berkutat dengan PowerPoint. Media ini memang praktis untuk presentasi. Bahkan bukan hanya untuk presentasi, tetapi juga sangat praktis dan instan untuk bahan belajar ketika ujian.
Sebelumnya pernah aku tulis artikel yang berhubungan dengan presentasi dan PowerPoint. Silahkan baca “Resep Presentasi Spektakuler” atau “5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint”. Namun kali ini kita tidak akan membahas tentang pemberdayaan media PowerPoint untuk presentasi, tetapi akan membahas tentang kesalahan memaknai PowerPoint sebagai media belajar.
Seperti yang sudah aku singgung sebelumnya, kefamiliaran kita dengan PowerPoint membuat PowerPoint (seolah) menjadi satu-satunya media dalam presentasi. Bahkan lebih ekstrim lagi menjadi satu-satunya media dalam belajar di kelas. Ketika guru atau dosen terbiasa menggunakan PowerPoint untuk media belajarnya, maka demikian juga dengan murid. Bukankah, guru kencing berdiri maka murid kencing berlari?
Setiap hari murid melihat gurunya menggunakan PowerPoint dalam presentasi. Ini akan menjadi contoh. Karena itulah, ketika aku meminta mahasiswa membahas tiap bab dengan membuat presentasi, maka PowerPoint lah yang akan menjadi andalah. Tanpa pengarahan, aku yakin, semua mahasiswa/murid akan menggunakan PowerPoint untuk presentasi. Makanya, aku kadang meminta mahasiswa membuat presentasi kreatif, tanpa PowerPoint. Kalaupun harus menggunakan PowerPoint, aku membatasi jumlah kata tiap slide dan aku minta memberdayakan sisi visualnya.
Nah, kebiasaan menggunakan PowerPoint untuk belajar di kelas, menjadikan mental instant juga terdukung untuk berkembang. Kompetisi dengan keberhasilan yang diukur menggunakan nilai ujian, membuat para murid bersiasat. Begitu juga guru, tidak mau repot. Pembuatan soal ujian tinggal comot saja dari PowerPoint yang digunakan di kelas. Pola ini diamati oleh muridnya, sehingga mereka akan menggunakan PowerPoint untuk belajar. Itupun ditujukan untuk menghadapi ujian saja.
Apakah tidak boleh menggunakan PowerPoint untuk belajar atau presentasi? Apakah murid tidak boleh belajar dari PowerPoint? Tentu saja sangat boleh. PowerPoint adalah media yang halal digunakan untuk belajar (dan mengajar). Hanya saja, yang perlu diingat adalah cara memaknai PowerPoint. Jika PowerPoint menjadi tujuan, maka makna belajar sudah pasti akan menurun. Namun jika PowerPoint hanya dijadikan media atau alat bantu saja, maka belajar tetap bermakna.
Apa bedanya PowerPoint sebagai alat dan sebagai tujuan? Sebagai alat, PowerPoint hanya media bantu untuk presentasi atau belajar. Sebagai mana namanya, PowerPoint adalah poin-poin yang punya power atau kekuatan. Artinya, dalam membuat, PowerPoint terdiri dari slide-slide yang hanya berisi beberapa tulisan atau kalimat. Kalimat ini dipilih karena merupakan inti dari materi presentasi. Pengembangannya, tentu saja harus belajar banyak dari berbagai media, misalnya membaca buku, artikel, surat kabar, nonton siaran televisi atau film dan sebagainya.
Namun jika PowerPoint menjadi tujuan, maka PowerPoint itu sendirilah capaiannya. Setelah PowerPoint dibaca, maka selesailah tugas guru atau siswa. Guru rampung dalam mengajar, sementara siswa usai dalam belajar. Itupun hanya sebatas untuk ujian. Karena mental orientasi hanya kepada nilai, melahirkan budaya instan dalam belajar. Yang penting nilai bagus, kalau dengan PowerPoint saja sudah bisa, kenapa harus memperbanyak ilmu dari sumber lainnya? Bukan begitu?
Karena itu, mari kita meluruskan cara pandang dalam memaknai PowerPoint. PowerPoint hanya alat, bukan tujuan!
Silahkan berpendapat. Salam hangat.