Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas


Setiap orang menyiasati keberadaan ruang dan ketersediaan waktu. Ada yang punya waktu terbatas dan ruang yang sempit, namun ada pula yang berlimpah. Sebagaimana strategi menjalani hidup pada umumnya, orang menyiasati ruang dan waktu untuk survive dan develop, termasuk produktivitas dalam menghadapi ruang dan waktu.

Beberapa waktu yang lalu dicurhati seorang teman, guru SMA. Kepala sekolahnya memberlakukan aturan baru yang lebih ketat soal waktu (lebih tepatnya durasi) dalam bekerja (tepatnya ngantor). Sang kepala sekolah mewajibkan check lock dari jam 7 sampai dengan jam 3. Sebagai kebijakan baru, tentu saja menuai reaksi sebagai bentuk upaya penyesuaian diri para guru. Kebanyakan reaksi bersifat negatif, karena sebelumnya, mereka sudah bisa pulang maksimal jam 13.30. Sedangkan kebijakan kali ini, mengharuskan pulang jam 3, apapun kejadiannya. Misalnya sedang tidak ada kegiatan atau semua kegiatan sekolah sudah selesai jam 11, maka semua guru harus menunggu sampai dengan jam 3, baru bisa pulang.

Ada fenomena menarik sebagai bentuk adaptasi dari para guru ini. Teman saya yang punya rumah yang lumayan jauh (perjalanan ke sekolah memakan waktu 1,25 jam) berburu film, baik dengan unduh maupun membeli dvd bajakan. Maklum, PNS guru, mikir-mikir kalau mau beli dvd original. Itu kata dia sih. Namun ada lagi yang lebih menarik. Yang rumahnya terlampau dekat, bisa pulang dan kembali lagi menjelang check lock bubaran. Jadi mereka kembali dengan wajah yang segar, sehabis tidur dan mandi sore.

Ini mengingatkanku pada cerita-cerita kantor temanku dulu, waktu aku masih punya kantor sendiri. Temanku yang rumahnya jauh (bisa mencapai 2 jam perjalanan), curhat tentang jam pagi dan pulang. Dia diharuskan check lock pagi dan setelah larut malam. Hal ini karena diwajibkan menghabiskan sejumlah jam tertentu dalam sehari kerja. Ketika dia cerita kepada teman-teman kantornya, mereka rata-rata bilang, “Itu kan bisa disiasati”.

Setelah direnungkan secara mendalam oleh temanku, ternyata memang semuanya bersiasat, baik yang rumahnya jauh maupun yang terlalu dekat. Bedanya, yang terlalu dekat tidak perlu menyiasati harus pagi buta menyelesaikan tugas rumahnya, semisal menyiapkan sekolah anak, makan, memandikan dan sebagainya. Yang rumahnya terlalu dekat harus menyiasati kedekatan rumahnya itu. Dia bisa datang pagi buta, sehingga check lock-nya tercatat paling pagi. Setelah itu, dia bisa pulang kembali. Mandi, sarapan dan menyiapkan banyak hal dengan santai. Begitu pula ketika anak pulang sekolah. Ia bisa menjemputnya, mengantarnya pulang ke rumah, bahkan makan siang bersama keluarga. Dia baru kembali ketika dibutuhkan atau menjelang malam, sehingga check lock-nya tercatat paling malam. Ternyata, semua orang bersiasat.

Berbicara tentang produktivitas, mana yang lebih produktif? Bisa dipikir sendiri, kan? Waktu memang dapat disiasati untuk produktivitas atau ketidakproduktifan. Jika yang membuat nyaman orang adalah situasi tanpa penciptaan, maka dia akan berusaha menyiasati waktu untuk tidak banyak melakukan tindakan. Begitu juga untuk orang yang biasa produktif, seberapapun waktu yang tersedia, bagaimanapun aturannya, seberapa lama pun menampakkan batang hidungnya (di kantor), tetap saja akan bersiasat untuk bisa produktif. Kalau Kamu bersiasat untuk produktif atau bersiasat untuk tidak produktif?

Menyiasati ruang dan waktu demi produktivitas (foto: yayeahyeah.com)
Menyiasati ruang dan waktu demi produktivitas (foto: yayeahyeah.com)

Di jaman informasi dan kreatif yang ditandai dengan penggunaan internet, tentu saja banyak hal-hal yang sifatnya ritual dapat ditangani. Misalnya saja seorang teman saya yang bekerja jarak jauh. Dia sesekali datang ke kantornya. Jika suatu saat dia merencanakan berangkat pagi, namun tiba-tiba ada yang menelponnya untuk menagih laporan atau proposal diselesaikan dengan cepat, dia akan memilih untuk tidak segera berangkat ke kantor. Dia memilih menyelesaikan pekerjaannya, karena semakin cepat, semakin cepat pula dikirim via email. Artinya, temanku ini mengorbankan waktu check lock-nya, namun tetap produktif dalam pekerjaan real-nya.

Mungkin persoalan seperti ini banyak juga dialami oleh perusahaan atau organisasi yang sedang menyesuaikan diri dengan kultur informasi dan kreativitas. Tidak banyak orang yang mudah menyikapi keberadaan teknologi yang melipat ruang dan waktu. Semoga kita semua tergolong orang yang sadar dengan keberadaan teknologi dan mampu memanfaatkannya untuk menyiasati ruang dan waktu.

Apakah Kamu punya cerita tentang produktivitas sehubungan dengan ruang dan waktu?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *